─
「 "Aku terpaksa mengatakan bahwa sebenarnya dia datang di waktu yang tepat." 」
─
"Buka bajumu."
Sontak saja aku melotot sekaligus menyilangkan kedua tanganku di dada sampai harus menahan ngilu. Baru saja ingin mengucapkan terima kasih karena sudah kembali menampungku di tempatnya tapi dia lebih dulu menghancurkan rasa terharuku.
Yang benar saja? Dia mau aku bertelanjang di hadapannya?!
"Tidak mau!!"
"Kalau kau berpikir aku akan memperkosamu, enyahkan itu jauh-jauh. Aku juga tidak akan bernafsu melihat tubuh penuh luka seperti itu karena tidak enak dipandang."
Kurang ajar! Dia mengejek tubuhku!
"Tapi tetap saja! Ka-kau seorang pria dan baru saja menyuruhku untuk bertelanjang! Tidak, pokoknya aku tidak mau!"
"Cheon Sera, aku hanya ingin mengobati lukamu. Itu bisa infeksi jika tidak segera ditangani."
"Apa tidak bisa panggilkan Bibi Lee saja?"
"Sudah larut malam. Bibi Lee sudah tidur."
Memangnya yang waktu itu bukan larut malam?!
Dia menghentak napas, sepertinya mulai tidak sabar. Tapi intonasi suaranya masih terdengar tenang saat berkata, "Janjiku masih berlaku, kau lupa?"
Janji....
Janji bahwa dia tidak akan menyakitiku?
Wajah tegasnya juga begitu serius yang mengatakan bahwa dia memang tidak sedang berbohong.
"Ha-hanya untuk mengobati, kan...?"
"Kau bisa tendang kemaluanku kalau nanti aku ingkar janji. Sekarang, buka bajumu."
Meski masih ragu, aku mulai menarik ujung kausku ke atas dengan sedikit gemetar. Antara takut, malu, juga sakit mengingat tanganku juga menjadi korban pukulan. Tiba-tiba dia menyentuh kedua tanganku dan membantuku menarik kausku hingga melewati kepala.
Aku langsung menutupi bagian depan tubuhku dengan kausku yang masih menggantung di tangan. Sementara dia berpindah ke belakang, menyingkirkan rambutku ke depan di mana aku sedikit terhenyak berkat sentuhan kecil itu.
Lalu sunyi menyergap untuk beberapa saat. Sempat berpikir kalau dia mungkin sedang menyiapkan peralatan berobat tetapi benda-benda itu bahkan masih diam di sisi tempat tidur. Aku lantas menoleh ke belakang.
"Ke-kenapa? Tidak bisa diobati, ya? Kalau begitu, besok aku berobat ke dokter sa—APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Aku dikejutkan dengan lepasnya kaitan braku. Dia melakukannya begitu saja dan tanpa seizinku! Hampir saja aku memakinya kalau dia tidak menahan bahuku yang tidak terluka.
"Lukanya terlalu panjang. Itu harus dilepas supaya mudah diobati."
"Ta-tapi setidaknya beri tahu aku terlebih dulu! Aku hampir mengira kau benar-benar akan berbuat mesum!"
"Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan tubuhmu yang sedang terluka. Katakan itu saat aku benar-benar akan menelanjangimu nanti."
"Aku benar-benar akan menendang kemaluanmu nanti!!"
"We'll see later. Now be quite."
[Kita lihat nanti. Sekarang diamlah.]
Aku memang sudah membuat keputusan bodoh dengan membiarkannya melakukan ini. Kenapa juga aku mau menuruti titahannya? Seharusnya aku menolak lebih awal kalau memang tidak percaya padanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Hair Man
Fanfiction[The Wattys 2022 winner - Fanfiction] Berawal dari rasa simpati dan kenaifanku, membawaku ke dalam kehidupan pria berambut merah yang penuh akan bahaya. Berkatnya, aku menyadari bahwa dunia ini ternyata jauh lebih mengerikan dari yang kulihat dan ku...