ichi-!

504 37 6
                                    

Angin di akhir bulan November, cukup dingin mengingat bulan depan musim dingin sudah dimulai. Libur sekolah adalah hal yang dinantikan banyak siswa, meski selama liburan pun mereka harus tetap belajar bahkan ikut kelas tambahan.

Sama seperti orang lain, anak yang tengah duduk di bangku tunggu depan sebuah sekolah itu, juga sudah menantikan liburannya. Tapi, raut wajahnya kali ini tak menunjukkan semangat menyambut liburan sama sekali.

"Choi Kanghoon,"

Sebuah suara memanggil namanya. Sempat ditelan lamunannya, Kanghoon pun sadar dengan segera. Ia melihat guru musiknya berjalan mendekatinya.

"Beomgyu seonsaengnim," Kanghoon menggeser duduknya ketika Beomgyu, guru musiknya tadi bergerak mengambil duduk di samping Kanghoon. "Ssaem belum pulang?"

Beomgyu tertawa. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusak surai hitam Kanghoon yang lebat.

"Bukankah ssaem yang harusnya bertanya begitu? Kanghoon masih di sini, teman-teman yang lain sudah pulang. Ayah mu terlambat, hm?"

Kanghoon tertawa canggung. Ia lalu mengangguk.

"Daddy bilang, hari ini tidak janji jemput tepat waktu. Kantornya sedang sibuk katanya."

Beomgyu mengangguk mengerti. "Okay, akan ssaem temani sampai Kanghoon dijemput."

Kening Kanghoon mengernyit mendengar penuturan Beomgyu. Terlebih, Beomgyu tampak menyamankan posisi duduknya.

"Ssaem tidak pulang?" tanyanya yang malah dibalas tawa lembut dari gurunya.

"Bagaimana seorang guru bisa pulang begitu saja ketika siswanya masih ada yang belum pulang?" tanya Beomgyu balik yang membuat Kanghoon kini tersenyum.

"Kalau begitu, ssaem harus sering-sering menemaniku. Daddy sering terlambat, lho."

Lagi-lagi Beomgyu tertawa. Ia kembali mengusak surai Kanghoon, gemas.

"Mana bisa? Ssaem kan jadwal ke sekolah hanya 3 kali seminggu."

Kanghoon mengerucutkan bibirnya kesal. Ia sedih sebetulnya. Choi Beomgyu, sosok guru kelas musik sekolahnya, adalah guru yang Kanghoon bisa ada disekitarnya dengan nyaman.

Orang bilang, sekolah adalah rumah kedua seorang pelajar dan guru adalah orang tua kedua mereka juga. Tapi, Kanghoon hanya menemukan satu sosok guru yang bisa disebutnya orang tua kedua selama hampir 13 tahun Kanghoon hidup.

Sialnya, bukan hanya Kanghoon yang beranggapan begitu. Para murid seangkatannya di kelas musik juga mengakui bahwa Beomgyu adalah sosok guru terkeren mereka di sekolah ini. Bukan berarti guru lain tidak baik, tapi memang Beomgyu punya daya tarik lebih.

Kembali ke bagian sedihnya, Kanghoon hanya bisa bertemu Beomgyu 3 kali dalam seminggu selama sekolah. Mengingat jadwal Beomgyu hanya mengajar kelas musik 3 kali di 3 angkatan berbeda.

Dan liburan musim dingin akan segera dimulai. Kanghoon tidak akan bertemu Beomgyu dalam waktu yang tidak sebentar. Seperti saat liburan musim panas kemarin.

Teringat hal tersebut, Kanghoon kembali diam. Tanpa ia sadari, wajah sedihnya tadi kembali tampak, membuat Beomgyu terheran dan khawatir. Ia lagi-lagi mengulurkan tangannya, kali ini untuk mengelus pucuk kepala Kanghoon dengan sayang.

"Tuh, mukanya jelek lagi. Kanghoon kenapa, hm? Mau cerita sama ssaem?"

Kanghoon terdiam sesaat, ia kini menundukkan kepalanya.

"Dua bulan lagi, aku ulang tahun. Grandma selalu membuat pesta ulang tahun untukku. Teman-teman daddy dan anak-anak mereka akan datang. Keluarga daddy juga akan dikumpulkan oleh grandma."

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang