Sinar matahari kini mulai bersinar terang membangun kan para manusia yang masih terlelap damai dalam tidurnya.
Tapi itu tak berlaku bagi beberapa orang, Yoga dan banyak mahasiswa sudah terjaga dari subuh tadi dan kini mereka semua baru selesai sarapan.Inget ges demo juga butuh tenaga.
Pukul 07:00 mereka mulai kembali berunjuk rasa menyampaikan pendapat mereka.
Demo kali ini terjadi karena kasus melonjak nya harga kebutuhan pokok sedangkan para manusia yang katanya adalah wakil rakyat justru tengah berfoya foya dan berencana mengubah aturan pekerjaan buruh yang semakin memanaskan suasana.Di antara banyaknya mahasiswa, rakyat dan polisi terselip seorang anak lelaki dengan rambut hitam sedikit keabuan berteriak lantang menjatuhkan nama lembaga kemasyarakatan itu
Yoga, anak itu tak kenal lelah berteriak dengan lantang menyuruh orang didalam sana untuk mundur dari jabatan. Dan dugaan Al dan Novan benar terjadi sekarang
"YA PAKPOL GABISA GITU DONG!"
"iya kamu boleh menyuarakan suara tapi jangan membuat kekacauan." Polisi itu masih berusaha sabar
" Tapi yang didalem sana ngacauin negara ga ada yang negur tuh. Pakpol harus nya kedalem sana!" Polisi itu geleng geleng kepala berusaha sabar dengan bocah di depannya
"Setidaknya jangan terus terusan berteriak"
"Kalau ga teriak teriak bukan demo pak! Gimana sih? Polisi baru ya" Tuduh Yoga, polisi itu benar benar tak ada harga diri dihadapan anak lelaki ini.
"Pengen resign ya Allah cari duit begini banget ya." batin pak polisi ngenes.
"Permisi pak," ucap seseorang yang datang menghampiri mereka. Yoga dan polisi itu menengok secara bersamaan ke arah lelaki dewasa dengan penampilan rapihnya
"Saya wali anak ini, biar saya yang urus dia." ujar lelaki itu sekali lagi. Pak polisi itu kembali menatap Yoga lalu mengusak rambut anak itu sedikit keras, kemudian sedikit mendorongnya kearah lelaki berpenampilan rapih itu.
" Jangan demo demoan lagi! Kamu bikin orang setres soalnya!!" teriak pakpol pada Yoga yang kini tengah ditarik oleh seseorang itu.
"Yog jangan buat masalah terus, kasian ayahmu bingung ngurusin masalahmu saking banyaknya." ucap lelaki 27 tahun yang terus menarik tangan Yoga masuk kedalam gedung lewat pintu belakang
"Bacot." Arga menghela nafas lelah dengan jawaban bocah lelaki disamping nya.
Kadang Arga berfikir, apa atasannya tidak lelah menghadapi anak satu ini? Arga saja lelah bagaimana dengan boss nya?"Coba ubah sikap kamu sedikit " Yoga memutar bola matanya malas, dia muak mendengar kalimat itu terus menerus
"Ini hidup gue ga usah ngatur ngatur"
"Yog berhenti ngelakuin hal ga berguna dan fokus sekolah, ini bukan kegiatan yang pantes dilakuin anak SMA"
Yoga mendecak kesal, kemudian menatap Arga dengan tatapan tajam. "Lu cuma kacung bokap gue, dan lu ga ada hak ngurusin hidup gue!"
"Iya tap-" ucapan lelaki 27 tahun itu terhenti ketika pintu lift terbuka dan yoga yang langsung melangkah meninggalkan nya
Tak ada yang bersuara sekarang, Yoga hanya terus berjalan menyusuri koridor bercat putih dengan Arga di belakangnya. Mereka terus berjalan hingga sampai didepan sebuah pintu kaca yang dibuat blur.
Ceklek
Pintu terbuka dan Yoga didorong sedikit kencang masuk kesana, ke dalam ruangan dengan seorang pria paruh baya di dalamnya.
Pria itu menatap anak lelaki di depan sana. Dia lelah menghadapi anak itu dan berbagai masalahnya
"Apa yang kamu mau sekarang Yog? Ga cape kamu ngelakuin hal begini terus? " tanya Yuda, ayah Yoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR BAHAGIA
Teen FictionIstilah bunga akan mekar pada akhirnya tidak selalu benar, kadang bunga itu akan mati sebelum mekar.Seperti kita yang dipertemukan Tuhan, meminta akhir yang indah namun tak pernah tercapai. ⚠⚠BAHASA DI CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAHASA UMPATAN. J...