Beberapa hari berlalu, sekarang adalah hari sabtu. Bima mengajak teman temannya berkumpul di cafe yang biasa dikunjungi. Jelas itu cafe Moonlight.
Lama sekali mereka tidak kesini karena tugas tugas yang melanda, ditambah saat itu ada penilaian tengah semester. Tentunya mereka akan rajin belajar.
Ditambah kabar Elisa yang sempat sulit diajak keluar. Dia keluar rumah hanya urusan sekolah dan tugas kelompok.
Sekarang Elisa kembali pada teman temannya.
Berhubung mereka berjanjian dengan delapan orang. Jadi mereka satu meja berempat. Elisa, Vani, Ghifari, dan Bima berempat. Syilla, Alsa, Irsyad, dan jangan lupakan kekasihnya Syilla tentu saja itu Radit. Mereka berempat berada disamping meja Ghifari.
"Udah kayak sepatu aja ya kita, berpasangan gini," tutur Bima.
"Jangan sepatu dong, berarti selalu bersama gak bisa bersatu dong?" Sahut Vani.
"Oh salah ya? Yaudah, kita ini kayak kutub utara dan selatan magnet, saling tarik menarik," ucap Bima.
"Ya ya ya up to you," celetuk Irsyad dari meja sebelah.
"Ye nyaut aja lo tungau."
Ghifari hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Bima yang tak berubah itu.
Pelayan cafe mengantarkan pesanan yang mereka pesan. Bima melihat pelayan cafe itu.
"Loh mbaknya kan yang dulu itu ya? Mbak coba jawab apa bedanya— aduh," ucap Bima terpotong kala mendapat toyoran pelan dikepalanya.
"Gak usah didengerin mbak, gak jelas, lagi mimpi," ucap Vani.
Pelayan cafe itu hanya menyunggingkan senyumnya, kemudian kembali ke tempatnya dia bekerja.
"Mau gombalin mbak mbak tadi hah?!" Tanya Vani.
"Ampun nyonya," ucap Bima langsung mendapat pukulan kecil di lengannya dari Vani.
Dimeja ini dihiasi dengan keributan kecil, sedangkan dimeja sebelah sangat damai dan tentram. Syilla dan Radit yang asik berbicara kecil, Alsa dan Irsyad tengah asik narsis didepan kamera.
Ghifari menoleh ke Elisa, melihat ketenangan dalam gadis itu. Gadis itu melihat ke arah jendela, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang dijalan sana. Namun, matanya tak hanya menatap kendaraan, tetapi menatap bapak paruh baya disebrang jalan sana yang tengah berjualan permen kapas.
"El," panggil Ghifari, Elisa pun menoleh.
"Kenapa kak?" Tanya Elisa
"Kamu kenapa?"
"Gapapa, emangnya kenapa?"
"Kamu mau gulali?" Tanya Ghifari.
"Beli yuk kak," ajak Elisa, Ghifari terkekeh kemudian mengangguk. Mereka berdua berdiri, itu membuat teman temannya memperhatikan mereka.
"Mau kemana?" Tanya Bima
"Kita duluan," sahut Ghifari.
"Pesenan lo sama Elisa gimana?" Tanya Bima.
"Buat lo sama Vani aja, belum kita minum kok," sahut Ghifari kemudian dia menggandeng tangan kecil Elisa untuk dia ajak keluar dari cafe.
Sampainya diluar cafe, Ghifari menaiki motornya disusul oleh Elisa. Ghifari membawa motor karena permintaan Elisa. Tadinya Ghifari ingin membawa mobil, namun karena Elisa meminta naik motor saja, ya jadi Ghifari menerimanya.
Mereka berdua melenggang pergi dari sana.
"Kak Ghifari, mau beli kemana? Kan kita tinggal nyeberang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GHIFLISA [END]
Teen FictionApakah ini sebuah keberuntungan? Elisa si cewek imut, cantik, namun polos itu disukai oleh sang kakak kelas bernama Ghifari yang terkenal dengan julukan 'cowok kulkas'. Harinya yang tak berwarna seolah menjadi berwarna karena kehadiran Ghifari. "Ma...