Rambut yang berantakan, mata yang berbinar, dan juga bibir yang sedikit belepotan. Kavin hanya bisa tertawa dalam hati melihat Dean yang tengah sibuk memakan ice cream di depannya.
"Apa ice cream nya se enak itu de?" Dean mengangguk cepat, membenarkan pertanyaan yang Kavin lontarkan.
Dean menatap lelaki di depannya, menatap Kavin yang tengah bersandar di kursi memandang pemandangan malam dengan sesekali meneguk hot chocolate nya. "Kav! Lo cukup sama hot coklat doang? ga mau nyoba icecream? Nih kalo mau minta, gue lagi baik soalnya."
Kavin menggeleng pelan. "Ngga deh, gue ga suka rasa vanila. Enek."
"Owh yaudah, ah iya! Kav gue mau nanya!" Seru Dean. Wajahnya terlihat begitu penasaran membuat Kavin pun ikut penasaran tentang apa yang akan Dean tanyakan.
Begitu melihat Kavin mengangguk kecil, Dean memajukan wajahnya, mengikis sedikit jarak yang ada. "Kenapa geng lo kayaknya suka banget coklat? Waktu gue ke supermarket sama Al hampir semua yang di beli rasa coklat semua kecuali teh sama yogurt." ujar Deandra pelan.
Salah satu ujung bibir Kavin terangkat, dia ikut memajukan wajahnya. "Coklat itu obat. Dan kita berlima butuh obat itu buat tetap terlihat sehat." bisik Kavin kemudian memundurkan wajahnya kembali.
Dean mengernyit, bingung dengan apa yang Kavin katakan. "Hah? Gue ga paham serius! "
Tak mempedulikan tatapan Dean yang dipenuhi rasa penasaran, Kavin lebih memilih untuk kembali meminum hot chocolate nya.
Kavin menaikan tangannya, melihat jam di smartwatch yang ia gunakan.Pukul 18:22
Kavin menghela nafas membuat Dean melirik ke arahnya sekilas. "De, lo masih belum mau bilang siapa yang nolak lo?"
Tak ada jawaban. Gadis itu justru kembali melahap icecream nya dengan wajah menunduk. Lagi, Kavin menghela nafas yang terdengar cukup kasar sekarang membuat Dean semakin menundukkan kepalanya.
"Jujur sama gue, dia Alzen kan?"
___☘
UUD pasal 28A, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Alzen menulis kalimat itu di sticky note miliknya, kemudian menempelkan nya di meja belajar.
Beralih ke halaman selanjutnya, Alzen kembali membaca pasal pasal hukum disana. Dia akan membacanya berulang kali sampai ia hapal baru ia akan puas dan beristirahat.
" Al gue suka sama lo ... "
Pergerakan Al dalam membaca terhenti tepat saat kalimat gadis itu kembali terputar di kepalanya.
Mengingat bagaimana Dean tadi pagi membuat Alzen tersenyum dan sedikit terkekeh. Ah ayolah dia harus fokus dengan sesi belajar nya tapi malah memikirkan gadis yang ia tolak beberapa waktu lalu itu.
Al menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi, tertawa pelan karena ingatan tentang betapa ceroboh nya seorang Deandra.
Dia sebenarnya juga menyimpan sedikit rasa untuk gadis ceroboh itu, hanya saja dia tidak bisa mengatakan atau mengekspresikan nya.Dunianya tidak mengizinkan anak itu untuk melakukan hal tak penting seperti berkencan atau bahkan berpacaran.
" Kamu urus Keisya, jangan sampai nilainya turun lagi."
Mendengar suara ayahnya dengan langkah kaki yang semakin mendekat, Alzen dengan segera menutup buku bersampul hitam itu dan menguncinya di dalam laci.
Lelaki itu segera menyalakan saluran belajar di komputer nya, membuka buku catatannya dan segera bersikap fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR BAHAGIA
Teen FictionIstilah bunga akan mekar pada akhirnya tidak selalu benar, kadang bunga itu akan mati sebelum mekar.Seperti kita yang dipertemukan Tuhan, meminta akhir yang indah namun tak pernah tercapai. ⚠⚠BAHASA DI CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAHASA UMPATAN. J...