[09] Villainous

7.3K 744 55
                                    

Trigger Warning!

blood and violence

「 "Just look at me." 」

"Susul aku di persimpangan Sosabon. Ada tujuh belas anggota geng motor mengepung. Aku tunggu sepuluh menit."

Dia berbicara melalui ponselnya. Tanpa menunggu jawaban di seberang, dia langsung mematikan panggilan dan kembali menatapku.

"Aku akan periksa ke luar. Tetap di sini sampai aku kembali."

"Ka-kau mau keluar?!" seruku seraya menahan tangannya. "Bagaimana jika mereka menyerangmu? Satu lawan tujuh belas itu tidak seimbang! Kau bisa mati dikeroyok!"

Selanjutnya aku tersentak berkat debuman kuat dari luar. Mereka mulai memukul bahkan menduduki kap mobil ini, menggertak dengan raut garang hingga aku gemetar ketakutan.

"Kau sudah melihat siapa aku, Cheon Sera." Dia berkata seraya memberikan sesuatu padaku. "Kunci cadangan mobil ini. Jika terjadi sesuatu padaku, kau bisa kabur. Aku tahu kau sudah memiliki SIM."

Dan membiarkannya habis dikeroyok mereka? Bisa-bisa setelah itu aku akan dihabisi para anggotanya!

Dia kemudian membawa kedua tanganku ke telingaku, berkata, "Tutup mata dan telingamu. Hitung sampai seratus. Setelah itu lakukan instruksiku jika aku belum kembali."

Aku menggeleng kuat tidak setuju. Membuatnya semakin tajam menatapku.

"Just in case, Sera. I promise will be back."

Dan dia benar-benar keluar dari sini. Mengunci pintu dari luar lalu mendengar sorakan penuh cemooh dari komplotan itu.

"Lihat siapa yang akhirnya muncul!"

"Uhh, rambut merah. Seperti pemberani. Sampai-sampai berani seenaknya berkeliaran di daerah kita sendirian."

"Mana mungkin! Coba periksa mobilnya. Sepertinya aku melihat ada orang lain di dalam!"

"Kalian berurusan denganku."

Setelah dia berkata demikian, ada yang melesat cepat hingga mengenai orang yang hampir mendekati pintu mobil di sampingku sampai menjerit kesakitan. Aku membekap mulut menahan pekikan menyaksikan pria itu baru saja melemparkan pisau lipat dan menancap tepat di leher orang itu.

"Kurang ajar!! Kau berani menantang kami?!"

Pada akhirnya aku benar-benar mengikuti komandonya begitu pertarungan terjadi. Menutup mata dan telinga lalu mulai menghitung di tengah seruan serentak bagai mengeroyok pria itu.

Baru hitungan kesepuluh, aku mendengar hantaman keras. Entah siapa memukul siapa tapi lebih terdengar seperti suara bantingan.

Hitungan kedua puluh empat, benturan kencang membuat mobil ini bergetar. Menyambarku untuk menjerit di sela menghitung yang mulai tersendat-sendat.

Hitungan ketiga puluh sembilan, teriakan melengking menyusul bunyi patahan yang sontak membuatku ngilu itu berhasil menakutiku setengah mati.

Sekeras apapun aku berusaha menutup telinga, keributan itu tetap bisa kudengar. Aku menangis dalam gentar yang semakin merenggut kemampuan bernapasku sampai nyaris melupakan angka berapa yang terakhir kali kuhitung.

Enam puluh dua...

Enam puluh tiga....

Raungan motor terdengar sebelum disusul suara berdebam seakan kendaraan itu terjatuh, menyusul raungan penuh kesakitan yang berubah tercekat lalu lenyap begitu saja.

The Red Hair ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang