26

26K 2K 12
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secreet Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Sore ini Sahna dan Langga dalam perjalanan pulang setelah dari rumah sakit menjenguk baby Jigar.

Ponsel Sahna bergetar, ternyata mertuanya, Ummah Nara yang menelponnya. Dengan segera Sahna mengangkat telpon tersebut.

"Halo, Assalamualaikum Ummah?"

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh, Sahna. Kalian kok nggak kesini? Kata Langga sore ini kalian datang berkunjung. "

Spontan Sahna menoleh kearah Langga yang meliriknya sekilas.

"Kok Langga nggak ngomong sama Sahna ya, Ummah?" bingung Sahna.

"Loh? Kok panggil nama? Panggil yang benar dong sayang ... Lagi pun, Langga lebih tua delapan bulan, lebih bagus manggil Mas?"

"M-Mas?" gugup Sahna. Spontan Langga melirik Sahna yang sedang menatap lurus dengan raut wajah bingung.

"Iya sayang ... Heum ... mungkin Langga lupa nggak bilang sama kamu. Padahal ... kemarin Langga udah bilang sama Ummah, sore ini kalian akan berkunjung. "

Sahna tersenyum tak enak, "Maap ya, Ummah? Mungkin Mas Langga-nya lupa." spontan Langga tersenyum mendengar panggilan Sahna padanya.

"Soalnya tadi Sahna ajak Mas Langga menjenguk Mbak Hanum yang baru melahirkan, makanya lupa kalo sore ini harusnya kita berkunjung kesa-" ucapan Sahna terpotong.

"Astagfirullah! Aku lupa kalo sore ini kita akan berkunjung. Coba lod speaker kan, mau bicara sama Ummah. " ucap Langga.

Sahna mengangguk lalu menlosspeakers teleponnya. "Assalammualaikum, Ummah?" salam Langga dengan mata pokus kearah jalanan.

"Waalaikumsalam?"

"Ummah? Maapin Langga lupa, harusnya hari ini kita berkunjung kesana ... " sesal Langga.

"Nggak papa, kan masi ada hari esok dan esoknya lagi ... Oh iya, anaknya Hanum perempuan atau laki-laki?"

"Laki-laki, Ummah! Namanya Jigar," celetuk Sahna dengan antusias membuat Langga terkekeh.

"Masya Allah, nama yang bagus. Yaudah kalo gitu, Ummah tutup dulu ya? Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh."

Kemudian telpon terputus setelah Langga dan Sahna menjawab salam Ummah Nara.

"Lang?" panggil Sahna, sedangkan sang empu hanya diam pokus menyetir.

"Langga ... " panggil Sahna mengayunkan nada bicaranya.

"Langga  ... Suamiku yang tampan nan soleh ..." goda Sahna.

"Tadi aja manggil Mas!" cibir Langga.

Sahna mengerjap, "Ngambek kah?"  batin Sahna bingung.

Sahna membuang napas perlahan, "Mas Langga ... Entar di depan mampir ke super market ya? Mau beli sesuatu"

Langga tersenyum lalu meraih tangan Sahna untuk di usapnya, "Emang sesuatu apa sih?"

Sahna tersenyum lembut kearah Langga yang menatapnya sekilas, "Mau beli nugget, cemilan dan lainnya." ucapnya yang di angguki Langga.

Sahna mengernyit kala menatap spion. Sedari tadi ia terus melihat mobil box yang selalu berada tak jauh dari mobil yang di kendarai Langga.

Awalnya ia berpikir bahwa mobil box itu mungkin searah dengannya. Tetapi ... saat Langga memelankan mobilnya, mobil box ity juga memelankan lajunya. Dan sebaliknya, jika Langga menambah kecepatan mobilnya begitupun juga yang di lakukan penyetir mobil box itu.

Ia menggelengkan kepalanya kuat guna menepis pikiran buruknya. "Kamu kenapa, Na? Pusing?" celetuk Langga menatap Sahna setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

"Nggak kok!" lalu melirik super market yang berada di seberang jalan. "Mau ikut?" tawar Sahna.

Langga menggeleng pelan. "Aku tunggu disini aja ya? Mau ke bengkel temen, udah lama nggak kesana."

Sahna mengangguk lalu membuka pintu mobil. "Na?" panggil Langga lembut.

"Iya, Mas?" sahut Sahna dengan embel-embel Mas.

Langga tersenyum lembut ke arah Sahna kala perempuan itu memanggilnya, Mas. Kemudian ia menyodorkan kartu ATM pada Sahna, "Untuk belanja."

"Uangnya udah ada, kok."

"Humairah ... " lembut Langga sedikit memiringkan kepalanya.

Sahna membuang napas perlahan lalu mengangguk seraya tersenyum kearah Langga, "Yaudah, ntar mau di beliin apa?" tawar Sahna yang di balas gelengan dari sang empu. Sahna mengangguk lalu pamit keluar dan tak lupa menutup pintu mobil kembali.

"Perasaan aku kok jadi nggak enak?" gumam Langga lalu keluar dari mobil.

Ia menoleh ke kanan dan kiri sebelum menyebarng. Seketika, matanya membulat kala melihat mobil box melaju cepat ke arah Sahna yang berjalan pelan hampir sampai di seberang.

Dengan secepat kilat Langga berlari kearah Sahna dan menariknya hingga mereka terjatuh dan terguling di trotoar.

Seketika orang-orang mengerumuni mereka. Langga meringis saat tadi tubuhnya menahan tubuh Sahna agar tidak tertindih tubuhnya saat terguling. "Na? Kamu nggak papa? Mana yang sakit? Bilang sama, Mas!" khawatir Langga menangkup wajah Sahna yang terdiam karena shok dengan kejadian barusan.

"Mbak nya nggak papa?" tanya seorang Ibu.

"Mbak nya kelihatan shok banget. Ini saya ada minum baru beli, " ucap seorang Ibu yang menenteng kantung plastik berisi sayuran lalu menyodorkan botol minuman kearah Sahna.

Langga menerima botol itu, "Terimakasih banyak, Bu." ucap Langga lalu memberikan minum pada Sahna, kemudian membantu Sahna bangkit dari duduknya.

"Lang?" lirih Sahna menatap kosong Langga.

"Iya? Mana yang sakit sayang?" lalu menarik Sahna ke dalam pelukannya lalu mengecup puncak kepala Sahna. Ooh jelas saja! Kejadian itu membuat para Ibu-Ibu dan orang disana merasa baper dan terharu.

"Udah nggak papa, kita pulang aja ya?" lembut Langga seraya mengusap puncak kepala Sahna yang di balas anggukan dari Sahna.

Kemudian mereka menyebrang jalan dan masuk ke dalam mobil. Langga benar-benar khawatir dengan Sahna. Ia menggenggam erat tangan Sahna dan sesekali mengecup lembut tangan Sahna.

"Kita berhenti di mushola depan ya? Udah Adzan maghrib nih." celetuk Langga di balas anggukan dari Sahna.

Kemudian mereka solat magrib di mushola yang yang tidak terlalu besar. Namun, terlihat banyak orang yang hendak menunaikan ibadah solat magrib.

Dua puluh menit kemudian, mereka selesai solat magrib. Kemudian Langga melajukan mobilnya menuju arah jalan pulang.

"Kok sepi?" gumam Sahna saat melihat jalan yang sepi. Ini bukan lah jalan bedar maupun lorong, bahkan di pinggiran hanya ada jejeran rumah kecil atau kontrakan.

Sahna mengernyit kala melihat rumah kecil yang tak jauh dari mobil mereka tengah mengeluarkan api besar. Rumah kecil itu berada tepat di pinggir jalan itu tanpa bangunan rumah lainnya di samping rumah kecil itu.

"Innalillahi! Lang, ngebut! Itu ada kebakaran!" panik Sahn menunjuk rumah kecil yang masih lumayan jauh dari mobil mereka.

Langga yang hendak membelokkan mobilnya ke jalan arah pulang spontan mengarahkan setirnya kearah rumah kecil itu.

o0o

Secret Imam (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang