"lepaskan aku Mingi.."

759 41 0
                                    

"Mingi" -Fero

"Hm ?" Mingi terdehem menjawab panggilan Fero

"Kenapa kau bisa berada di situ waktu itu ?" Fero menatap ke arah Mingi

"Kau ingin tahu ? Berjanjilah untuk tidak menangis saat mendengar ini" ucap Mingi sambil tetap fokus menyetir mobilnya

"Baiklah" -Fero

"Aku sering melihat Wooyoung bertingkah aneh saat ku melihat nya melakukan telpon dengan orang lain, aku juga sering melihatnya keluar dari kamar dengan cara mengendap-endap lalu memakai mobilnya pergi ke suatu tempat, itu jam 1 dini hari lalu saat aku bangun pagi dia sudah ada di kamarnya lagi. Aku hanya berpura-pura tidak mengetahuinya, lalu.."

Flashback

Deerrtttt..Deerrtttt..Deerrtttt..

"Bagaimana ini, Wooyoung sedang pergi"

Handphone Wooyoung terus berbunyi, ada yang menelpon nya berkali kali. Mingi menatap handphone adiknya itu, dia ragu ingin menjawab panggilan itu atau tidak. Jika tidak di jawab bagaimana jika ini sangat penting ? Tapi jika di jawab bagaimana jika ini privasinya Wooyoung.

Mingi mangambil handphone adiknya itu, berniat menjawab panggilan itu, tapi sudah di matikan oleh orang yang di seberang sana
Tak sengaja Mingi membuka pesan yang belum di baca oleh Wooyoung.

Charllos Alrez

|Cepat lah datang sialan

|Kau lama sekali

|Ini anak yang ku maksud waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Ini anak yang ku
maksud waktu itu

|Aku sudah memasangkan
Bom di tempat itu

Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab

|Ck tidak di jawab


Mingi menggaruk kepalanya sambil berfikir "apa Wooyoung kenal dengan Fero, apa yang Wooyoung sembunyikan dari ku. Apa ada yang tidak beres ?"

Mingi sudah terlanjur membaca nya, yasudah dia akan percakapan mereka yang sebelumnya dan melihat pesan Charllos yang membagikan Maps. "Apa ini lokasi nya ? Sebaiknya aku ikuti saja dia ke sana"

Flashback end

"Maafkan aku yang datang terlambat waktu itu" lirih Mingi sesekali menatap ke arah Fero

"Tak apa, terimakasih sudah menyelamatkan hidupku" -Fero

"Kau tidak membenciku karena tak bisa menyelamatkan tuan Reyno ?" -Mingi

"Tidak, aku mengerti waktu itu kondisinya sangat terdesak. Tidak semua orang akan seperti mu, yang tetap masuk untuk menyelamatkan ku walaupun bom nya 2 menit lagi akan meledak" -Fero

2 jam 30 menit mereka di pesawat dan sekarang mereka sudah berada di depan pintu gerbang rumah Sunoo dan Jungwon. Fero menatap Mingi ragu "apa aku bisa ?"

Mingi mengangguk dan menepuk bahu Fero untuk menguatkan nya "tenang saja, aku selalu bersama mu. Kau pasti bisa"

Pelayan membuka gerbang untuk mereka, kedua berjalan di halaman rumah besar itu. Fero membuka pintu rumah itu dan langsung di sambut oleh Jungwon dan Sunoo yang memeluk dengan erat
"Uwon dan kak Uno merindukan mama !" Jungwon memeluk kaki Fero sangat erat

"Mama juga merindukan kalian" Fero mengelus pucuk kepala kedua anaknya

"Mama, di mana papa ?" Terlihat Jungwon yang sangat antusias bertanya tentang Reyno.

Hati Fero gentar, dia berusaha menahan tangisnya dan menarik nafas dalam-dalam.
Mingi yang mengerti keadaan ini langsung menyapa kedua anak itu "Hay Jungwon Hay Sunoo, aku akan menjaga kalian dengan baik sementara papa kalian pergi bekerja di tempat lain. Oh ya aku ini teman nya papa kalian" Mingi tersenyum menunjukkan smile box nya, tapi Jungwon malah takut dan bersembunyi di balik kaki Fero

"Ohh begitu ya, baiklah kak...." -Sunoo

"Mingi, nama ku Mingi" -Mingi

"Baiklah kak Mingi !" Ujar Sunoo balas tersenyum

Seiring berjalannya waktu kedua anak itu sudah mulai akrab dengan Mingi, Jungwon pun sudah tidak takut lagi dengan Mingi karena Mingi benar benar sangat baik dan perhatian kepada mereka berdua. Tak jarang mereka berdua merengek pada Mingi untuk ikut tidur di kamar Mingi, tapi di larang oleh Fero membuat Jungwon dan Sunoo merajuk. Bagaimana pun Fero takkan bisa menolak keinginan anak anak manisnya itu, akhirnya Fero mengalah dan memperbolehkan Jungwon dan Sunoo menginap di kamar Mingi, lelaki yang punya smile box itu tidak keberatan sama sekali.

