21. confess

36 14 13
                                    

Pemandangan malam ini cukup bagus. Langit yang bertabur milyaran bintang dibarengi dengan hembusan angin yang menerpa rambutnya saat Alzen menyembulkan kepalanya dari jendela taksi yang ia naiki.

Kalau kalian tanya motornya dimana, motor kesayangan nya itu ada ditangan Kavin untuk sekarang. Sahabat nya itu mungkin butuh waktu untuk melampiaskan rasa kesalnya, jadi Al memilih naik taksi sekarang.

Dan sesuai janji, Alzen pergi ke alamat Kavin untuk menginap. Tentu setelah mendapat izin dari orang tuanya.

Tin Tin Tin

Suara klakson motor terus berbunyi dari arah belakang, membuat Alzen menengok ke belakang sana dari dalam mobil.
Dapat dia lihat Kavin yang melaju dengan kecepatan tinggi kini berada tepat disamping taksi nya.

Lelaki itu melambaikan tangan kemudian bertos ria dengan Alzen lewat jendela mobil yang terbuka. Saling berteriak karena angin yang meredam suara mereka dan kemudian tertawa tanpa sebab sampai aksi keduanya terhenti karena klaksonan pengendara lain yang menyuruh Kavin untuk menyingkir.

Namun Kavin ya tetap Kavin, bukannya menyingkir Kavin justru memelankan laju motornya sampai pengendara mobil di belakang meng klakson  terus terusan.
Anak itu baru berhenti saat Alzen menyuruh nya untuk pergi lebih dulu dan menutup jendela mobil,  Al tidak mau berurusan dengan om om di belakang sana hanya karena tingkah Kavin yang tak berguna.

Setelah 10 menit Alzen akhirnya sampai kerumah sahabatnya itu. Kavin pun sudah menunggunya sambil berjongkok di depan pagar dan memainkan game cacing kesukaannya.

"Nih!" Kavin melemparkan kunci motor begitu Al berdiri di depan nya, yang dengan cepat ditangkap oleh Alzen secara tepat.

Mereka berdua kemudian berjalan memasuki rumah dua lantai didepannya.
Dengan Alzen yang sedikit menegur Kavin karena kelakuannya tadi. Pintu terbuka, mereka berdua langsung menarik atensi seorang wanita yang tengah duduk anteng di sofa.

"Baru pulang Kav? Loh ada Al juga?" Alzen tersenyum sekilas menanggapi ucapan ibu sahabatnya itu. Sementara Kavin melenggang pergi begitu saja pergi ke kamarnya di lantai atas.

"Disekolah gimana Al? Kavin ga buat masalah kan?" tanya Fanya.

Alzen mengangguk pelan. " Kavin stay kalem kok tan. Untuk bulan ini dia belum dipanggil ke BK." ucap Alzen yang dibalas tawa oleh wanita di hadapan nya.

Suara musik yang begitu kencang mulai terdengar seakan memintanya untuk segera pergi kesana. "Tan, Al ke kamar Kavin dulu ya," ujar Al yang kemudian dibalas anggukan oleh Fanya.

Lagu happier than ever terdengar semakin nyaring seiring dengan Alzen yang semakin dekat dengan kamar itu, bahkan Al bisa mendengar suara Kavin yang ikut bernyanyi dengan tak kalah nyaring.

Setelah masuk kedalam kamar, Al kemudian menutup pintu dan menguncinya. Kavin pun tetap melanjutkan aktivitas menyanyinya seperti tadi tanpa terusik sedikitpun.

" was make me fucking ss—" nyanyian Kavin terhenti begitu saja saat Al mematikan speaker itu tanpa rasa bersalah.

"Udah malem Kav, lu kalo lagi setres cerita aja, jangan buat gue ikut setres juga."

Kavin nampak berfikir sejenak. "Cerita apaan? cerita tentang mak lampir yang jatuh ke empang lele mau?"

Alzen memutar bola matanya malas kemudian berjalan pergi untuk menjatuhkan tubuhnya ke ranjang big size di kamar ini.

Alzen menghela nafas panjang menarik perhatian Kavin untuk menatap kearah dirinya. "Kav, kita udah janji buat jadi diri sendiri saat berdua kan?" Kavin mengangguk dari tempatnya.

AKHIR BAHAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang