juuhachi-!

297 35 0
                                    

Beomgyu menuruni anak tangga dengan segera. Ia tidur terlalu malam karena mencari bahan untuk muridnya praktik hari ini. Alhasil, Beomgyu bangun lebih siang dan terburu-buru untuk mengejar bus.

Tapi, langkahnya terhenti saat di samping bangunan flatnya, ada sebuah mobil yang entah sudah berapa lama tak dilihatnya. Pemiliknya bahkan kini berada tepat beberapa langkah di depannya. Beomgyu kehilangan kendali atas detak jantungnya.

Choi Soobin.

Lelaki tinggi dengan pakaian siap kerjanya dan wajah yang terlihat sekali stresnya. Bukan raut wajah segar untuk memulai hari.

Seperti merasa ada berbagai emosi menyelimuti hatinya, Beomgyu langsung mengambil langkah mundur.

"Tunggu! Tolong, jangan lari lagi!"

Entah bagaimana, Beomgyu langsung menurutinya. Ia tidak mengerti mengapa kali ini, langkahnya langsung berhenti setelah Soobin memintanya untuk tidak berlari.

Soobin yang melihat itu langsung merasa lega. Ia dengan perlahan berjalan mendekati Beomgyu. Yang didekati berusaha mati-matian untuk tidak langsung berbalik dan melarikan diri, ke arah manapun. Selama itu bisa menenangkan detak jantungnya yang kini berdetak tak karuan.

"Apa kamu sudah cukup menyendirinya, Beomgyu?"

Menyisakan jarak, Soobin pun berhenti mendekat. Ia merasa jarak mereka sudah aman untuk bicara tanpa suara kencang. Ia juga tidak ingin lebih dekat lagi jika itu berarti ekspresi ketakutan serta amarah atau mungkin juga rindu dari muka Beomgyu dapat dilihatnya dengan jelas.

Beomgyu terkesiap dengan pertanyaan Soobin barusan. Soobin hanya bisa tersenyum kecil melihat reaksi Beomgyu.

Mungkin Beomgyu menyadari sesuatu.

Tentang mengapa Soobin tak memborbardir notifikasi ponselnya dengan telepon dan pesan, meski Beomgyu memang sengaja menjauhi ponselnya. Tentang mengapa Soobin tak menghampirinya ketika Taehyun memberitahu Soobin di mana Beomgyu berada, menurut cerita Kai. Pintu unit flatnya tinggal juga terlihat baik-baik saja, Soobin rupanya tak segila itu untuk mendobrak. Soobin juga tak menyusul ke sekolah saat Kai berkata bahwa Soobin juga tau perihal dirinya yang akhirnya keluar dari persembunyiannya.

Lalu, hari ini, terhitung lebih dari sebulan sejak perdebatan mereka di depan rumah Soobin yang membongkar fakta bahwa keduanya pernah bertemu belasan tahun yang lalu, Soobin datang padanya dan melontarkan kalimat tanya barusan.

Seolah Soobin dengan sengaja memberi waktu dan ruang untuk Beomgyu menenangkan diri.

"Aku harap kita bisa membicarakannya, Beomgyu. Aku tidak memaksa mu, tapi aku harap kamu mau. Bukankah ini semua perlu kita selesaikan?"

Beomgyu hanya terdiam dan membuang pandangannya. Ia menyetujuinya, tapi enggan mengakuinya. Tentu mereka perlu menyelesaikan semua ini. Untuk ketenangan masing-masing dari mereka. Untuk keberlanjutan hubungan mereka. Untuk Kanghoon.

"Kapan pun, Beomgyu. Kamu bisa mengabari ku. Langsung ataupun lewat Kai, terserah padamu. Aku tidak memaksa mu untuk membicarakan semuanya saat ini juga." Soobin menampakkan senyumnya yang terlihat lelah. "Kamu pasti harus ke sekolah sekarang. Sebagai permintaan maaf karena sudah membuang waktu mu di sini, mau ku antar? Aku janji tidak akan membicarakan apapun di mobil. Kamu juga bisa duduk di kursi belakang."

Pandangan Beomgyu akhirnya kembali pada Soobin. Ia menyadari, Soobin jauh lebih sabar dari yang Beomgyu kira. Dikiranya, Soobin ingin terburu-buru membicarakan ini. Lelaki itu sungguh serius untuk memberi ruang dan waktu.

Semua perkataan Soobin dan senyumnya barusan, rupanya tanpa Beomgyu sadari telah memengaruhi dirinya. Ketakutan, amarah, dan sedih yang ia rasakan mulai mereda. Satu yang tidak mereda, rindunya.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang