"Kali ini gue mau banyak ngomong, dan gue mau cerita," ucap Ghifari. Bima pun langsung menaruh gelasnya dan bersiap menyimak omongan temannya ini.
"Sebentar sebentar, gue buka rekaman," sahut Bima seraya mencari aplikasi perekam suara yang ada di ponselnya.
"Jangan, gue takut lo lupa dan itu rekaman kesebar di tiap kelas," ucap Ghifari, lalu Bima pun menurut, dan dia memfokuskam dirinya menatap Ghifari.
Sebelum bicara, Ghifari memastikan, apakah Bima bisa dipercaya untuk diam soal ceritanya ini. Tetapi, dilihat dari wajah Bima, sepertinya dia bisa menjaga soal ini.
"Lo mau ngomong apa sih?" Tanya Bima
"Gue sebenernya ragu mau bilang ini, gue takut omongan gue salah," ucap Ghifari
"Udah cerita aja, salah bener nya gue yang komen."
Ghifari memantapkan hati untuk bicara segala uneg unegnya, "Tadi di UKS, jujur gue gak bohong, Elisa manis banget, pertama kalinya gue ketemu cewek semacam dia, dia beda Bim," jelasnya
Bima menaikkan satu alisnya, "Beda gimana?" Tanya nya.
"Disekolah, gue akui banyak kok yang cantik, banyak kok yang manis, mereka gue sebut cantik ya karena mereka cewek, tapi salah satu dari mereka ada yang beda, yaitu Elisa."
"Ya beda nya apa kambing!" sahut Bima yang merasa tidak sabar, karena rasanya dari tadi Ghifari hanya memutar mutar ceritanya.
"Bukannya gue kepedean ya, tapi cewek disekolah hampir semuanya deketin gue kan?" Bima hanya manggut manggut, "nah kalo Elisa, dia gak kayak kebanyakan cewek disekolah, gue sempet mikir, apa Elisa gak tertarik sama gue?"
"Entah, emang kenapa kalo dia gak tertarik sama lo? Atau jangan jangan lo yang tertarik sama dia?" Ucap Bima seraya tersenyum meledek
Ghifari tak berkata apa apa, dia diam. Apa jangan jangan tebakan Bima benar. Apa jangan jangan Ghifari mulai tertarik pada Elisa?
"Gapapa Ghif, suka sama orang itu wajar," ucap Bima
"Menurut lo, gue suka gitu sama Elisa?" Bima lagi lagi mengangguk.
Ghifari jadi tak tahu harus apa. Bagaimana jika dirinya benar benar mulai suka dengan Elisa?
Ghifari pun memilih diam soal rasa dalam hatinya ini.
Setelah cukup lama ditemani Bima, akhirnya temannya itu bergegas ingin pulang. Ghifari mengantarkan sampai ke gerbang. Lalu pulanglah Bima.
🌵🌵🌵
Hari ini, Ghifari sudah betul betul sehat. Dia juga sudah di izinkan membawa motor oleh Mila. Lalu dia pergi ke pelataran parkir untuk memarkirkan motornya.
Setelahnya dia turun, lalu melangkah masuk ke area dalam sekolah.
"Kak Ghifari," panggil seseorang dari belakang, Ghifari menoleh, "kak Ghifari udah beneran sembuh?" Tanya Elisa
"Iya, udah ya gue mau ke kelas," sahutnya kemudian berjalan duluan menuju ke kelasnya. Elisa masih tak menyangka, sekarang Ghifari mengucapkan lebih dari tiga kata. Elisa kemudian menaiki tangga menuju lantai dua.
Sampai dikelasnya, seisi kelas terfokus pada ponselnya masing masing dan terlihat saling bertanya. Elisa masuk kemudian bertanya pada Vani dan Syilla.
"Van, Syill, ada apa kok keliatan pada serius banget liat hape nya?" Tanya Elisa
"Kak Agil El, di drop out dari sekolah," sahut Vani
Elisa nampak mengingat sesuatu, Agil? Dia seperti pernah dengar namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHIFLISA [END]
Teen FictionApakah ini sebuah keberuntungan? Elisa si cewek imut, cantik, namun polos itu disukai oleh sang kakak kelas bernama Ghifari yang terkenal dengan julukan 'cowok kulkas'. Harinya yang tak berwarna seolah menjadi berwarna karena kehadiran Ghifari. "Ma...