4 bulan Fero dan Mingi sudah tinggal di rumah itu bersama, tekat Fero yang ingin memulai hidup baru semakin hari semakin menipis. Dia tidak yakin dengan dirinya sendiri, apakah dirinya bisa merelakan dan mengikhlaskan kepergian Reyno. Dia lelah setiap hari memakai topeng, dia bisa tertawa bahagia di hadapan anak anaknya dan Mingi tapi hatinya remuk dan hancur. Tak memiliki semangat hidup sama sekali seakan jiwanya di bawa oleh Reyno, keputus asaan Fero semakin menjadi ketika Reyno masuk ke alam mimpi nya saat dia tidur. Reyno berdiri di hadapan nya tapi Fero sama sekali tak bisa meraih Reyno, dia sangat ingin memeluk Reyno. Semua itu terasa nyata namun saat Fero menyadari itu hanya mimpi belaka dia kembali menangis tanpa suara. Tak jarang Fero menyakiti dirinya sendiri, dia mencoba meminum racun tetapi gagal karena Mingi sempat melihatnya dan menahannya.

Malam ini Mingi kembali terbangun dari tidurnya karena Fero yang membanting pintu kamarnya dengan keras dan berlari ke rooftop, Mingi berlari sekencang mungkin untuk mengejar Fero takut teman nya itu akan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, saat Mingi sampai benar saja Fero sudah mengambil ancang-ancang untuk melompat dari ketinggian itu. Langsung saja Mingi langsung menarik baju belakang Fero agar Fero gagal bunuh diri.

Fero meraung keras ingin di lepaskan tapi Mingi semakin erat memeluknya "lepaskan aku, ku mohon. Tak ada gunanya aku tetap hidup. Lepaskan aku Mingi.."

***

"Nak Minho ingin kemana malam malam begini ?" Kakek Minhee menahan tangan Minho yang akan meraih knop pintu

"Aku ingin berjalan jalan saja di sekitar sini kek, aku merasa sedikit resah jadi aku ingin menenangkan hati ku dulu" -Minho

"Yasudah kalau begitu berhati-hatilah. Ini sudah malam" -kakek Minhee

Minho melangkahkan kakinya menuju suatu tempat yang membuatnya penasaran setengah mati. "Akan kah aku mendapatkan jawabnya malam ini" Minho bergumam pelan sambil terus berjalan

Minho sampai di depan reruntuhan yang sudah 4 bulan ini membuat dirinya terus bertanya-tanya tentang kilas balik yang iya lihat waktu itu "sepertinya disini bagian depan bangunan yang runtuh ini" Minho duduk di atas puing puing bangunan yang sedikit berlumur darah kering "aku merasa tidak asing dengan semua yang ku lihat disini"

Minho tak merasa takut sama sekali, walaupun suasananya sangat mencekam dan bau busuk sangat menyengat, Minho tetap duduk dengan tenang sambil memeluk lututnya. Perlahan dia memejamkan matanya  mencoba mengingat-ingat apa yang sudah terjadi sebelumnya, tapi dia tetap tak mengingat apa apa.

Setelah di rasa sudah 1 jam Minho duduk di situ, akhirnya dia bangkit dan lanjut berjalan ke arah banyak makam di sana. Dia berjongkok ke salah satu makam yang di sana, mengambil dompet di samping makam tersebut dan menemukan kartu identitas seseorang tapi Minho tak bisa membacanya karena cahaya bulan tidak terlalu terang. Mencoba menajamkan matanya Minho hanya bisa melihat huruf Y di sana, huruf sisa nya Minho tak bisa melihatnya lagi karen abjad nya kecil. Minho kembali memasukkan identitas orang itu di dalam dompet dan mengembalikan nya ke tampat semula.

"Sudahlah, aku lelah.."

TBC

Vote and komen ya

FALL IN LOVE WITH DEVIL🔞🔞 #minlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang