11

2.6K 210 13
                                    

~Happy Reading ~

******

                           

"Ck! Bocil sialan!" gerutu Bumi.

Ia segera mengelilingi depan mobil dan masuk ke dalam.

Kini mobil pajero Putih berjalan membelah ibu kota Malam ini cukup ramai dan banyak orang orang yang berlalu lalang.

Ya. Mereka kemalaman di jalan karena macet.

"Abang Abang," panggil Azka antusias.

Bumi hanya berdehem sebagai jawaban.

"Abang tau gak?"

"Apaan," Bumi tidak menoleh ia tetap fokus menyetir.

"Mama seling nangis tau," ujar Azka sambil melirik mamanya yang tengah tidur di pundak Kaissa.

Bumi menatap Azka dan melirik mamanya di kaca.

"Nangis kenapa?" tanya Bumi karena heran.

"Nangisin papa Bang," ujar Azka dengan suara yang mau menangis.

Bumi menatap Azka dengan serius. "Mama masih sering nangis?"

Azka menggaguk sebagai jawaban Kini cairan bening mengalir di pipi bulat Azka.

Ia tidak mau menangis kencang, takut mamanya kebangun,dan melihat Azka menangis. Ia gak mau karena Azka udah janji gak bakalan nangisin papanya lagi yang udah pergi.

Bumi yang melihat bahu Adiknya naik turun. Tangannya terulur memegang tangan mungil Adiknya, mengelusnya dengan lembut.

Sekesal apapun Bumi terhadap Azka. Ia tidak rela melihat Adik bungsunya menangis.

"Azka hei liat Abang,"

Azka mendongkak menatap Abangnya. Dan satu tetesan air mata itu lolos.

"Jangan nangis, Azka kan anak kuat," Bumi menghapus air mata Adiknya dengan tangan kananya.

Kaissa yang ada di belakang hanya diam sambil mendengarkan dua Adik Kaka ini berbicara.

"Azka gak nangis bang," ujarnya tetapi air mata nya kembali lolos.

"Itu ko ada air matanya," goda Bumi.

Azka terlebih dahulu menyeka air matanya sebelum berucap. "Azka gak mau liat mama nangis lagi. Mama seling teliak-teliak, manggil nama papa di sana bang, Mama juga seling mukul-mukul kepalanya sendili," Azka menceritakan bagaimana keadaan Mamanya ketika mereka berada di Amerika.

Azka memang sering melihat mamanya yang kalang kabut. Hal itu membuat Bocah umur 5 tahun sering menangis sendiri melihat mamanya yang sepeti orang gila.

Bumi yang mendengar itu membuat dadanya sesak+Sakit melihat mamanya yang kalang kabut akibat kepergian papa.Di saat mamanya seperti itu ia tidak ada buat mamanya.Ia jadi semakin merasa bersalah.

Tapi mau bagaimana lagi ia juga punya tanggung jawab terhadap istrinya.

"Azka Abang janji, Abang bakalan cari orang yang udah nabrak Papa .Abang pastiin orang itu akan mati di tangan Abang." tekan Bumi dengan nada serius

"Abang janji ya bakalan nemuin Olang yang udah bunuh Papa? Tapi Abang jangan bilang sama Mama, kalau Azka ngomongin keadaaan Mama pas di Amelika,"

"Emangnya kenapa?"

"Mama bilang sama Azka, buat nutupin ini semua Dali Abang. Mama gak mau buat Abang jadi kepikilan sama Mama," Azka semakin menangis dengan diam.

Cairan bening juga lolos dari mata yang berwarna biru nan tajam itu. Bumi.

I LOVE BU DOSEN[END] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang