[SASUSAKU IN THE PASADO]
⚠️ Disclaimer : "This story is pure fiction with a historical background."
Tumbuh tanpa mengenal apa itu cinta, dia bahkan tidak mendapatkannya dari kedua orangtuanya. Hidup mewah dalam sangkar emas tanpa tahu apa itu dunia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau tak perlu menemaniku, Shizune." Sakura menatap cermin. Ia berpikir kalau datang sendirian akan lebih baik.
"Tapi Putri, anda bisa mengandalkan saya nanti. Jika anda tidak nyaman saat bertemu seseorang-" Sakura memotong kalimat Shizune. Sakura tahu siapa yang tengah Shizune maksud.
"Tidak ya tidak, aku bisa mengurusnya sendiri." Kalimat Sakura tidak terbantahkan.
"Apakah kereta kudanya sudah siap?" Sakura berjalan menuju lantai dasar.
"Kakuzu akan mengantar anda." Ujar Shizune. "Kau sengaja memilih Kakuzu yang bisa bela diri, heh." Sakura tiba di lantai paling dasar. Tidak disangka, ada keributan besar di sana. Grand Duke mabuk dan memukul salah satu pelayan yang tidak bersalah. Pelayan itu terkapar tidak berdaya dengan darah yang mengalir di kepalanya.
Mata Sakura menatap tajam Grand Duke, namun tetap dengan ekspresi yang datar.
"Bereskan itu." Sakura melangkahi pelayan yang terkapar. Tidak sengaja gaunnya terkena setetes darah itu.
"Posisi ini, selamanya milikku!" Seru Grand Duke yang masih mabuk dengan langkah gontai. Sakura tersenyum meremehkan. "Menjaga martabatmu di depan putrimu saja kau tidak becus." Ia melanjutkan langkahnya. Kakuzu tidak menunjukkan ekspresi terkejut melihat kelakuan Grand Duke.
"Kita berangkat." Kakuzu memacu kuda dengan kecepatan sedang. Sakura membuka jendela kereta, angin berhembus menerpa wajahnya yang cantik. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Tetapi itu pasti adalah langkah besar pertama untuk keluar dari sangkar.
"Kita sampai Tuan Putri." Kakuzu menuntun Sakura turun dari kereta. Pelayan istana menyambutnya dengan ramah. Semua orang tahu siapa dirinya setelah pesta debutante. Sakura menjadi topik hangat yang ramai di bicarakan rakyat.
"Berapa orang yang sudah datang?"
"Tersisa anda dan Nona Hinata saja yang belum datang." Sakura berhenti. Ia tidak melanjutkan langkahnya. Lalu berbalik, "Pastikan akulah yang datang terakhir, siapkan tempat untukku menunggu." Pelayan itu segera tahu apa maksud Sakura. Ia mengarahkan Sakura menuju tempat dimana taman istana terlihat dengan jelas.
"Beritahu saya kapan pun anda akan bergabung. Saya akan menjaga pintu depan." Sakura melambaikan tangannya.
Sakura menemukan Ino dan Tenten yang tampak menunggunya, ia akan minta maaf nanti. Terlihat ramai, dia sangat membenci keramaian. Sakura menompang dagunya dengan tangan.
Terlihat Hinata datang, semua mata tertuju padanya yang datang dengan sangat menawan. Sakura mengakui itu, Hinata memiliki warna yang sangat berlawanan dengannya. Hinata yang dicintai oleh banyak orang, nafasnya yang canggung dan itu sangat manis. Senyuman yang secerah cahaya matahari di pagi hari.