BAGIAN 16

1.4K 88 0
                                    

Dikantin, mereka sudah memesan dua piring nasi goreng. Pesanan kini sudah berada didepan mata. Ghifari dan Elisa duduk dikursi salah satu kantin. Mereka hanya berdua. Soal Vani dan Syilla, Bima sudah menangani kedua teman Elisa itu, agar tidak mengacaukan Ghifari dan Elisa yang tengah berdua dikantin.

"Kak,"

"Hm?"

"Kenapa kak Ghifari nerima ajakan aku yang semalem? Kan aku cuma dikasih tantangan dari Vani, bukan ajak kak Ghifari ke kantin bareng," ucap Elisa, lalu menyendokkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Ghifari tak merespon, dia takut salah bicara. Takut seperti saat itu, dimana Ghifari mengutarakan perasaannya, Elisa pergi begitu saja.

"Kenapa diem lagi kak?" Tanya Elisa yang masih setia mengunyah nasi goreng dimulutnya.

"Makan dulu, ngomongnya nanti, bisa?" Sahut Ghifari, lalu melanjutkan kegiatan makannya.

Tak ada suara apapun dimeja mereka selain suara sendok dan piring yang beradu. Sampai akhirnya, mereka telah menyantap habis nasi goreng pesanannya.

Mereka kemudian membayarnya, setelahnya mereka keluar dari area kantin.

"El,"

Elisa mendongak, "kenapa kak?"

"Ke taman," ucap Ghifari.

"Aku ke kelas aja kak," sahut Elisa. Namun, entah apa yang merasuki Ghifari, sehingga membuat dia berani meraih tangan Elisa untuk dia genggam. Elisa menatap tangannya yang digenggam Ghifari. Tangannya begitu kecil rupanya.

Ghifari menarik Elisa pelan untuk dia ajak ke taman. Para siswi cukup terkejut melihat Elisa yang digenggam Ghifari itu. Cowok kulkas si anti cewek itu, apakah benar benar sudah berubah? Sejak kapan?

Elisa mengikuti langkah Ghifari hingga tiba ditaman. Mereka mendudukkan diri dikursi taman.

"El, inget waktu pertama kali ketemu?"

"Inget,"

"Lo kenal gue?" Elisa menggeleng, karena memang benar, saat itu dia tidak mengenal Ghifari. "Lo beranggapan gue ini siapa?" Tanya Ghifari

"Aku beranggapan, ya kak Ghifari itu kakak kelas aku, oh iya satu lagi," ucap Elisa menggantung.

"Apa?"

"Aku pikir, kak Ghifari itu gak bisa ngomong, maaf kak," lanjut Elisa, baru saja Ghifari membuka mulut untuk mengeluarkan beberapa kata, namun sudah dicegah oleh ocehan Elisa, "tapi aku beneran gak tau kok kak, karena saat aku minta tolong dan aku bilang terimakasih kak Ghifari gak respon apa apa, kak Ghifari cuma diem aja," sambungnya.

Ghifari tidak kesal dengan ungkapan Elisa, dia tidak marah, dia menerimanya, "apa lo gak tau kalo gue ini sering di omongin siswi siswi disini?" Elisa menggeleng.

"Aku gak terlalu ingin buat tau omongan omongan mereka kak, bisa dibilang aku gak peduli, maaf ya kak salah sangka waktu itu,"

"Kalo gak dimaafin gimana?" Ucap Ghifari berniat meledek.

Elisa diam. Dia langsung saja menatap Ghifari, apakah kakak kelasnya ini kesal padanya? Kalau iya, bagaimana? Apakah kakak kelasnya ini akan menjauhinya? Mengapa saat ini Elisa merasa akan kesepian nantinya. Mengapa saat ini Elisa tidak ingin Ghifari menjauh darinya.

Kok dia diem, salah ngomong lagi gue?, tanya Ghifari dalam hati

Ghifari mengulurkan tangannya untuk meraih pundak Elisa, "bercanda, iya gue maafin, lo gak salah, gue yang terlalu diem."

🌵🌵🌵

Semua siswa memasukkan buku bukunya ke dalam tas dan tak lama bel pulang berbunyi. Semuanya perlahan meninggalkan kelas mereka, kemudian berhamburan dari area sekolah.

GHIFLISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang