"Lu ngapa jadi aneh gini dah? Lu ngga suka sama Al kan?"
Dean terdiam, mereka berdua sama sama terjebak dalam keheningan selama beberapa saat sampai Dean tertawa keras dengan ekspresi aneh
"Ya nggak lah yakali hahha!" Bola mata nya terus mencari objek apa saja di dekat nya yang penting dia tidak bertatapan dengan Kavin sekarang.
Ayolah bagaimana mungkin Kavin dengan mudah nya menebak kalau Dean tertarik dengan orang yang tak lain adalah sahabat lelaki itu, apa dia tidak akan langsung heboh jika tau yang sebenarnya?
Dean tersenyum lebar berusaha melunturkan tatapan curiga yang Kavin arahkan padanya, gadis itu bahkan tak berkedip sampai Kavin mengangguk pelan dan mengalihkan tatapannya
"Yaudah gue cuma nanya doang, ga usah pucet gitu."
"Ya lu natap gue kek penjahat njir! gimana bisa kaga pucet?" marah Deandra.
Kavin tersenyum sekilas, fokusnya kini kembali terarah pada lebam di lutut Dean yang makin membiru "Ayo, kaki lo perlu penanganan."
Dean nampak berfikir sejenak, namun Kavin dengan segera menggenggam tangan gadis itu dan menariknya agar berjalan di belakangnya.
"Kavin bentar," sela Deandra membuat Kavin berhenti dan kini menatap dirinya. "Kaki gue sakit Kav." lanjut Dean.
Kavin menghela nafas ke udara, lelaki itu berjalan selangkah ke belakang menyamakan posisi mereka.
"Sakit banget emang? "
Dean mengangguk pelan. "lebih ke nyeri sih."
Melihat Dean yang menunduk seperti itu cukup menggemaskan menurut nya.
Kavin menepuk pelan puncak kepala gadis itu kemudian berjongkok di depan Dean yang kembali menunduk."Naik gih." Dean mengangkat wajahnya, menatap Kavin dengan ekspresi heran yang jelas terlihat di wajahnya.
"Ayo naik cepet, mumpung gue lagi baik." Seru Kavin sambil menepuk punggungnya beberapa kali.
Sebenarnya Dean malu, bisa saja Kavin meledek nya nanti tentang kejadian hari ini tapi kalau dia menolak juga malah dia yang tersiksa sendiri.
Hah ... Dean menghela nafas pelan. Gadis itu kemudian perlahan naik ke punggung lelaki di depannya dan menautkan kedua tangannya di leher lelaki ini.
Dean juga hanya diam dan menyandarkan kepalanya ke punggung Kavin yang lebar. Masa bodo dengan para siswa yang berbisik bisik tentang nya yang penting dia cepat sampai UKS, itu saja yang penting saat ini.
"Kav ..." Dean membuka pembicaraan dengan posisinya yang masih menjadikan punggung Kavin sebagai sandaran. "Lo harusnya mapah gue aja, liat sekarang lo jadi bahan julitan sekolah." lanjut Dean dengan nada pelan di akhir kalimat nya.
Kavin terkekeh pelan dengan kalimat gadis di punggung nya lalu membenarkan posisi Dean agar tak semakin merosot kebawah.
"Gapapa, anggap aja gue lagi cosplay jadi aktor Korea."
___0o0___
"Ini mas Kav kemana? Deandra juga kemana?" tanya bu Resti saat menyadari kedua muridnya tak ada di tempat
"Gatau bu, mojok paling!" Al menatap cepat ke arah siswa yang menyerukan kalimat itu dengan tatapan tak mengenakan
"Hush omongan nya dijaga Dre!" Mendengar omelan bu Resti siswa bernama Andre itu mengacungkan jempolnya sambil cengengesan tak jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR BAHAGIA
Teen FictionIstilah bunga akan mekar pada akhirnya tidak selalu benar, kadang bunga itu akan mati sebelum mekar.Seperti kita yang dipertemukan Tuhan, meminta akhir yang indah namun tak pernah tercapai. ⚠⚠BAHASA DI CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAHASA UMPATAN. J...