[21] Yours

8.4K 644 41
                                    

slight!🔞

「 "I'm your man." 」

AKU masih mengira bahwa semua ini hanya mimpi.

Saat nyawaku kembali dan mencoba untuk bergerak, butuh waktu bagiku untuk menyadari ternyata aku berada di pelukannya. Di bawah selimut yang sama, di atas bantal yang sama—atau lebih tepatnya, lengannya yang kini melingkar sekaligus mendorong punggungku agar tidak menjauh menjadi bantalanku.

Dalam sekejap keadaan kami berubah. Aku dengan suka rela membiarkannya memelukku semalaman dan tidur bersama. Setelah pengakuannya, hatiku benar-benar melebur luluh.

Dia berhasil memporak-poranda keteguhanku, menghancurkan kepercayaan yang susah payah kubangun dan memilih untuk terlena di bawah sentuhannya. Aku bukan lagi terjebak tetapi memang sudah menjatuhkan diriku sendiri ke genggamannya.

Tato di leher hingga dadanya itu tidak lagi menyeramkan di mataku. Suara beratnya yang selalu terdengar menakutkan berangsur menggetarkan perasaanku. Tatapan kelam yang terkadang terlihat seperti monster tanpa belas kasih itu juga berkali-kali sudah menenggelamkanku.

Aku benar-benar jatuh hati pada pria rambut merah ini dan memilih mengikuti kata hatiku untuk semakin dalam menyentuhnya.

Mata yang kembali menyorotku itu meyakinkanku melalui debaran jantungku yang mulai bergemuruh bahwa aku memang jatuh cinta padanya.

Sentuhan kecil telunjukku di dagunya ternyata berhasil membangunkannya. Kutarik diri dengan canggung, tapi dia membawa tanganku kembali bahkan kini membiarkanku menangkup sisi wajahnya.

"Touch me all you want."

Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya hari ini membuatku meremang berkat suara seraknya. Bersama kupu-kupu yang kembali mengepak di perutku hanya dengan melihat jemariku seperti menyusut di pipinya.

"Kau melarangku untuk menyentuhnya."

Dia tersenyum seakan juga mengingat maksudku. Ibu jarinya lantas mengusap punggung tanganku di sana. "I'm yours, Sera. Now you can touch me all you want."

Hatiku berdesir mendengarnya. Dia seperti membangunkanku sepenuhnya bahwa ini bukanlah mimpi. Maka tanpa lagi ragu aku membelai wajahnya. Merasakan kulitnya yang kasar tetapi juga lembut di bawah kulitku.

Gurat kantung matanya terlihat dari dekat sini. Kelopaknya lekas mengatup seiring dengan telunjukku merasai kehalusannya. Bulu matanya panjang dan lentik, membuatku takjub bahwa pria seperti dia memiliki bulu mata secantik ini. Alisnya yang selalu bersembunyi di balik surai merahnya yang menjuntai jatuh ternyata berwarna hitam pekat dan tebal. Batang hidungnya tidak terlalu mancung tetapi sangat sempurna. Lalu bibirnya yang penuh sedikit merona.

Perjalananku berhenti sebab dia kembali mencekal lembut tanganku agar bertahan di sana. Sekali lagi memberi efek kupu-kupu di perutku berkat dia mulai mengecupi jemariku. Menghidunya sementara maniknya yang kembali membuka kini mengunci tatapanku. Jantungku lantas berdebar kencang.

Ini adalah perlakuan pertamanya yang terlalu manis sehingga tanganku mulai gemetar dan dia segera menyadarinya. Aku bisa merasakan bibirnya melengkung di bawah kulit telapakku, merambat ke tatapannya yang dipenuhi afeksi untukku.

"Seungcheol...."

"Hm?"

"Ka-kau tidak apa-apa...?"

Dia menelitiku sejenak sebelum membalas, "Soal apa?"

"Soal keputusanmu untuk berkata jujur padaku semalam. Kelompokmu..., mungkin tidak akan suka...."

The Red Hair ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang