nijuuni-!

305 37 4
                                    

"Bin."

Yeonjin dan Kai beranjak segera dari tempat mereka berdiri untuk membantu Soobin yang baru saja membenahi posisi bersimpuhnya. Ujung bibir Soobin sudah terlihat robek dan darah keluar dari sana. Melihat Soobin yang menggigit kuat bibir bawahnya, cukup untuk Kai dan Yeonjun mengetahui bahwa Soobin menahan sakit serta amis di dalam mulutnya.

Mereka secara perlahan membantu Soobin untuk berdiri dari posisinya. Namun, Soobin masih tetap bertahan.

Ayahnya belum mengatakan keputusan akhir beliau terhadap semua yang Soobin jelaskan beberapa saat lalu.

"Bin, sudahlah." bisik Yeonjun, mulai memaksa Soobin untuk berdiri.

Soobin tentu memasuki mode keras kepalanya. Ia menggeleng dengan cepat, sedikit meringis kesakitan ketika merasa bibirnya yang terluka tertarik.

"Sampai ayah mengatakan keputusan finalnya." ujar Soobin penuh penekanan dengan kedua mata yang menatap pada ayahnya yanag memunggunginya sekarang.

Yeonjun mendengus kesal. Ia mengisyaratkan Kai untuk benar-benar memaksa Soobin untuk beranjak dari posisinya saat ini.

"Apa yang kau harapkan, Choi Soobin?"

Tapi, suara sang kepala keluarga membuat Kai dan Yeonjun terdiam. Perlahan dan tidak rela, mereka melepaskan Soobin dan mundur selangkah dua langkah.

Semua orang di ruang tengah rumah utama keluarga Choi itu sepenuhnya terdiam. Kakak ipar Soobin berdiri di samping ibu Soobin dengan merangkul pundak beliau. Ibu Soobin memang sama terkejutnya dengan semua anggota keluarga, tapi beliau tak sanggup jika anak bungsu beliau harus dihajar oleh suami beliau, ayah Soobin sendiri.

Sejak tadi, tak ada satu pun yang berani menginterupsi perbincangan Soobin dengan ayah dan kakaknya. Seokjin yang semula meledak hebat, kini juga terdiam sejak ayahnya sudah mengambil posisi, melayangkan tinju pada Soobin yang bersimpuh setelah adiknya itu selesai berbicara.

Satu dua pukulan, rasa sakitnya seolah mampu dirasakan orang-orang yang mendengar bagaimana kepalan tinju sang kepala keluarga mendarat di wajah anak bungsunya.

"Bagaimana jika aku tetap tidak percaya padamu mengenai guru itu?"

Soobin menelan ludahnya yang sedikit tercampur dengan darah.

"Ayah percaya dengan pengakuan ku yang meniduri anak di bawah umur saat masih awal kuliah. Tapi, ayah tak mempercayai penjelasanku mengenai kondisinya? Bahkan setelah Yoongi hyung, yang ada di bidangnya, ikut menjelaskan?"

Yoongi juga hanya berdiri tanpa ekspresi. Ia tau sekeras apa ayah Seokjin. Ia sebenarnya ragu dengan rencana Soobin. Tapi, ia juga ingin tau hasil akhirnya.

Ayah Soobin cukup terkejut dengan pertanyaan berani Soobin. Beliau hanya pintar menyembunyikan emosi saja.

"Atas dasar apa aku harus percaya? Cocoklogimu? Kamu yang menemukan fakta bahwa Kanghoon anakmu melalui tes DNA lantaran bayi yang kamu temukan memiliki kalung turun temurun keluarga yang belasan tahun lalu kamu ingat telah memberikannya pada orang yang kamu tiduri? Lalu guru itu datang padamu dan mengaku bahwa dia adalah orang itu? Bagaiamana mungkin kamu bisa percaya semudah itu padanya, Choi Soobin?"

"Lalu atas alasan apa aku meragukannya, ayah? Mengetahui hanya dia satu-satunya orang yang pernah tidur denganku dan dengan semua penjelasan Yoongi hyung? Beomgyu dan aku juga sudah membicarakan ini dan kami menemukan kebenarannya." Soobin geram. "Atas dasar apa aku tidak bisa percaya padanya?"

"Kamu dibutakan oleh cinta-"

"Kalau iya lalu kenapa? Ayah mau melakukan apa jika memang faktanya aku mencintai Beomgyu dengan gila?" Soobin dengan berani memotong ucapan sang kepala keluarga sehingga beliau berbalik dan tatapan keduanya bertemu. "Sejak awal ayah juga tau, apapun keputusan ayah, pada akhirnya juga hanya aku, Beomgyu, dan Kanghoon yang menjalaninya."

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang