infiniti-!

430 34 6
                                    

Satu malam di musim semi yang menurut Beomgyu adalah malam paling berkesan dalam hidupnya. Ketika untuk pertama kalinya, Beomgyu akan tidur dengan seseorang yang telah resmi menjadi pasangan sehidup sematinya.

Beomgyu berdiri menghadap jendela kamar barunya, yang sebelumnya hanya milik Soobin. Pemandangan taman belakang dari jendela kamar tidak lah buruk. Terlebih, langit malam yang cerah dapat terlihat jelas.

Kedua netra Beomgyu menatap langit yang bertabur bintang dengan sebelah tangannya yang memegang cincin emas putih berdesain sederhana yang melingkar di jari manisnya. Pikirannya sedang sibuk.

Padahal harinya seharian ini sudah sibuk. Siapa sangka, acara pernikahan bisa sesibuk dan semelelahkan itu?

Tapi, lebih tidak dapat disangka olehnya, hari ini akan tiba juga. Jangan kan tiba, akan terjadi saja, tak pernah Beomgyu bayangkan.

Beomgyu yang tak lagi tertarik dengan sebuah ikatan keluarga semenjak perlakuan kedua orang tuanya, kini berada di dalam ikatan itu dengan orang baru.

Belasan tahun yang lalu, mencari pelarian ke sebuah bar justru membuat takdir mengikatnya dengan seorang mahasiswa bernama Choi Soobin. Menjebaknya dalam sebuah kondisi di mana Beomgyu diharuskan mengandung dan melahirkan anak Soobin.

Lalu, bertahun-tahun kemudian, Beomgyu dipertemukan kembali dengan anaknya yang sudah tidak lagi seorang bayi seperti terakhir kali ia lihat. Waktu kemudian membawanya bertemu dengan Soobin. Menumbuhkan benih asmara yang selama ini, nyatanya sudah ada di hati mereka, namun pertumbuhannya terhambat lantaran ketidaktahuan mereka atas keberadaan satu sama lain.

Banyak hal yang terjadi dalam waktu singkat dan bagi Beomgyu, itu melelahkan. Beruntungnya, ketegarannya untuk bertahan membawanya pada sebuah akhir, ah tidak, awal baru yang tak pernah ia kira ia inginkan.

"Hey, kamu melamun?"

Beomgyu tersentak saat ia merasakan ada lengan yang melingkari pinggangnya dan sebuah kepala yang diletakkan di sebelah pundaknya.

"Oops, maaf mengagetkanmu."

Beomgyu menoleh dan tersenyum saat mendapati sosok Soobin yang sudah selesai mandi dan mengganti pakaiannya. Ia membiarkan Soobin mengecup pipinya sebagai permohonan maaf karena telah mengagetkan Beomgyu.

"It's fine." ujar Beomgyu sembari mengarahkan tangannya untuk memeluk lengan Soobin yang melingkari pinggangnya.

Soobin tersenyum. "Kamu ngapain juga berdiri di sini? Tidak lelah setelah seharian berdiri?" tanyanya sembari melonggarkan pelukan mereka dan menarik Beomgyu untuk duduk di pinggir kasur.

Atau lebih tepatnya Beomgyu didudukkan di antara kedua kaki Soobin, yang juga duduk di pinggir kasur. Tanpa membuang waktu, Soobin langsung kembali memeluk Beomgyu sehingga dadanya menempel pada punggung Beomgyu.

Diperlakukan seperti itu, Beomgyu hanya bisa menggeleng.

"Lelah, sih."

"Hmm, terus sedang apa tadi berdiri diam di depan jendela?"

Tak langsung menjawab, Beomgyu memilih untuk menoleh, mengalihkan pandangannya dari wajah Soobin pada kaca jendela yang masih menampilkan pemandangan yang tadi diperhatikannya.

"Hanya sedikit berpikir, semuanya terasa seperti mimpi." Beomgyu menunduk. Memperhatikan jemarinya yang kembali meraih cincin yang ia pakai. "Aku tidak pernah mengira, hal baik datang padaku setelah usahaku bertahan atas penderitaan yang datang secara beruntun padaku."

Lagi-lagi di kepala Beomgyu terputar memori terpahitnya, ketika orang tuanya yang semula sangat sayang padanya, berubah ketika mereka mengetahui fakta bahwa anak mereka berbeda. Tak ada lagi pelukan penuh kasih sayang dari mereka. Entah berapa lama, sampai suatu hari secara mengejutkan, kenakalannya membawa ia ke pelukan seorang lelaki yang dapat ia rasakan ada kasih sayang mengalir darinya.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang