juuni-!

246 27 1
                                    

Kanghoon berlari cepat menuju dapur tempat Beomgyu tengah mencuci dua gelas minuman miliknya dan Soobin.

Terhitung hari kesekian Beomgyu main di rumah siswanya itu yang tentu adalah permintaan ayahnya, Soobin.

"Ssaem!"

Tentu, Beomgyu terkaget dengan derap kaki cepat Kanghoon yang diiringi teriakan anak itu. Ia menaruh gelas yang hendak dibilasnya dengan air dan menoleh ke arah datangnya Kanghoon.

Semenit yang lalu, Kanghoon baru saja berseru bahwa ia sudah pulang. Sempat ia pergi bermain dengan Woojin. Lalu, menit berikutnya ia berteriak menuju Beomgyu dengan tergesa.

Aneh sekali.

"Apa? Kenapa?"

Berdirilah Kanghoon tepat di hadapan Beomgyu dan menunjuk retsleting jaketnya yang tak bisa ia buka.

"Tolong," Kanghoon menatap sedih pada Beomgyu, ia sedang lelah dan dengan mudah frustasi terhadap hal kecil. "Ini tersangkut, aku tidak bisa melepasnya."

Beomgyu tersenyum kecil. Ia berbalik sebentar untuk membersihkan tangannya dari sabun cuci dan kembali menghadap Kanghoon.

Astaga. Ia kira ada masalah besar sehingga membuat Kanghoon berteriak.

"Oke, let's see." Beomgyu menyematkan rambutnya yang ada di sisi samping wajah ke belakang telinga. Ia membungkuk dan jemarinya meraih retsleting jaket Kanghoon. Benar-benar tersangkut.

Kanghoon memperhatikan gerakan telaten jari jemari Beomgyu yang mencoba melepas retsletingnya. Keduanya sama-sama terfokus. Kening mereka sama-sama mengerut saking fokusnya. Bibir mereka agak dikerucutkan. Di tengah mereka, seperti ada cermin. Sangat persis.

Srek

"Wah!"

Keduanya bahkan kompak bersorak saat retsleting itu terlepas dari situasi tersangkutnya. Mereka saling menatap dan kemudian tertawa bersama.

Beomgyu menekuk lututnya, menyejajarkan tingginya dengan tubuh Kanghoon. Ia dengan tanggung, menarik turun retsleting jaket Kanghoon. Ia arahkan pandangannya pada retsleting yang tengah ia tarik turun untuk memantau apakah akan tersangkut lagi.

Saat itu, Beomgyu membeku tiba-tiba. Retsleting yang sebentar lagi terlepas dan memisahkan kedua sisi jaket, berhenti bergerak. Kanghoon dengan setelan baju turtle neck tanpa lengannya, memperlihatkan kalung yang tidak pernah Beomgyu lihat selama ia mengenal Kanghoon. Pikiran Beomgyu teralihkan. Kepingan memori itu muncul seperti DVD rusak yang dipaksa diputar.

Iya, ia tau Kanghoon menggunakan kalung, tapi tak pernah ia ketahui bahwa kalung yang Kanghoon kenakan, sama persis seperti yang pernah Beomgyu punya, belasan tahun yang lalu.

Malam itu.

Seseorang memberikannya.

"Mau ku kasih?"

"Kalung ini limited edition. Ah, ini bahkan hanya satu di dunia. Jangan dihilangkan."

"Kenapa? Hmm, kenapa ya? Karena kamu spesial?"

"Tidak kah kau menyadari betapa cantiknya dirimu dengan kalung ini?"

Beomgyu tanpa sadar menjatuhkan air matanya yang ternyata menggenang di mata kirinya. Ia baru tersadar saat dirasakannya sebuah tangan meraih pipinya. Ia tersentak dan mendongakkan kepalanya.

Kanghoon menatapnya dengan khawatir.

"Ssaem?? Ada apa? Ssaem menangis? Pundak ssaem bergetar."

Jemari Kanghoon tergerak menghapus air mata Beomgyu yang mengalir.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang