04. Rencana?

126 90 97
                                    

"Lu- ngga apa apa kan? "

Kata kata itu, entah kenapa rasanya menjadi sangat sesak saat mendengar kalimat sederhana itu.
Itu kalimat wajar yang di katakan orang orang saat melihat orang terlibat musibah tapi kenapa terasa se menyesakkan ini?

Tatapan itu, tatapan khawatir.
Mata indah beriris coklat terang yang begitu cantik kini menatap nya dengan tatapan bertanya tanya dan penuh kekhawatiran.

"Ngga, gue sakit de."
Gadis itu tercekat, Al bisa merasakan itu dari raut wajahnya yang berubah dari yang sebelumnya terlihat seperti bocah tk yang menyebalkan berubah menjadi tatapan yang prihatin.

Apakah Al salah bicara? Kenapa suasananya menjadi hening begini? Al membenci atmosfer seperti ini, sungguh

Al meremat dadanya, bersikap seolah dia kesakitan dan itu berhasil membuat Dean panik dan bahkan matanya sampai berkaca kaca karena takut

Ya Dean takut, dia takut Al akan terkena serangan jantung lalu meninggal dan dia akan di tuduh menjadi tersangka. Atau mungkin yang lebih parah Al akan menjadi arwah yang masuk ke kamarnya di malam hari dan Akhh huaa Dean takut setengah mampus hanya dengan membayangkan itu

"Sakit bat dada gue gegara ketawa mulu Hahhaha." Dean yang panik mendadak menunjukkan wajah kesalnya. Dia memukul bahu lelaki itu sekencang yang ia bisa. Ia tak akan peduli apakah itu akan sakit atau tidak masa bodo! Dean tak mau peduli

PLAK

AKHHH!

"Sakit de"

"Bodo amat mau sakit kek mau mati kek ga ada urusan! Goblok anjir mau aja kawatir ma ni orang. Gue lupa dia temen nya kavin si bocah tolol"

"MATI AJA KEK LU! " teriak gadis itu
Al diam sejenak lalu kembali tertawa, tapi kali ini hanya tertawa kecil

"Wehh apa nih mati mati? Ga baik ye lu do'ain orang mati"

Dean membuang nafas kesal sementara Al hanya menatap orang yang baru datang itu dengan senyum kikuk

"Kan, kan apa gue bilang!? Gini nih kalo punya temen budeg. Ga amnesia kan lu?" Tanya lelaki berjeket denim dengan surai hitam pekatnya. Menuju ke arah Al dan mengulurkan tangan yang dengan cepat diraih Al

" Gegara kucing lewat tadi hehe" Al menggaruk tengkuk nya walaupun itu tak terasa gatal atau mengganggunya sambil tersenyum canggung pada lelaki yang hampir 1 tahun lebih tua darinya, Kavin

"Ah iya kav, saha yang menang?" lanjut Al, dia penasaran siapa yang merebut 5 juta nya

" Ga usah sok Sunda! Ga cocok sama lu yang vibes nya pangeran dongeng. Lagian ngapain sih pake balapan segala? Bahaya ya anju! itu juga melawan hukum tau ga!" ucap gadis bersurai hitam itu menarik perhatian Al juga kavin

"Melawan hukum apa?" Kavin menatap Dean penasaran namun jawaban gadis itu sungguh sangat membuat kavin bahkan Al pun tak bisa berbicara sepatah kata pun karena jawaban konyolnya

"Hukum jadi pacar gue"

"Demi harga diri kucing gue, gue ga kenal ama ni orang." Kavin menggeleng ke kanan dan kekiri dengan tangan yang juga bergerak ke kanan kekiri dengan cepat

"Lagian siapa juga yang mau sama cewe setengah waras kaya lu?" Dean menatap kavin dengan sengit kemudian berjalan mendekat kearah lelaki menyebalkan itu

Menarik kerah jaket milik lelaki 18 tahun itu hingga jarak mereka tersisa hanya beberapa cm saja. "Siapa tau lu ada rencana suka sama gue, Kavin Agasya."

Tolol

Anjing

Bangsat

Goblog

Dean lu bego!!

Ya kira kira begitulah makian yang dilontarkan Dean untuk dirinya sendiri.
Saat pulang tadi, Dean masuk ke kamarnya menjatuhkan dirinya ke ranjang dalam posisi tengkurap, lalu memukul ranjang tak bersalah dengan tangan dan kakinya.

Kenapa?

"Kalo gue punya rencana gimana? Lu mau jadi pacar gue? "

Arghh ini menyebalkan.

Setan bangs* bisa bisanya dia meracaui pikiran Deandra di saat yang tak tepat!
Lihat, bahkan mahluk yang tak ada sangkut pautnya pun dia salahkan

"Ihhh bego bat anjing besok gimana ini sat"

Lagi, dia menenggelamkan wajahnya di bantal bermotif keropi kesukaannya
Namun bayangan itu kembali muncul

Bayangan saat kavin menarik pinggangnya, lalu memeluknya dan mendekatkan wajahnya

AKHH MENGGELIKAN

Dean bahkan masih saja merinding mengingat kejadian itu tapi dia tak bisa menyalahkan kavin. Dia juga tak bisa menyalahkan dirinya sendiri, tapi dia bisa menyalahkan Al bukan?

Kalau saja Al tak kecelakaan dia tak akan bertemu kavin dan tidak akan- kan,dia menyalahkan mahluk tak bersalah lagi.

Ceklek

Ditengah tengah kegalauan nya Dean mendengar suara pintu yang terbuka, Dean melihat jam dinding di kamarnya

Pukul 21:47

Dean menghela nafas kasar ia sudah tau siapa itu dan dia juga sedang tak tertarik melihat ibunya.
Iya itu ibunya Dean, ibunya yang terlalu sibuk bekerja

"Dean!"

"Apa."

Dean mengalihkan pandangan ke pintu, benar saja sudah ada seorang wanita menatap nya di tengah pintu "Ngga belajar nak?"

Dean melengos malas "Belajar juga ga bakalan dapet nilai sempurna."balasnya datar

" Ya seenganya kamu bisa dapet rangking de. Kamu harus jadi orang pintar nak biar-"

"Biar apa bu? Biar Dean bisa masuk perusahaan elit?" Dean memotong ucapan ibunya, ia sudah cukup hapal dengan topik ini

"Bu, biarin Dean yang nentuin hidup Dean. Ibu bahkan ga tau apa apa soal Dean karena terlalu sibuk sama kerjaan.

Jadi mendingan ibu fokus aja sama pekerjaan ibu dan Dean sibuk sama urusan Dean, deal?"

Ibunya terdiam, dia yakin Dean sedang dalam mood yang buruk sekarang

"Ibu ngomong ini buat ke-"

"BU PLIS DEAN MAU TIDUR, ibu bahkan ga punya waktu buat Dean jadi jangan sok nasehatin Dean ini itu." Lagi, Dean kembali memotong omongan ibunya, namun kali ini dengan sedikit penekanan di awal kalimatnya

Mereka dilanda keheningan dalam beberapa saat, hanya saling menatap satu sama lain tak ada yang berbicara sampai ibu Dean melangkah keluar sambil menutup pintu kamar anak perempuannya

Dean menghembuskan nafas panjang, tak menyangka bahwa dia mengatakan semua kata itu dengan mudahnya.
Apakah ia keterlaluan? Semoga saja tidak

"Ahh gara gara kavin sih jadi kurang ajar kan gue"

"Awas aja ya tu kambeng satu kalo ketemu gue cabik cabik tu anak!" kesal gadis itu sampai menendang bantal guling nya kebawah

"Itu lagi si anak satu, cuma diem doang anjir padahalkan itu pe-le-ce-han "

"Eh, iya ga sih?" Dasar Dean, dia yang menyimpulkan dia juga yang kebingungan

"Pokoknya gue ga mau ngomong ama tuh 2 anak gembel. Gue bakal mogok ngomong bakal ngehindar, bakal-" Ocehannya terhenti, tiba tiba sebuah fikiran random menghampiri otaknya

"Eh, tapi mana ada gembel yang parfumnya ae seharga uang saku gue sebulan?"

"AKHH BODO AMAT LAH ANJ POKOKNYA MEREKA BERDUA DI MATA GUE GEMBEL!! YA WALAUPUN GEMBELNYA GEMBEL DUBAI TAPI TETEP SAJA GEMBEL. DASAR GANTENG DOANG OTAKNYA IL-"

Its the love shot Na Na Na~

Telepon nya berbunyi, pertanda seseorang tengah menelponnya. Dean mengambil HP di samping bantalnya dan melihat nama yang tertera

*GGS is Calling

AKHIR BAHAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang