Dering alarm ponsel yang berbunyi membangunkan pemiliknya. Elisa bangun, mematikan alarm nya itu. Setelahnya dia beranjak dari tempat tidurnya itu. Menyiapkan seragamnya yang berada di lemari. Kemudian melangkah menuju ke kamar mandi yang berada disamping kamar tidurnya.
Setelah rapih dengan balutan seragam putih abu, rambutnya yang di urai, Elisa turun kebawah untuk sarapan pagi bersama kedua orang tuanya.
Menyapa kedua orang tuanya dimeja makan. Lalu dia sedikit menarik kursi disamping Wiguna papanya. Mutia, mama Elisa, menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sedangkan bi Eni menyiapkan susu vanila untuk Elisa lalu dihidangkannya dihadapan Elisa. Bukannya Elisa manja, dia sering meminta bi Eni agar tidak menyiapkan sarapannya terus, tetapi bi Eni selalu bilang bahwa itu pekerjaannya. Jadi Elisa hanya menghargai keinginan bi Eni. Setelah susu vanila itu ada dihadapannya, Elisa membuat roti dengan selai strawberry.
Kegiatan sarapan bersama keluarga telah selesai. Kini waktunya Elisa berangkat ke sekolah. Dia selalu diantar Wiguna menggunakan mobil ketika berangkat, namun ketika pulang Wiguna selalu bilang pada Elisa untuk naik taksi online atau ojek online. Dikarenakan Wiguna belum menemukan orang untuk menjadi supir keluarganya.
Setelah beberapa menit dijalan, tibalah Elisa disekolahnya. Dia menyalimi punggung tangan sang papa, kemudian turun dari mobil.
Masuklah dia kedalam lingkungan sekolahnya ini. Dia melangkahkan kaki menuju kelasnya yang berada dilantai dua.
Sesampainya dilantai dua, dia masuk ke kelasnya. Didalam kelas sudah terdapat kedua temannya.
Elisa menaruh tasnya kemudian duduk.
"Ke perpus yuk," ajak Elisa pada dua temannya itu.
"Lo gak capek El, baru naik mau turun lagi terus naik lagi buat ke perpus?" Sahut Vani, jadi perpustakaan sekolah berbeda gedung, dan terletak dilantai dua juga.
"Enggak kok, yuk."
"Bukannya nolak nih El, tapi kan kamu tau otak aku ini lemot banget, jadi kayaknya gak cocok deh kalo diajak ke perpus," sahut Syilla
"Hm kalian gak mau ya? Yaudah deh aku sendiri aja, bye bye," ucap Elisa lalu beranjak dari kelas.
Dia menuruni setiap anak tangga. Sudah hati hati tiap kakinya memijak anak tangga, namun tak disadari tali sepatunya sudah terlepas. Ya, Elisa lupa mengikat talinya dengan kuat, sehingga saat ini tali sepatunya terlepas. Karena talinya terinjak oleh kaki satunya pun, Elisa nyaris terjatuh.
Entah kebetulan atau memang keberuntungan, Elisa tak jadi terjatuh ke lantai, justru Elisa malah terjatuh dalam dekapan.
Elisa mendongak, melihat siapa orang dihadapannya ini. Orang yang kemarin, yang menolongnya diperpustakaan. Yap betul, Ghifari.
Elisa pun membenarkan posisinya, sudah terdapat beberapa pasang mata yang menatap kaget mereka berdua. Bagaimana tidak, seorang Ghifari yang anti cewek itu, saat ini sedang berdua bersama cewek didekat tangga.
"Maaf kak, aku gak sengaja," ucap Elisa
Ghifari melihat Elisa dari atas sampai bawah, apa yang menyebabkan gadis ini terjatuh. Ternyata tali sepatu nya yang tak terikat itu yang membuat gadis dihadapannya ini terjatuh.
"Kenapa kak?" Tanya Elisa.
"Tali sepatu," sahut singkat Ghifari kemudian pergi begitu saja dari Elisa.
Elisa menatap kepergian sang kakak kelas. Ternyata pikiran tentang sang kakak kelas itu salah. Ternyata sang kakak kelas itu bisa berbicara.
Ternyata dia bisa ngomong, batin Elisa
KAMU SEDANG MEMBACA
GHIFLISA [END]
Novela JuvenilApakah ini sebuah keberuntungan? Elisa si cewek imut, cantik, namun polos itu disukai oleh sang kakak kelas bernama Ghifari yang terkenal dengan julukan 'cowok kulkas'. Harinya yang tak berwarna seolah menjadi berwarna karena kehadiran Ghifari. "Ma...