LTD - Bagian 19

4.1K 308 10
                                    

Seperti biasa. Di jam 6 pagi Aldan selalu turun kebawah untuk memasak nasi. Siapa yang bangun duluan maka harus masak nasi. Karena Aldan bangun lebih dulu dari Qaila, jadi Aldan turun kebawah untuk memasak nasi. 

Qaila masih tertidur pulas di kasur. Ada suara dibalik jendela tidak membuat Qaila membuka kedua matanya. 

Sampai jendela kamar terbuka. Seperti sosok seorang maling masuk lewat jendela. Pria itu adalah Kafka. Ia berjalan menghampiri Qaila yang sedang tidur di kasur.

Dengan pelan-pelan ia duduk di sisi kasur agar tidak membangunkan Qaila yang tengah tertidur pulas. Namun, hal itu membuat Qaila bergerak dan membuka kedua matanya perlahan.

Qaila terkejut, begitu juga Kafka. Mereka sama-sama terkejut. Qaila segera bangun namun Kafka mengurungnya. Pria itu berada diatasnya.

“Lo ngapain disini?” Tanya Qaila masih terkejut. 

Kafka tersenyum. Dengan berani ia mendekat dan mencium kening Qaila cukup lama. “Good morning,” ucap Kafka. 

Qaila dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Kafka dan berhasil. Ia segera turun dari kasur dan berjalan menghampiri pintu. 

Tetapi, pintunya terkunci, membuat Qaila menatap Kafka. Ya, sebelum menghampiri Qaila. Kafka sempat mengunci pintunya dan mengambil kuncinya agar Qaila tidak bisa keluar. 

Kafka berdiri menghampiri gadis itu. “Gue mau ketemu sama lo. Lo nggak mau?” 

Pertanyaan yang bodoh sekali. Qaila memalingkan wajahnya lalu menghela napas dan kembali menatap pria itu. 

“Stop deketin gue. Gue udah punya suami. Jangan ganggu rumah tangga gue. Gue mohon,” ucap Qaila.  

“Nggak bisa. Gue, nggak bisa,” ucap Kafka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. 

“Kenapa?” 

Kafka berhenti saat sudah di dekat Qaila. “Gue sayang sama lo. Cinta sama lo.” Kafka menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. “Kemaren gue ulang tahun. Kenapa nggak nuruti keinginan gue?” 

“Gue bukan lagi Qaila yang dulu.” Qaila melangkah menjauh dari Kafka saat Kafka semakin mendekat padanya. 

Lama Kafka diam lalu ia kembali membuka mulutnya. “Dan gue masih Kafka yang dulu,” ucapnya lalu pergi dari sana lewat jendela lagi. Sebelum melompat kebawah ia sempat melirik Qaila. 

Qaila melihat itu. Ia menghela napas lega saat Kafka menghilang dari pandangannya. 

Suara hentakan kaki membuat Qaila tersadar dan dengan cepat mencari kunci pintunya. Ia terus mencarinya sampai suara ketukan pintu terdengar. Qaila belum juga menemukan kuncinya. 

“Qaila,” panggil Aldan dari luar. 

“Bentar,” balas Qaila sambil terus mencari kuncinya.

Belum ketemu juga. Qaila kembali dibuat terkejut saat seseorang kembali datang dari jendela. 

“Hai,” ucap Kafka. Pria itu berjalan menghampiri Qaila dengan napas yang tidak beraturan. 

“Ini.” Kafka memberikan sebuah kunci ke tangan Qaila. 

Qaila menatap kunci itu dan beralih menatap Kafka. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love To Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang