juuroku-!

300 30 2
                                    

Soobin sepeti orang gila. Mayat hidup yang tak punya motivasi dalam melakukan apapun. Sungguh memprihatinkan.

Kai tidak bisa berkata-kata setiap kali ia melihat atasannya itu. Datang untuk kerja. Melembur untuk kerja. Pulang untuk melanjutkan sisa pekerjaan.

Gila kerja. Bahkan Kanghoon mengatakan padanya untuk mengingatkan Soobin makan karena di rumah, Soobin tak pernah makan. Ia dengan monoton hanya memasakkan Kanghoon dan kemudian kembali mengurung diri di kamarnya dengan setumpuk kerjaan.

Yang Kai takutkan adalah jika Seokjin datang berkunjung, atau malah kedua orang tua Soobin. Orang pertama yang akan diserang adalah Kai, selaku orang yang selalu bersama Soobin.

Ia sudah menceritakan keadaan Soobin pada Yeonjun, yang lagi-lagi harus melakukan perjalanan dinas, namun Yeonjun tak memberikan saran yang berarti. Yeonjun justru meminta Kai membiarkannya. Tidak membantu.

Parahnya lagi, Soobin tidak mau menceritakan apapun padanya. Lantas, bagaimana Kai bisa membantu masalahnya?

Pening kepala Kai, ia memilih untuk mampir ke cafetaria kantor untuk meneguk kopi lebih dulu. Pagi-pagi gini, kerjaan juga baru berdatangan. Ia akan kerjakan saat semua sudah datang.

Saat melewati resepsionis, petugas di sana langsung memanggilnya. Kai menoleh bingung, terlebih ada seseorang yang sepertinya adalah tamu. Ia mendekat dan menanyakan ada perihal apa sehingga petugas di sana memanggilnya.

"Apa Choi Soobin sajang-nim bisa ditemui? Aku tadi mencoba telepon ke ruangan Anda, tapi ternyata Anda sedang di sini." Petugas itu menunjuk laki-laki yang ada di depan meja resepsionis. "Seseorang ingin menemui beliau. Namun, aku tidak mengetahui jawaban sajang-nim."

Kai menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap lelaki yang lebih pendek darinya.

"Choi Soobin?" Kai bingung sebenarnya setiap kali ada orang asing yang mendatangi Soobin. Hampir keseluruhan tamu Soobin adalah koleganya atau siapapun dengan kepentingan kerjaan. "Ah, ingin menemuinya? Boleh ku tau namamu, sebelumnya?"

"Kang Taehyun."

Sebuah senyum Kai tampilkan. "Aku Kai, sekretaris Soobin hyung. Apa kamu terburu-buru? Aku ingin ngopi dulu, mungkin kalau bisa ikut denganku dulu. Soobin hyung sedang cukup sibuk di atas."

Taehyun mengangguk mengerti. Kai lalu mengajaknya berjalan menuju cafetaria. Memesankannya kopi juga dan keduanya duduk di dekat jendela yang menampilkan pemandangan taman samping gedung.

Membiarkan sepi mengurung mereka beberapa waktu untuk menikmati minuman mereka, Kai kemudian mulai mengajak berbicara.

"Jadi, boleh ku tau urusan mu dengan Soobin hyung? Aku jarang mendapati tamunya yang bukan rekan kerjanya."

"Apa kamu mengenal Choi Beomgyu, Kai-ssi?" Kai menatap bingung pada Taehyun dan mengangguk.

"Tentu. Guru musik Kanghoon, aku bertemu dengannya beberapa kali. Ada apa-" Kai mendadak ingat, sudah berapa hari ia tidak melihat interaksi Soobin dengan Beomgyu. Murungnya Soobin, mungkinkah karena Beomgyu? "Ah! Mereka- astaga!"

Taehyun tersenyum. Sepertinya orang di hadapannya mengerti apa yang ia maksud.

"Aku datang untuk meminta tolong padanya. Beomgyu hyung benar-benar sedang dalam situasi yang buruk. Bahkan konselor psikolognya tidak mampu mengajaknya bicara. I suppose you know something too, Kai-ssi?"

Kai menggeleng cepat. Ia sungguh tidak tau apa-apa.

"Soobin hyung juga sedang dalam keadaan yang buruk. Dia tidak membuka mulut tentang apapun yang tengah ia hadapi. Apa kau keberatan jika menceritakan sesuatu itu pada ku, Taehyun-ssi?"

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang