WARNING!!
🔞🔞🔞
─
「 "Your comfort is my priority." 」
─
KUAMBIL secangkir cokelat hangat lalu menyeruputnya pelan-pelan sembari menghangatkan kedua tanganku yang terasa kaku. Sore hari ini salju turun dengan lebat sehingga aku harus menetap di dalam selimut. Televisi yang menyala terus menyiarkan kabar cuaca hari ini sekaligus imbauan agar berhati-hati beraktivitas di luar rumah. Untungnya hari ini adalah waktu liburku.
Aku mudah sekali terserang demam saat cuaca begini. Apalagi ini belum di pertengahan musim dingin membuatku harus lebih berhati-hati. Tadi pagi saja suhu tubuhku sedikit naik padahal aku sudah berusaha mengenakan pakaian hangat.
Pintu kamar mandi terbuka, mendapatinya keluar sembari menggosok rambut merahnya yang basah dan itu membuatku bergidik. Aku bahkan sudah menggigil kala membasuh wajah dan sedikit menyeka beberapa bagian meski menggunakan air hangat, bagaimana dengannya yang mengguyur seluruh tubuhnya begitu?
Sontak saja aku menarik diri ketika tangannya menyentuh keningku. Sejenak kulihat dia mengernyit atas reaksiku lantas aku berkata, "Tanganmu dingin," yang dimengerti olehanya sebelum pergi ke dalam kamar. Memberiku kesempatan untuk berkutat dengan pikiranku lagi.
Tiga hari ini dia sungguh berada di dekatku. Dia hanya pergi saat aku bekerja dan akan menjemputku agar pulang bersama. Dia tidak pergi di malam hari seperti biasanya sebab aku akan terbangun masih di dalam pelukannya.
Aku hanya sempat memergokinya sedang bicara melalui panggilan di pagi hari setelah pengakuanku malam itu. Meski dengan suara rendah tetapi bisa kurasakan setiap kata yang dia lontarkan diselimuti amarah kental.
"Kalau begitu batalkan aliansi dengan mereka. Bawa oknum yang sudah menghancurkan senjataku ke ruang eksekusi." Punggungnya menegang saat mendengus berat lalu melanjutkan, "Good timing. Let's show those stupid rats that the reign is on us."
[Waktu yang tepat. Kita tunjukkan pada tikus-tikus bodoh itu bahwa pemerintahan ada pada kita.]
Sempat kulihat mata bengisnya menyala-nyala setelah mengakhiri panggilan dan berbalik mendapati keberadaanku. Lalu padam begitu saja oleh reaksi tertegunnya. Merasa bukan hakku untuk mengungkit, aku pun mendekat demi memeluknya.
"Did I wake you up?"
Aku hanya mengangguk di dadanya, berkata, "Kupikir kau pergi meninggalkanku lagi."
Dia membalas pelukanku dan hanya terdengar tarikan napasnya yang dalam di balik rambutku setelahnya. Kubiarkan dia meredakan emosinya sebelum akhirnya memberi ciuman selamat pagi padaku, dan aku menerimanya dengan senang hati.
Lamunanku berakhir kala dia sudah duduk di sampingku, mengarahkan termometer yang dibawanya ke telingaku. Dia sempat menggeledah laci lemari mengambil benda itu demi memeriksa suhu tubuhku tadi pagi yang ternyata sempat menyentuh 37,9 derajat Celcius.
"Aku tidak apa-apa, kan?"
Dia menarikku ke dekapannya setelah aku memaksa ingin memeriksa. Memberi lihat sekilas sebelum meletakkan benda itu di meja dan mengambil alih remot mengganti saluran.
37,8. Setidaknya aku memang sudah membaik.
"Wanna watch movie?"
Aku mendongak untuk mengangguk sembari menatapnya lalu tidak berpaling lagi. Mengamati wajahnya yang serius memandang ke depan dari dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Hair Man
Fanfic[The Wattys 2022 winner - Fanfiction] Berawal dari rasa simpati dan kenaifanku, membawaku ke dalam kehidupan pria berambut merah yang penuh akan bahaya. Berkatnya, aku menyadari bahwa dunia ini ternyata jauh lebih mengerikan dari yang kulihat dan ku...