Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*Tepat dua minggu lagi, Sahna dan para siswa akan melaksanakan ujian nasional. Kini ia sedang sibuk-sibuknya belajar untuk mempersiapkan ujian nanti.
Orang tuanya selalu menanyakan perihal tentang ia yang akan melanjutkan kuliah dimana. Tetapi ia selalu menjawab 'Belum Sahna pikirin, Umi, Abi'
Saat ini Sahna baru saja keluar dari mushola sekolah setelah mengqada solat zuhurnya yang sempat tertunda tadi.
Sedangkan para sahabatnya? Kebetulan Ara dan Diba sedang halangan dan Sena, jelas ia tidak solat karena berbeda keyakinan, jadi ketiganya pulang terlebih dahulu akibat paksaan dirinya.
Dari kejauhan, Langga terus mengamati Sahna. Karena takut terjadi apa-apa nantinya. Ia tersenyum lembut ke arah Sahna. Ingin sekali dirinya menggenggam tangan mungil Sahna yang sedang memakai sepatunya, namun ia urungkan karena waktunya yang belum tepat.
***
Saat ini Sahna memasuki mansion. Seperti biasa, setelah ia pulang sekolah ia akan langsung menuju dapur. Ia lagi-lagi bingung dan penasaran. Pasalnya, setiap ia pulang sekolah terkadang di sajikan mie ayam kesukaannya. Bahkan setiap sore atau malam ia juga dapat kiriman mie ayam. Setiap ia bertanya dengan Oma Opanya selalu mendapat jawaban, 'Udah ... di makan aja jangan tanya dari siapa' begitulah ucapan sang Oma atau Opanya.
"Gue dapat kiriman mie ayam udah selama sebulan lebih. Sebenarnya siapa sih yang ngirimin mie ayam kesukaan gue? Bikin penisirin iji dih!" dumelnya.
Sahna melirik Bik Jum yang sedang membawa pel menuju kamar mandi. "Bik!? Opa sama Oma kemana ya? Kok sepi?" tanyanya.
Bik Jum menghentikan langkahnya lalu menatap Sahna, "Nyonya dan Tuan sedang pergi ke acara kolega bisnis Tuan, Non. Mungkin sore atau malam pulangnya. Kalo gitu Bibik mau lanjut kerja lagi ya, Non."
"Oh iya, Bik. Terimakasih infonya ... " ucap Sahna di angguki Bik Jum sebelum berlalu menuju kamar mandi.
Setelah sekesai makan, Sahna pergi ke kamarnya untuk mengganti pakainnya menjadi pakaian santai.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar Sahna di ketuk. "Misi, Non! Ini Bik Jum, Non!" ucap Bik Jum sedikit mengeraskan suaranya dari balik pintu kamar Sahna.
"Masuk aja, Bik!" sahut Sahna yang baru selesai mengganti pakaiannya.
Ceklek!
Pintu terbuka, Bik Jum menghampiri Sahna. "Non? Bibik mau pergi belanja dulu ya dengan beberapa maid. Kalo butuh apa-apa, panggil aja maid yang berada di vila belakang, Non. Mereka sedang beristirahat karena pekerjaan mereka sudah selesai." jelas Bik Jum.
Sahna mengangguk, "Iya, Bik. Bibik hati-hati di jalan ya? Kalo gitu Sahna mau bocan dulu!"
Bik Jum tersenyum lalu pamit undur diri. Sedangkan Sahna sudah merebahkan tubuhnya di kasur hingga ia sampai kantuknya tiba dan terlelap.
Hingga .... kini jam menunjukkan pukul 3 sore lewat 30 menit. Sahna terbangun untuk menunaikan solat ashar. Setelah ia selesai menunaikan Sahna duduk di balkon kamarnya yang mengarah langsung pada jalanan kompleks.
Mata Sahna berbinar kala melihat tetangganya yang sedang berjalan melewati mansion Opanya dengan menenteng kantung plastik.
"Assalammualaikum, Mbak Uli!" ucap Sahna sedikit mengeraskan suara agar sang empu mendengar suaranya.
Uli terlonjak kaget kala mendengar pekikan Sahna, bahkan kantung plastik yang di genggamnya hampir saja terjatuh, mana isi kantung plastik itu adalah telur. Bakal berabe jika telur-telur pada pecah ia pasti akan di marahi Maminya.
Uli menatap atas lebih tepatnya kearah Sahna yang sedang menyengir kearahnya. "Maap ya, Mbak Uli!" pekik Sahna di balas tatapan tajam dari sang empu.
"Waalaikumsalam! Lo ngeselin banget sih, Na! Untung aja ni kantung plastik yang isinya telur semua kagak jatuh. Kalo jatuh, gue bakal kena semprot Mami ... Sahna!" kesal Uli.
"Kan Sahna udah minta maap, Mbak! Nggak lagi deh Sahna ulangi!"
Uli menghela napas kasar lalu mengangguk, "Kalo gitu gue deluan ye!? Assalamualaikum, anak Pak Haji!" pamit Uli.
Sahna tergelak mendengar ucapan Uli, "Waalaikumsalam, Anak pak Somat!" sahut Sahna di balas kekehan dari sang empu.
Memang benar, bahwasanya Somat adalah nama Papi Uli.
Sahna berdeham kala tenggorokan terasa kering. Sahna berjalan memasuki kamarnya menuju nakas untuk mengambil gelas berisi air mineral.
Sahna mendengus, "Masa iya gue harus ke bawah minumnya. Mana lift belum di perbaiki lagi!" kesal Sahna.
Sahna menghela napas kasar lalu berjalan menuruni tangga seraya memegang gelas kaca. Tepat di anak tangga keempat, Sahna menghentikkan langkahnya kala merasa ada yang bergerak di bahu kanannya.
Dengan ragu-ragu Sahna menoleh kearah bahu kanannya. Mata membulat lebar, ekspresinya menjadi tertekan kala melihat seekor cicak berada di bahu kanannya.
"AAAAA! CICAK!" teriak Sahna seraya melompat-lompat berharap agar cicak itu terjatuh.
Namun naas, Sahna justru terpeleset dan terjatuh dari tangga berguling-guling sampai lantai dasar, di tambah anak tangga di mansion ini memiliki 36 anak tangga. Bahkan, gelas kaca yang di pegangnya tadi terlempar langsung ke lantai dasar, hingga menimbulkan suara pecahan kaca yang nyaring.
Sahna sudah terkulai lemas di lantai dasar dengan darah yang mengalir deras di bagian kepalanya. Perlahan, kesadarannya hilang dan akhirnya ia tak sadarkan diri.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Imam (Lengkap)
Teen FictionREVISI VERSI CETAK Oma Iren menyembulkan kepala ke jendela lalu menatap sebal pengendara itu yang menghentikan motornya kala mendengar suara klakson. "WOY! MINGGIR SEMPRUL! MALAH NGALANGIN JALAN GUE LU! KAGAK TAU APE CUCU TERSEYENG GUE SEKARAT!" pek...