"Anak tidak berguna! Bagaimana jika orang lain tau, bodoh?! Tidak kah kamu berpikir lebih dulu sebelum bertindak?!"
"Sungguh memalukan keluarga. Kami merahasiakannya dan kamu seenak jidat pergi keluar, tidur dengan orang asing entah siapa yang tau apakah dia kakek tua penuh nafsu atau berandalan yang sudah beristri."
Beomgyu terduduk lemas di lantai. Kedua tangannya terkepal saat perih di pipinya semakin terasa. Mungkin sudah ada memar merah tercipta di sana. Tamparan ibunya kali ini seperti menggunakan kekuatan penuh yang bahkan Beomgyu saja sampai terjatuh.
"Lalu dengan kondisi mu sekarang, kamu pikir-"
Telinga Beomgyu mulai berdengung. Suara orang tuanya mulai memudar. Ia sudah cukup mendengar teriakan ibunya dan cacian ayahnya. Matanya yang semula terpejam erat, terbuka pelan. Retinanya menangkap sesuatu yang berjarak tak jauh darinya.
Sebuah tempat sampah yang telah berantakan. Beberapa testpack dengan hasil positifnya berceceran acak di atas lantai.
Orang tuanya mengetahuinya. Seharusnya Beomgyu bergerak lebih awal untuk membuangnya. Atau mungkin seharusnya Beomgyu tidak melakukan tes kehamilan itu berulang kali yang menyebabkannya tampak jelas di tempat sampah.
Ibunya benar. Ia bodoh.
Bruk
Terlalu sibuk dengan pikirannya, Beomgyu tak menyadari bahwa ibunya sempat pergi dan ayahnya yang lanjut mengoceh. Ibunya kini melempar tas yang biasa ia gunakan untuk sekolah ke hadapannya.
Beomgyu mengerti.
"Pergi. Aku membekali identitasmu di dalam tas agar kamu bisa mencari kerja yang jauh dari kami. Jangan sekalipun, kamu berani kembali ke sini. Ini bukan rumahmu. Kami bukan orang tua mu lagi!"
Sejak awal, Beomgyu mengerti. Orang tuanya tidak pernah menginginkannya. Meski begitu, Beomgyu tetap ingin menjadi anak yang menuruti perkataan orang tuanya.
Malam itu, ia pergi. Meninggalkan tempat di mana ia dibesarkan. Ia tak peduli untuk menoleh ke belakang. Ia sudah lelah dengan semuanya, dengan hidupnya.
Kakinya terus melangkah entah kemana. Ia mulai tak mengenali daerah tempatnya berjalan. Pandangannya kosong. Kepalanya yang sudah pusing, semakin bertambah pusing. Ia tidak tau apakah ia mulai kelelahan secara fisik atau karena tamparan ibunya sekuat itu sampai pusing di kepalanya sangat terasa.
Oh, ia kelelahan? Mungkinkah dengan melelahkan diri, janinnya bisa gugur? Atau perlukah ia bunuh diri sekarang? Atau ada pilihan lebih baik? Perlukah ia mencari tau siapa yang menidurinya? Tapi, bagaimana bisa? Beomgyu tidak punya kekuasaan dan koneksi. Ia tak mungkin kembali ke club itu dan membiarkan pihak mereka mengetahui kelakuannya yang menggunakan identitas orang lain. Bagaiamana?
Lagi-lagi, Beomgyu sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari ia mulai melangkah keluar trotoar. Ia melihat sekilas, cahaya terang yang mungkin berasal dari lampu kendaraan yang entah apa.
Beomgyu sama sekali tak menyadari bahwa cahaya itu semakin dekat dengannya. Yang ia ketahui adalah, sesuatu menariknya atau mungkin seseorang. Dan setelahnya, Beomgyu kehilangan kesadaran.
~ ~ ~
Soobin menatap heran pada Beomgyu yang terdiam. Ia melihat tangan Beomgyu menggenggam erat alat makannya. Tubuh Beomgyu terlihat menegang.
Tangan Soobin terulur, dengan ragu menyentuh tangan Beomgyu yang terlihat uratnya saking kencangnya ia memegang sumpitnya. Saat kedua kulit mereka melakukan kontak, Beomgyu tersentak dan tanpa sadar melepaskan sumpitnya hingga terjatuh ke atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔
ФанфикKehidupan masa muda Beomgyu hancur atas kelalaiannnya. Beomgyu marah, baik pada dirinya mau pun orang-orang yang ia anggap menghancurkan hidupnya. Dan di kala ia sudah kembali mendapatkan ketenangan hidupnya, bertemu seseorang memaksanya memutar wak...