1

71K 3.9K 9
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Seorang gadis berhijab tengah berlari menuruni tangga menuju lantai dasar. Gadis itu adalah seorang Ning di Pondok Pesantren Al Kholiq. Ia bernama Sahna Ashela Kholiq, yang merupakan Putri Bungsu dari pasangan suami istri bernama Abram Dan Lea.

Ia memiliki dua Kakak laki-laki, yang pertama bernama Sakra Khairun Kholiq, yang akrab di sapa Gus Sakra. Sakra sudah berkeluarga dan memiliki Putra yang bernama Alif, yang berumur Delapan tahun. Dan istrinya bernama Hanum yang kini tengah mengandung anak kedua mereka. Sakra sekeluarga kini tinggal di Pondok pesantren milik almarhum mertuanya yang sudah di wariskan untuknya dan juga Hanum, sang istri.

Yang kedua adalah Gibran Shakala Kholiq, yang akrab di sapa Gus Ibran. Gibran adalah seorang Dokter muda di suatu rumah sakit besar, saat ini umurnya menginjak 24 tahun. Hobinya adalah mengusili sang Adik, alias Sahna.

Sahna tinggal bersama orang tua Sang Umi, yaitu Opa Denan dan Oma Iren. Ia sudah tinggal bersama Opa dan Oma sejak duduk di bangku SMA. Awalnya kedua orang tuanya tidak mengizinkan dirinya tinggal bersama sang Opa dan Oma, mengingat ke bar-barannya. Karena keras kepalanya, dengan terpaksa Abi dan Uminya mengizinkannya tinggal bersama orang tua sang Umi.

"SAHNA SAYANG JANGAN LARI!" peringat sang Oma dari lantai bawah.

"Dengerin kata Oma, Dek!" tegur sang Opa.

Sahna menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya menatap Opanya yang berada di lantai atas seraya menyengir. "Maap, Opa. Maap, Oma."

Oma mengusap puncak kepala Sahna sesampainya gadis itu di hadapannya, "Jangan di ulangi lagi! Ntar jatuh nggelinding kaya kejadian dua minggu lalu gimana? Mau masuk rumah sakit lagi? Terus di suru minum banyak obat sama Bang Ibran?"

Sahna menggeleng keras, "Sahna nggak mau, Oma."

"Makanya jangan di ulangin lagi, Dek!" celetuk Opa sesampainya di samping Oma.

Sahna mengangguk patuh, kemudian ketiganya berlalu ke ruang makan untuk sarapan.

Lima belas menit berlalu, kini ketiganya sudah selesai sarapan pagi.

"Oma? Opa? Sahna berangkat dulu ya?" pamit Sahna lalu mencium punggung tangan Opa dan Oma.

"Assalamualaikum!" salam Sahna sebelum berlalu menuju garasi untuk mengambil motor meticnya yang berjenis Vespa LX berwarna blue capri, lalu memakai helm berwarna kesukaannya yaitu berwarna nila bercampur ping salem.

"Mang Udin! Sahna berangkat dulu ya!" pekik gadis itu dan berlalu setelah mendapat jawaban Mang Udin, selaku supir Opanya.

***

"Assalamualaikum warohmatullah huwabarokatuh!" salam Sahna memasuki kelas XII Ips 1.

"Waalaikumsalam!" jawab beberapa temannya yang sudah stay di bangku masing-masing.

Sahna melirik tiga sahabatnya yang sedang asik berbincang. Yang pertama adalah Ara Kamila, akrab di sapa Ara. Ara adalah gadis berhijab, selain ia yang paling tua di antara mereka, dia juga yang paling feminim, dan dewasa.

Yang kedua. Hadibah Ahlana, akrab di sapa Diba. Gadis berhijab ini sangat bar-bar, sama seperti Sahna.

Yang ketiga. Sena Aruna Dela, yang akrab di sapa Sena. Sena merupakan gadis berambut sebahu yang berbeda keyakinan dengan ketiganya. Sena menganut agama Kirsten Protestan. Namun, keyakinan bukan penghalang bagi mereka untuk bersahabat.

"Gue deketin, lalu baperin, bikin dia nyaman terus ... tinggalin!" seru Sena di balas gelak tawa menggelegar Diba. Sedangkan Ara? Gadis itu hanya menggelengkan kepala melihat kedua sahabatnya.

"Bukan maen ... " celetuk Sahna seraya menggelengkan kepalanya sesampainya di hadapan para sahabatnya. Sontak, ketiganya menatap Sahna yang menatap mereka takjub.

"Baru?" tanya Ara menatap Sahna.

Sahna yang mengerti maksud Ara lalu mengangguk, "Baru aja sampe, tadi ke perpus dulu anter buku yang kemarin aku pinjem." Ara mengangguk.

***

Kring! Kring! Kring!

Bel pertanda istirahat berdentang, para siswa dan siswi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka di kantin.

Langga dengan dua sahabatnya yang bernama Gio dan Rian berjalan kearah kantin.

Banyak para siswi yang melirik Langga. Mungkin yang awalnya berniat mendekati Langga menjadi urung karena sikap acuh Langga, jangankan merespon, melirik mereka saja tidak.

Mata Langga berubah menjadi sendu kala melihat Sahna di gedung seberang sana seraya bercanda gurau bersama tiga sahabatnya.

Jurusan Ipa dan Ips di bagi menjadi dua gedung dengan lantai tiga, di lantai pertama kelas tiga, di lantai kedua kelas dua dan di lantai ketiga kelas satu. Gedung Ipa dan Ips berhadapan langsung dengan di tengahnya lapangan basket. Sedangkan gedung khusus guru, berada di sisi tengah kedua gedung jurusan itu.

Gio dan Rian saling tatap kala Langga menghentikan langkahnya. "Ngga?" panggil Gio menepuk pelan bahu Langga.

Langga tersentak lalu menatap kedua sahabatnya, "Kenapa?"

Keduanya menggeleng. "Kuy lah ngantin! Laper gue, " ucap Rian merangkul kedua sahabatnya.

***

 Emang bowleh semanish ituch

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emang bowleh semanish ituch

Secret Imam (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang