BAGIAN 04

2.1K 122 1
                                    

Seluruh kelas berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut. Kali ini Elisa ke kantin, dia tidak ke perpustakaan. Itupun karena paksaan kedua temannya ini. Kalau tidak, mungkin Elisa saat ini sudah duduk anteng didalam perpustakaan.

"Rame banget," ucap Elisa

"Namanya juga kantin El, kamu sih ke perpus mulu," sahut Syilla seraya menyelipkan rambutnya kesamping telinga.

Kemudian mereka bertiga menuju kantin penjual bakso.

Mereka bertiga memesan pada pak Diki, kemudian duduk dikursi yang sudah disediakan.

Sembari menunggu, mereka bertiga berbincang bincang. Ditengah perbincangan mereka, seseorang nimbrung diantara mereka. Bima, iya yang menghampiri para gadis itu si Bima.

"Lo Elisa kan?" Tanya Bima, Elisa pun mengangguk. "El, sorry ya soal foto lo sama Ghifari yang kesebar di tiap grup kelas itu, bukan gue yang nyebar kok, tapi kan titik kesalahannya ada di gue yang nyuruh lo balik bareng Ghifari," sambung Bima.

"Gapapa kok kak," sahut Elisa

"Oh jadi si cowok kulkas itu disuruh sama lo kak? Bukan kemauan dia? Parah sih," ucap Vani

"Kulkas kulkas, dia punya nama cuy, nama dia Ghifari," sahut Bima kemudian mengambil posisi duduk disamping Syilla.

Tak lama pak Diki mengantarkan pesanan Elisa dan kedua temannya itu.

Bima pun ikut memesan semangkuk bakso yang lalu pesanan itu diterima oleh pak Diki. Kemudian pak Diki kembali ke tempatnya menyiapkan pesanan. Sedangkan Bima menunggu. Kali ini entah apa tujuan Bima yang seketika ingin satu meja bersama tiga gadis ini. Biasanya, Bima selalu bersama salah satu teman kelasnya jika dia tak bersama Ghifari. Vani yang bilang ini.

Pak Diki mengantarkan satu mangkuk pesanan, lalu dihidangkan dihadapan Bima. Dia pun langsung menuangkan sedikit saus, kecap, dan sedikit sambal ke mangkuk baksonya. Kemudian menyantapnya dengan nikmat tanpa gangguan.

"El, ikut gue yuk nanti pulang sekolah," ucap Bima dengan mulut yang masih penuh dengan baksonya itu.

"Kemana kak?" Tanya Elisa

"Udah ikut aja, kalian berdua mau ikut?" Tanya nya kini bergantian pada Vani dan Syilla. Namun dengan cepat Syilla menggeleng.

"Gak deh, kalo gak ada kak Ghifari gue gak ikut," sahut Vani

"Yaudah, lo sama gue aja, El," ucap Bima memutuskan dan Elisa hanya mengangguk.

Mereka pun menuntaskan aktifitas makannya. Ke empatnya membayar pesanan masing masing.

Setelah selesai dengan urusan perut, mereka beranjak dari area kantin. Kembali menuju kelas masing masing. Elisa, Vani, dan Syilla ke kelas mereka yang berada dilantai dua, sedangkan Bima harus menaiki satu lantai lagi untuk sampai dikelasnya.

Melangkah masuk ke dalam kelas, lalu menempatkan diri di kursi masing masing. Mereka sedikit mengobrol untuk menghabiskan jam istirahat, tersisa kurang lebih lima belas menit.

Asik mengobrol, bel berbunyi. Obrolan asik mereka harus terpotong untuk kembali di jam kegiatan belajar mengajar.

Sudah sepuluh menit dari bel berbunyi, guru pengajar tak kunjung masuk. Karena penasaran, Radit selaku ketua kelas pun pergi ke kantor guru, ingin menghampiri guru pengajar.

Sesampainya Radit dikelas, dia membawa sebuah pesan tertulis yang ditulis di sobekan kertas.

Radit pun mengumumkannya dikelas ini.

"Gaisss dengerin, bu Maida hari ini gak masuk, tapi kita dapet tugas kimia nih dari bu Maida, buku paket halaman enam puluh dua, kerjain soal pilihan ganda satu sampe lima dibuku tulis, kalo udah selesai kumpulin ke gue," tutur Radit membacakan isi pesan bu Maida,  guru kimia. Kemudian Radit kembali ke kursinya.

GHIFLISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang