hachi-!

319 30 1
                                    

Taehyun menggendong tas sekolahnya dengan lesu. Almamaternya sudah dilepas dan dibawa di tangannya. Lalu lalang kendaraan yang ramai dan juga pejalan kaki yang cukup padat,  membuat energi Taehyun semakin terkuras ketika berada di tengah-tengah mereka.

Jam pulang kerja dan sekolah, bagi Taehyun jauh lebih padat dibanding jam masuk kerja dan sekolah. Padahal hari sudah senja dan sebentar lagi gelap, tapi keramaian di jalanan tak kunjung mereda.

Satu lagi helaan napas yang Taehyun keluarkan. Ia berjalan melewati minimarket, menoleh ke dalam dan berhenti. Berpikir apakah ia perlu jajan dulu sebelum pulang ke apartemennya.

Memilih untuk sekolah di tempat yang jauh dari rumahnya dan hidup sendiri di apartemen yang ayahnya fasilitasi, Taehyun terkadang merasa tertekan. Apalagi, tahun ajaran baru segera dimulai.

Herannya, meski begitu, ia masih mau disibukkan dengan persiapan untuk pentas di wisuda kakak kelas. Menjadi seorang vokalis di band sekolah, Taehyun sepertinya akan memilih mundur di tahun berikutnya. Fokus pada ujian akhir dan persiapan masuk universitas.

Setelah berdebat singkat dengan batinnya, Taehyun memilih berjalan menuju pintu minimarket, berniat masuk. Namun sebelum itu, kedua matanya lebih dulu menangkap sosok laki-laki hampir seusianya yang berjalan dengan pandangan kosong keluar dari trotoar.

Kedua kaki Taehyun bergerak dengan cepat, berlari menuju orang tadi yang seolah tak sadar ke mana ia melangkah. Terkutuklah orang-orang yang mementingkan gadget di tangan mereka dan tidak waspada dengan pejalan kaki lainnya.

Suara klakson sebuah mobil terdengar melengking dan berhasil menyita atensi pengguna trotoar.

Semua itu terjadi secepat kedipan mata. Mobil tadi berjalan dengan kecepatan tinggi begitu saja. Orang-orang terkesiap. Beberapa perempuan menutup mulut mereka dengan tangan.

Taehyun terengah-engah. Laki-laki yang berhasil digapai dan ditariknya sebelum kejadian buruk terjadi, tampak terbaring di sampingnya setelah sebelumnya bertubrukan dengan tubuh Taehyun. Iya, Taehyun menjadikan tubuhnya sebagai pelindung agar orang asing yang terlihat seperti mayat hidup itu tak langsung menghantam pinggiran trotoar.

Tanpa pikir panjang dan mempedulikan tubuhnya yang pasti akan terasa sakitnya esok hari, Taehyun segera menelpon ambulans. Ia tidak tau apa yang terjadi pada laki-laki asing yang diselamatkannya. Tapi, yang pasti, laki-laki itu tak sadarkan diri dan Taehyun butuh bantuan medis.

Sesampainya di rumah sakit, tak hanya orang asing tadi yang mendapatkan bantuan medis, Taehyun juga meminta dokter untuk memeriksa tubuhnya yang perlahan rasa nyeri akibat benturan tadi mulai terasa. Dokter memberinya beberapa obat dalam untuk membantu meredakan nyeri.

Tak langsung pulang, Taehyun juga menunggu sampai orang asing yang diselamatkannya selesai diperiksa. Ia duduk di kursi ruang tunggu dan melirik pada satu tas di sampingnya. Tas yang bukan miliknya. Tas yang orang tadi bawa. Taehyun membawanya bersama mereka.

Taehyun tidak tau apa isinya, ia akan menunggu orang asing tadi sadar.

"Apa anda saudaranya?"

Suara seorang dokter membuat Taehyun berdiri dari duduknya.

"Saya menyelamatkannya saat hampir tertabrak mobil dan dia pingsan."

"Dia orang asing?" Taehyun mengangguk.

Dokter itu menarik napas panjang dan diam. Terlihat berpikir dan Taehyun menunggu apapun yang akan dokter itu katakan. Apa ada masalah besar? Apa orang tadi terluka parah?

"Apa ada kartu identitas dari dompet atau apapun yang anda temukan tentang pasien?"

Sontak, Taehyun melirik tas yang tadi sempat ditatapnya.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang