Elisa turun dari mobil, perasaannya kini campur aduk. Kini dia dirumah sakit, diantarkan oleh bi Eni dan pak Doni. Elisa dan bi Eni masuk kedalam rumah sakit, sedangkan pak Doni memarkirkan mobilnya.
Elisa melangkah melewati lorong rumah sakit bersama bi Eni.
Pandangannya beralih pada wanita paruh baya dan salah satu laki laki yang tengah duduk dikursi depan ruangan. Dan Elisa yakin itu adalah mamanya dan juga om nya. Dengan langkah pasti, Elisa menghampirinya.
"Mama, papa kenapa?" Tanya Elisa, setelah duduk disamping Mutia.
"Papa kamu kecelakaan El," sahut Rudi selaku adik dari Wiguna.
(Flashback on)
Banyak kerumunan orang yang melingkari mobil seseorang.
Rudi yang kebetulan lewat didekat sana pun menghampiri kerumunan itu.
"Permisi pak, ini ada apa?" Tanya Rudi.
"Ini pak kecelakaan," sahut salah satu orang disana.
"Bisa dijelaskan kronologinya pak?" Tanya Rudi
"Saya kurang tau pak, saya datang sudah berkerumun seperti ini," sahut bapak itu.
"Apa korbannya sudah dilarikan kerumah sakit pak?" Tanya Rudi
"Belum pak,"
Entah mengapa, setelah mendengar jawaban dari bapak ini, Rudi merasa tidak nyaman dengan perasaannya sendiri.
"Kenapa belum pak? Ini urgent, kenapa belum juga dibawa kerumah sakit?" Sahutnya, lalu menghampiri sang korban yang sudah diletakkan dibawah begitu saja.
Mata Rudi membulat sempurna kala melihat korban kecelakaan itu.
"Kak Wiguna," lirihnya.
Rudi tak kuasa menahan air matanya yang ingin meluruh itu, tetapi ini bukan waktunya untuk menangis. Dia harus membawa sang kakak kerumah sakit.
"Maaf, bapak kenal dengan korban ini?" Tanya salah satu orang yang melihat Rudi.
"Dia kakak saya, pak saya minta tolong bantu bawa ke mobil saya pak, cepat," ucap Rudi, kemudian bapak bapak yang berkerumun disana pun akhirnya bersama mengangkat Wiguna menuju ke mobil Rudi.
Sampai dirumah sakit, Wiguna langsung ditangani dokter. Dia pun menelepon Mutia.
Tak memerlukan waktu lama, Mutia tiba dirumah sakit dengan isak tangisnya.
(Flashback off)
Pintu ruangan terbuka, menampilkan dokter yang menangani Wiguna dengan raut wajah yang sulit diartikan.
Semuanya berdiri menghampiri sang dokter.
"Bagaimana keadaan kakak saya dok?" Tanya Rudi.
Dokter tersebut menghela nafas, "maaf, kami harus menyampaikan ini, pak Wiguna telah berpulang," ucap dokter itu menyampaikan berita duka.
Kakinya melemas, rasanya wanita paruh baya itu tidak sanggup untuk menahan tubuhnya untuk berdiri. Mutia sudah terduduk lemas dibawah sana dengan raut wajahnya yang kacau. Dia menangis. Orang yang dia cintai telah pergi dan tak akan kembali.
Bagaimana dengan Elisa? Gadis itu menutup mulutnya tak percaya dengan kabar ini. Matanya mengalirkan bulir bulir air. Rasanya sakit sekali mendengar berita duka ini. Pagi tadi, adalah waktu terakhir dia bisa bersama Wiguna papanya. Pagi tadi, Elisa masih menyalimi punggung tangan Wiguna. Sekarang? Papa nya telah kembali kepada Tuhan. Cinta pertamanya sudah pulang ke asalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHIFLISA [END]
Teen FictionApakah ini sebuah keberuntungan? Elisa si cewek imut, cantik, namun polos itu disukai oleh sang kakak kelas bernama Ghifari yang terkenal dengan julukan 'cowok kulkas'. Harinya yang tak berwarna seolah menjadi berwarna karena kehadiran Ghifari. "Ma...