[25] Trust

5.9K 557 30
                                    

⚠️mention of blood ⚠️

「 "Aku percaya padamu." 」


TIDURKU harus berakhir begitu mendengar pintu kamar ini dibuka. Menyusul suara beratnya mengalun hingga aku beranikan diri membuka mata lantaran posisiku membelakangi. Aroma segar yang menguar pun lambat laun menepis kantukku karena sepertinya dia baru saja pergi mandi.

Melihat jendela masih terhalangi tirai telah dinanti cahaya di baliknya, juga udara pagi yang mulai terasa melawan penghangat ruangan, aku harus merapatkan selimut yang sepertinya dia menyadari pergerakanku hingga untuk beberapa saat berhenti bicara.

"Sejak kapan?"

Penasaranku muncul mendengarnya kembali bersuara cukup serius. Sepertinya dia membuka lemari setelah meletakkan sesuatu di pinggir tempat tidur ini karena aku merasakannya.

"Tidak perlu. Aku memang sudah menduga itu. Jangan recoki. Lee Sooja berada di pihakku."

Lee Sooja? Bukankah itu nama Bibi Lee?

Ada apa dengan Bibi Lee...?

"Cukup awasi dia. Pastikan pihak Choi Jinho tidak menyentuh tempat tinggalnya. Bila sesuatu terjadi padanya, cepat hubungi aku."

Choi Jinho ... Presiden Direktur CS Group itu?

Ada apa? Memangnya apa yang hendak dilakukan Presdir Choi pada Bibi Lee, istrinya sendiri?

"Bicarakan padaku di markas nanti."

Kupejam kembali mataku setelah mendengarnya mengakhiri panggilan. Tidak lama, sisi tempat tidur yang kubelakangi melesak menandakan dia datang bersama aroma segarnya semakin pekat bahkan melingkupiku. Sebab dia lantas memeluk serta memberi kecupan-kecupan ringan di wajahku hingga aku menggeliat.

"Morning."

Aku tak dapat menyembunyikan desiran hangat di dadaku dan lekas tersenyum begitu menengoknya tengah melakukan hal sama. Membantuku merubah posisi lantas aku masuk ke dadanya, menghirup wangi tubuhnya yang menyejukkan.

"Pukul berapa sekarang?"

"Tujuh."

"Berani sekali mandi sepagi ini."

"I just went out so have to clean up before hugging you."

"Kau pergi semalam?"

"Ya."

Pantas saja aku sempat bermimpi aneh.

Mungkin ini terdengar berlebihan, tetapi sejak tidur bersamanya, aku seperti menemukan rasanya tidur nyenyak. Tidak ada mimpi buruk berdatangan dan aku selalu terbangun dalam perasaan aman sebab dia pasti masih memelukku.

Lihat betapa aku sudah bergantung padanya. Dalam tidur pun aku membutuhkannya.

"Seungcheol."

"Hm?"

"Bibi Lee baik-baik saja, kan?"

Tidak ada jawaban keluar dari mulutnya. Membuatku beranikan diri mendongak dan pandangan kami pun bertemu.

"Maaf, aku mencuri dengar tadi. Itu mulai menggangguku karena Bibi Lee baru saja pamit pergi kemarin. Bolehkah aku tahu beliau pergi ke mana?"

Sejak pertemuan kami kemarin di mana Bibi Lee menasihatiku dengan mata berkaca-kaca, sesungguhnya aku tidak lagi menemukan ketenangan utuh. Beliau seperti hendak pergi jauh dan itu cukup menakutiku. Semalam pun aku bermimpi aneh mengenai Bibi Lee karena masih terlalu memikirkannya.

The Red Hair ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang