19. Malu

51 22 159
                                    

Suasana kelas 11IPS-A pagi ini seperti biasa, rusuh dan pecah. Namun sepertinya tidak semua siswa merasa senang sekarang. Beberapa siswa menengok dan menatap Dean dengan heran saat mereka melewati nya, merasa aneh dengan Dean yang seperti bukan Dean.

Kavin berjalan kearah Dean yang tengah mencorat caret buku catatannya dengan coretan abstrak. Dia sedikit bingung dengan Dean yang seperti orang kena tipes pagi ini

"Lu kenapa?" Dean mengalihkan pandangannya pada Kavin yang saat ini berdiri di sampingnya. Lelaki itu membungkuk melihat apa yang gadis itu lakukan pada buku tulisnya

"Lu ada masalah? tumben banget diem dieman biasanya juga petakilan kek reog ponorogo." Dean mendecak pelan, mood nya sudah rusak pagi ini dan Kavin malah menambah rusak mood nya

"ARGH KAVIN!" Geram Dean saat Kavin menggeser tubuhnya untuk berpindah kursi.

Mendengar intonasi Dean yang sedikit meninggi Kavin segera mengalihkan titik pandang nya ke arah gadis itu. Mereka saling menatap dalam tatapan yang terlihat jauh berbeda, Dean yang menatap  Kavin dengan tatapan kesal sedangkan Kavin menatap Dean dengan tatapan santai dengan sebelah alis terangkat.

"Lu kan bisa jalan kesini Vin, lu nyebelin banget serius!" Kavin hanya tersenyum tipis, Dean seperti nya sedang pms sekarang. Gadis itu tak bisa di ajak becanda.

"Iya maap, lagian lu kenapa?" Dean menghela nafas kasar lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah lelaki itu

Baru saja Dean ingin membuka suara tapi netra nya terlebih dahulu menangkap Alzen yang tengah berjalan ke arah kelas.
Entah apa yang Dean pikiran sekarang hingga dengan tiba tiba turun ke bawah meja begitu saja.

Kavin terkejut sebenarnya, dia bahkan mendengar suara yang cukup kencang saat kening Dean menghantuk meja  dengan  keras, bisa dipastikan kening gadis itu akan memerah setelah ini.

"Heh lu ngapa—"

"Kav!" Kavin menoleh, melihat Alzen yang kini berjarak selangkah darinya dengan sekaleng minuman dingin yang di ulurkan kearah nya.

"Nih, lu tau ga Novan kemana? Gue nyari tuh bocah ga dapet dapet dari tadi." Kavin menggeleng kemudian mengambil minuman yang tersaji di depannya.

"Gue ga tau, di perpus coba lu cari." Alzen menghembuskan nafas dengan kasar, dia bingung dengan Novan yang hobi sekali menghilang ketika dibutuhkan.

Kesal, Alzen menendang asal kedepan dengan kencang karena menganggap tak ada apapun di bawah sana namun malah suara teriakan nyaring yang terdengar.

"De lu gapapa?" tanya Kavin menatap gadis itu dengan khawatir, sementara Alzen dengan cepat melihat kebawah, melihat siapa yang dia tendang secara tak sengaja.

Hah..., sudahlah. Gadis itu sepertinya memang sudah ditakdirkan bernasib sial hari ini.
Dean perlahan menatap dengan senyum kikuk ke arah dua lelaki itu bergantian, dia hendak bangun  namun—

Tak!

Kepalanya justru menghantuk kolong meja, lagi.

"Lo ngapain di bawah? lo ngga papa? sorry gue ga tau ada lo disana?" Alzen menatap tak enak pada Dean yang lututnya dibuat memerah karena perbuatan nya.

Dean menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan senyum yang hampir membuat kelopak matanya ikut menyipit membentuk senyuman. "Ngga papa gue yang salah."

"Lu ngapain juga de masuk ke bawah? Modus ye lu?" Tuduh Kavin

Dean memejamkan matanya erat menahan malu, karena jujur saja dia juga tidak tau apa yang dia lakukan saat ini.

Dean memutar tubuhnya kemudian memukul lengan Kavin dengan kencang membuat lelaki itu memekik keras.

"Kancing gue lepas anying!" bohong Dean.

AKHIR BAHAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang