go-!

328 34 1
                                    

"Dia barusan lahir 6 hari yang lalu, Soobin-ah."

Soobin dan Seokjin membelakkan mata mereka ketika Yoongiㅡdokter kandungan sekaligus spesialis bayi yang merupakan junior dari jurusan sebelah di universitas yang sama dengan Seokjinㅡmemberitahu mereka tentang hal tersebut.

Memisahkan diri dari orang-orang kantor, semalam, Soobin dan Seokjin pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi bayi yang Soobin temukan di depan gerbang panti asuhan.

Dokter jaga malam melakukan pertolongan pertama dengan menghangatkan bayi yang kedinginan entah sudah berapa lama diselimuti udara dingin bulan Januari. Ketika fajar, Yoongi yang dikabari Seokjin, serta staf rumah sakit, langsung melesat ke rumah sakit.

Setelah pemeriksaan dan pemantauan yang Yoongi lakukan, kesimpulan pertama yang dikatakannya tadi membuat Seokjin dan Soobin menelan ludah dengan susah payah.

"Yoongi, serius? Serius enam hari?" Yoongi mengangguk tanpa ragu.

"Kondisinya bahkan bisa dipastikan seharusnya masih dirawat intensif setidaknya seminggu. Itu sudah sangat minimal. Namun, karena ia tampaknya belum cukup mendapat perawatan, aku bisa pastikan ia akan dirawat di sini lebih lama."

"Apa separah itu? Maksudku, aku menemukannya dalam keadaan baik jika dilihat sekilas." Soobin mulai berbicara.

Yoongi diam sebentar. Ia menyandarkan dirinya di kursi kerjanya.

"Well, secara medis tidak sebaik itu. Kondisinya sedikit berbeda dengan bayi-bayi baru lahir pada umumnya."

"Apa dia prematur? Tapi, secara fisik tidak begitu, kan hyung?" Seokjin mengangguk dengan perkataan Soobin.

"Bukan. Dia bukan bayi prematur. Dia lahir sesuai dengan HPLnya, jika aku tidak salah tebak. Hanya saja, dilahirkan dengan operasi caesar. Soobin tidak menemukan jejak apapun tentang asal usul bayinya?"

Soobin menggeleng lemah. Ia sudah mencoba mencari orang yang kemungkinan menaruh bayi itu pada malam yang sama. Mengingat ketika ia sampai di panti asuhan bersama yang lain, bayi itu belum ada. Seokjin dengan koneksinya mencoba mencari ibu baru melahirkan di sekitar kawasan panti, nihil.

"Apa tidak bisa dicek satu-satu, hyung? Rumah sakit mana saja yang baru menerima pasien ibu melahirkan bersama bayinya yang di rawat?"

Seokjin mendelik dengan pertanyaan Soobin. Yoongi juga memasang wajah judesnya.

"Soobin-ah. Meski negara kita angka kelahirannya terhitung sangat rendah, tapi di Seoul saja, sehari bisa sekitar ratusan bayi yang lahir yang tercatat pihak berwenang. Yang tidak tercatat langsung? Juga ada. Kamu menemukan bayi itu tanpa identitas, itu juga minusnya, Soobin-ah."

Yoongi benar. Jika saja bayi yang ditemukannya ditinggalkan dengan selembar kertas bertuliskan namanya, mungkin bisa membantu pencarian. Tapi, Soobin bahkan baru memberinya nama saat pihak rumah sakit meminta identitas si bayi untuk memasukkannya ke data mereka.

Obrolan mereka pun berjalan seputar kondisi si bayi dan rencana perawatannya beberapa waktu ke depan. Seokjin tak bisa berada di sana lebih lama dan harus pamit lebih dulu karena ayahnya mencari.

Ketika Yoongi juga sudah siap untuk melanjutkan pekerjaannya, ia terhenti. Menatap Soobin yang tadinya ingin pergi dari ruangannya, tampak berdiri diam di ambang pintu dengan menatap sesuatu di genggaman tangannya.

Sebuah kalung yang Soobin ingat betul ia menyerahkannya pada seseorang di club malam sekitar satu tahun yang lalu. Kalung turun temurun dari neneknya. Kakak iparnya memberikannya pada Soobin karena ia ingin Soobin yang memilikinya, menyerahkan pada orang yang Soobin cintai.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang