Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌷🌷🌷
" Kak, bangun kak.... "
" Kak Zeha bangunnn.... "
" Kakak kenapa, jangan gini, bikin takut.... "
" Kak Zeha...... "
Cessa terus menggoyangkan tubuh besar zeha agar bangun, pria itu meracau dan menangis dalam tidurnya. Cessa tak tega, sebegitu rapuhnya zeha, sampai terbawa mimpi.
Zeha terus meracau, meminta maaf pada Levin, tak ingin ditinggalkan oleh Levin..
" Kak Zeha, udah, bangun yaa.... "
" Levin !!!! " teriak zeha lagi, cukup keras. Airmatanya kembali mengalir. Matanya terbuka, dilihatnya cessa sudah ketakutan disana.
" Kak Zeha.... " Cessa memeluk tubuh kekasihnya sayang. Cessa merasa bersalah. Kenapa harus begini.....
" Cessa... " zeha membalas pelukan cessa, lebih erat, lebih emosional. Rasanya hati zeha begitu sesak dengan penyesalan, rasa bersalah pada adik kembarnya terus memenuhi relung hatinya sejak kemarin.
Cessa ikut menangis, manakala tubuh zeha bergetar dalam pelukannya. " Kak Zeha gak salah.... " cessa mencoba menenangkan.
" gue yg salah! Gue selalu jadi kakak yg buruk buat Levin.... "
" enggak Kak, jangan bilang gitu lagi ya... " cessa mengelus punggung zeha lembut.
" gue tau apa yg dirasain Levin saat ini, gue bener bener merasa bersalah sama dia, Cessa.... "
Cessa mengambil botol air mineral diatas nakas, meminumkan pada zeha. Mengusap peluh didahi prianya itu dengan lembut.
Mereka masih dikamar hotel yg sama, dengan dengan kondisi tubuh setelah penyatuan tadi. Namun setelahnya zeha seperti dihujami penyesalan, harusnya ia menemui Levin lebih dulu. Harusnya ia tak berbuat jauh seperti ini.
" Cessa... " lirih zeha.
" hemm ? "
" gue harus gimana ??? "
" ijinin aku ketemu Kak Levin, boleh ? "
Zeha memandang cessa begitu sayu, bekas tangis itu juga membuat zeha terlihat tak berdaya. " nanti lo keblabasan, enggak! Enggak boleh! " jawab zeha posesif.
