Di Minggu siang ini, Elisa, Vani, dan Syilla pergi ke salah satu caffe langganan Vani. Cafe bertuliskan Moonlight diatas pintu masuknya itu hari ini ramai pengunjung. Cafe ini memang belum lama dibuka, tetapi soal rasa minuman yang disediakan selalu menggugah selera, dan tempatnya yang terlihat nyaman dan tentram ini menggiurkan mata untuk hadir ketempat ini.
Ketiga nya memasuki cafe ini lalu menuju meja pesan sekaligus kasir. Mereka memesan apa yang ada di papan menu. Setelah memesan, mereka duduk dimeja beserta kursi yang berada di pojok cafe.
"Kamu sering kesini Van, tiap kesini selalu rame gini?" Tanya Elisa seraya melihat sekeliling, ramai sekali. Vani manggut manggut.
"Yang sering kesini bukan cuma gue, tapi kak Ghifari sering juga kesini, dan gue sering liat dia, sayangnya dia nya gak kenal gue," ujar Vani.
"Oh ya? Pasti kalo dia jadian sama cewek, diajak kesini," ucap Syilla.
Tak lama, pelayan perempuan yang mengenakan seragam kuning dan celana hitam pun tiba membawa pesanan mereka bertiga. Menatanya rapih diatas meja, "ada yang mau dipesan lagi?" Tawar pelayan itu.
"Gak ada mbak," sahut Vani seraya tersenyum ramah, lalu sang pelayan itu kembali ke tempatnya dia bekerja.
Mereka menyicipi minuman yang dipesan masing masing.
"Gimana mango milkshake nya?enak kan?" Tanya Vani, dan Elisa mengiyakan.
"Peppermint milk tea nya juga enak Van," ucap Syilla setelah mencobanya.
Lalu mereka fokus pada pesanannya masing masing. Menikmati kesegarannya.
"Van," panggil Syilla yang hanya disahuti dengan dehaman dari Vani, "menurut lo, kak Ghifari suka sama Elisa gak?" Ucapnya blak blakan walau ada Elisa.
"Gak usah ditanya pasti lo tau dong jawaban gue Syill," sahut Vani
"Ih kalian apaan sih, gak disekolah gak disini, obrolannya kak Ghifari terus," ujar Elisa
"Gapapa my little bunny," sahut Vani seraya mencubit pelan pipi Elisa. Entah sudah berapa kali pipi Elisa ini menjadi cubitan Vani, karena saking gemasnya.
"Tapi El, diliat liat semakin kesini, itu es batu perlahan mencair El," ucap Syilla.
"Iya nih, kayaknya lo mataharinya deh El, makanya kak Ghifari yang es batu gitu perlahan mulai cair," cerocos Vani.
"Kalo aku matahari, berarti kalian panas dong dideket aku?" Tanya Elisa.
Vani memutar bola matanya, kapan ya Elisa paham yang seperti ini. Dia kan sering membaca cerita, dia pasti juga pernah membaca novel, dia juga pasti sering menemukan kata kata yang diucapkan Vani. Tetapi kenapa masih saja tak paham, "Iya El, panas banget, saking panasnya gue mau lempar lo ke gurun pasir," ucap Vani
"Emang sekali lemparan, kamu bisa taruh aku di gurun pasir?" Tanya Elisa
Vani memegang jidatnya, "sudah ya El, cukup, aku lelah berdebat dengan kepolosanmu," ucap Vani, Syilla pun hanya terkekeh.
🌵🌵🌵
Bima saat ini dirumah Ghifari, dia bosan, jadi lebih baik kerumah Ghifari. Walaupun sama sama dirumah, tetapi setidaknya dia bersama Ghifari, temannya. Jadi bosannya memudar sedikit.
Mereka berbincang bincang banyak hal, lebih tepatnya Bima yang nerocos dan Ghifari hanya pendengar yang baik.
Namun, rasa bosan itu kembali hadir didalam diri Bima. Ingat, bosannya tadi hanya memudar sedikit, jadi sekarang rasa bosan itu datang lagi.
"Jalan yuk," ajak Bima
"Kemana?"
"Biasa," sahut enteng Bima
KAMU SEDANG MEMBACA
GHIFLISA [END]
Teen FictionApakah ini sebuah keberuntungan? Elisa si cewek imut, cantik, namun polos itu disukai oleh sang kakak kelas bernama Ghifari yang terkenal dengan julukan 'cowok kulkas'. Harinya yang tak berwarna seolah menjadi berwarna karena kehadiran Ghifari. "Ma...