yon-!

314 37 1
                                    

Selama pesta berjalan setelah acara tiup lilin, Kanghoon tak melepaskan Beomgyu sama sekali. Ia sangat senang, tiup lilin dengan Beomgyu, makan kue dengan Beomgyu, bahkan hingga membuka kado pertamanya dengan Beomgyu. Kanghoon juga mengenalkan Beomgyu pada Soyi dan Woojin.

Karena Kanghoon bukan tipe orang yang mudah punya teman akrab, ia berakhir tak mengundang siapapun dari sekolahnya saat ini. Faktanya, memang belum ada yang dekat dengannya selama setahun ini. Rata-rata anak yang diundang adalah anak-anak dari rekan kerja Soobin yang memang sering bertemu ketika ada acara menyangkut pekerjaan orang tua mereka.

Beomgyu juga tak keberatan, ia cukup senang ketika Kanghoon mengenalkannya pada yang lain. Bahkan, beberapa dari teman Kanghoon yang juga suka musik, meminta Beomgyu untuk jadi guru mereka.

Dengan posesif Kanghoon melarang. Lucu.

Sementara Kanghoon dan Beomgyu menikmati acaranya, Soobin di sisi lain harus menyiapkan jawaban terbaik ketika para rekannya sungguh-sungguh memborbardirnya dengan pertanyaan. Beberapa dari mereka bahkan terang-terangan menggoda Soobin.

Soobin yang memang sejak awal tak bisa melepaskan matanya dari Beomgyu, semakin dibuat tak bisa berpaling. Soobin penasaran dengan guru musik Kanghoon.

"Ibu belum pernah melihat Kanghoon sedekat itu dengan orang lain selain aunty nya."

Ketika Soobin sedang membereskan kado-kado Kanghoon bersama Seokjin, ibunya datang dan mengatakan hal tersebut. Seokjin mengangguki perkataan ibu mereka. Benar adanya.

Soobin menoleh sekilas pada sofa panjang di sisi ruangan lain di mana Beomgyu masih duduk di sana dengan Kanghoon yang tertidur di pangkuannya. Yah, begitulah. Saking lengketnya Kanghoon dengan Beomgyu, guru musik itu sampai tak menemukan celah untuk pamit pulang ketika orang-orang sudah pulang.

"Tapi, ayah tak terlihat menyukainya." ujar Seokjin yang mengundang tawa ibu mereka.

"Ayah mu itu hanya cemburu karena cucu laki-lakinya terus-terusan menempel dengan orang lain."

"Ibu bicara seolah ayah dekat dengan Kanghoon. Terakhir kali dia mau bermain dengannya adalah ketika Kanghoon berusia 4 tahun. It's been a long time."

Soobin mengabaikan obrolan kakak dan ibunya dengan bertanya, "Ayah di mana? Aku akan pamit padanya." Soobin berdiri dari posisinya. Memanggil beberapa pelayan untuk membantunya memindahkan semua kado Kanghoon ke bagasi mobil di luar rumah.

Sang ibu menghela napas. "Sungguh tidak menginap? Seokjin sekeluarga saja menginap."

Soobin tersenyum, ia memeluk ibunya.

"Maaf, Ibunda ku sayang. Soobin harus pulang. Besok ada meeting dengan beberapa orang. Seokjin hyung kan bos besar, yang punya perusahaan, jadi nganggur. Adiknya terus yang kerja."

Seokjin memukul kaki adiknya dan membuat Soobin mengaduh.

"Kerjaan Soobin ada di rumah, Soobin tidak bisa mampir dulu kalau berangkat dari sini."

Ibu Soobin tak bisa membujuk anak bungsunya lagi. Beliau hanya mengangguk dan memeluk putranya. Memberitahu bahwa sang ayah mungkin sedang bersiap tidur di kamarnya.

Tak mau membuat Beomgyu dan Kanghoon menunggu, Soobin segera pergi ke kamar orang tuanya. Pamit dengan sesingkat dan sebaik mungkin pada ayahnya, sebelum kembali turun dan berjalan menuju Beomgyu yang masih menemani Kanghoon yang tertidur.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang