Hari begitu cepat berlalu, hingga saat ini tiba hari minggu. Untuk hari libur ini, Ghifari memilih diam dirumah. Lagi pula tidak ada agenda apa apa hari ini.
Namun, tiba tiba, Mila berucap sesuatu.
"Ghif, temen mama nanti mau main kerumah, dia juga bawa anaknya, sambut dengan baik ya," ucap Mila. Dengan mantap dan penuh semangat, Ghifari mengiyakan ucapan mamanya. Ghifari rasa, mamanya Elisa lah yang datang kerumahnya hari ini.
Berjam jam berlalu, kini jam menunjukkan pukul satu siang.
Hidangan makanan sudah siap dimeja makan, bi Nami menyiapkan semua itu, dibantu Mila juga.
Tak lama, ponsel Mila berdering. Dia mengangkat telepon dari ponselnya, lalu bergegas keluar.
Ghifari pun ikut melangkah keluar, melihat apakah benar itu Elisa dan mamanya atau bukan.
Harapan Ghifari pupus, yang kerumahnya hari ini bukan Elisa dan mamanya. Melainkan orang lain.
Mila membawa tamu nya masuk ke dalam rumah. Ghifari dengan sopan menyalimi tangan Jani, teman Mila. Dibelakang Jani, ada anak gadisnya.
"Hai, salam kenal, gue Alsayana cukup panggil gue Alsa," ucap Alsa, seraya mengulurkan tangannya dan senyum yang sumringah.
Alsayana, anak dari Jani temannya Mila. Memiliki wajah yang cukup lah dibilang cantik, memiliki tinggi yang beda tipis dari Ghifari, rambut hitam panjangnya yang di terurai bebas tidak mengurangi kecantikannya. Tapi tetap, kecantikan Alsayana tidak memikat Ghifari.
Ghifari memasukkan tangannya di saku celana, dia tidak ada niatan untuk menerima uluran tangan dari Alsa, "salam kenal, Ghifari," ucapnya singkat lalu masuk kedalam rumah, meninggalkan Alsa.
Merasa terabaikan, Alsa menarik uluran tangannya tadi, lalu ikut masuk ke dalam.
Setelah berbincang bincang sedikit, Mila mengajak Jani dan Alsa untuk makan siang bersama.
Mereka menuju ke meja makan. Ghifari menarik kursi lalu duduk. Alsa pun menduduki kursi tepat disamping Ghifari, dan sungguh itu membuat Ghifari menjadi risih.
Ghifari kembali berdiri dari kursinya, berniat untuk meninggalkan agenda makan siang bersama ini. Namun, Pratama dari arah kamarnya menghalang niat Ghifari. Pratama menyuruh Ghifari untuk tetap disana.
Ghifari menghela napas. Dia malas untuk duduk bersampingan dengan Alsa, dia memilih untuk duduk di ujung meja makan, itu membuat seisi meja makan menjadi bingung.
"Sini dong Ghif," ucap Mila
"Ghifari disini aja ma," sahut Ghifari.
"Masa ada temennya jauh banget gitu duduknya,"
Ghifari pun mengalah, dia duduk dikursi tepat disamping Alsa. Sikapnya yang biasa saja itu, ternyata membuat Alsa berbunga bunga.
Mereka pun memulai makan siangnya. Tak ada suara dimeja makan ini.
Ditengah menikmati hidangan, ponsel Ghifari berdering. Disitu Ghifari berucap syukur. Akhirnya dia bisa beralih pergi dari sini.
"Ma, sebentar ya," Mila pun mengangguk. Ghifari beranjak dari sana. Dia keluar dari dalam rumah, kini dia di teras mengangkat panggilan teleponnya. Nama Irsyad tertera dilayarnya.
"Heh,"
"Apa?"
"Punya kontak Elisa gak?"
"Mau ngapain,"
"Chat dia lah!"
"Gak usah,"
"Dih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GHIFLISA [END]
Ficção AdolescenteApakah ini sebuah keberuntungan? Elisa si cewek imut, cantik, namun polos itu disukai oleh sang kakak kelas bernama Ghifari yang terkenal dengan julukan 'cowok kulkas'. Harinya yang tak berwarna seolah menjadi berwarna karena kehadiran Ghifari. "Ma...