Ep. 8 - Golpe de Estado

782 149 21
                                    

Grand Duke melempar gelas wine tepat di kepala Sakura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Grand Duke melempar gelas wine tepat di kepala Sakura. "Darimana saja kau sialan!" Grand Duke berseru marah. Dia mencari-cari Sakura yang tidak bisa di temukan sejak kemarin malam.

"Apa urusanmu, ayah?" Sakura tersenyum sinis. Mengabaikan darah yang mengalir deras dari kepalanya.

"APA URUSANKU HAH!? KAU BERANI BERTANYA APA URUSANKU!?" Grand Duke menjambak rambut Sakura. Dia benar-benar murka. "Dimana pelayan sialanmu itu! Aku yakin ini pasti karena tangan rendahan itu kau jadi bersikap kurang ajar kepadaku." 

"Putra Mahkota ada disini, Pangeran Sasuke ada di sini." Keduanya masuk dan menyaksikan Sakura yang penuh dengan darah di jambak oleh ayahnya sendiri.

"Apa yang anda lakukan, Grand Duke!?" Itachi berseru kaget. Ia langsung maju melepaskan cengkraman pada rambut Sakura. "S-Saya bisa jelaskan semuanya Yang Mulia, anda sekalian pasti salah paham."

"Benar, ini adalah kejadian yang sudah biasa terjadi. Ayah bilang ini adalah bentuk hukuman agar saya menurut di masa depan nanti." Grand Duke tidak bisa berkata-kata. Tidak ia sangka Sakura mengatakan itu dengan senyum yang masih bertengger di wajahnya.

"Jadi anda sering memperlakukan putri anda seperti ini?" Sasuke bertanya, dia menuntun Sakura yang mulai lemas karena kehabisan darah.

"Itu karena semalaman dia tidak pulang kerumah Yang Mulia, saya sudah benar memarahinya dan menghukumnya." Grand Duke terlihat cemas, tapi berusaha untuk tetap tenang menutupi kegelisahannya.

"Dia adalah calon ratuku, Grand Duke! Kau tidak berhak menyentuh apa yang sudah jadi milikku." Itachi menatap Grand Duke tajam. Sakura memasang ekspresi datar. 'Miliknya katanya?' Ia melepas pegangannya pada Sasuke. "Kakak sebaiknya kita obati dulu luka Putri Sakura." Sasuke tanpa basa-basi membawa Sakura naik ke atas. Itachi tidak bisa mencegah adiknya karena ia harus bicara dengan Grand Duke.

Sasuke mencari obat di kamar Sakura, "Apakah seni teater membuka kelas untuk para bangsawan?" Sasuke masih sibuk mencari letak obat.

"Dan apakah anda juga datang ke kelas itu? Saya tidak tahu anda adalah teman kelas saya." Kali ini gerakan tangan Sasuke terhenti. Ia balik menatap Sakura. "Apa maksudmu?" Sakura yang kali ini tersenyum.

"Seorang pangeran yang berpura-pura bodoh di Royal Academy dan selalu mendapat nilai 0 dalam ujian. Anda juga bersikap tidak peduli kepada sekitar. Dengan dua hal itu semua orang di Konoha percaya anda hanyalah pangeran tidak berguna dan bodoh." Sakura diam sejenak. Kepalanya terasa ngilu.

"Tapi coba pikirkan, jika kita melempar dadu sepuluh kali dan berharap angka 2 yang muncul. Berapa kemungkinan kita mendapatkannya? 1, 2, atau 3 kali?" Sasuke terdiam, sekarang ia tahu kemana maksud pembicaraan Sakura.

"Anda mendapatkan nilai 0 itu karena sebenarnya anda tahu semua jawaban yang benar 'kan? Jika seseorang yang memang benar-benar bodoh maka tidak mungkin ia mendapatkan nilai 0 sempurna. Setidaknya ada beberapa poin yang ia jawab dengan benar atas ketidaktahuannya itu." Sasuke sekarang masih saja terdiam, dia masih belum mengatakan apapun atau membela dirinya.

"Juga saat di pesta debutante, saya tahu anda diam bukan berarti tidak peduli. Tapi anda sedang mengamati bukan? Anda berpikir cepat saat saya menawarkan anda menjadi pasangan saya. Itu tidak mungkin dilakukan oleh orang bodoh. Dan coba bayangkan jika saya menulis artikel berita tentang itu, berapa banyak rakyat yang akan percaya dan bagaimana dampak berita itu terhadap rencana anda?"

3-0 dan Sakura adalah pemenangnya.

"HAHAHAHA!" Sasuke tertawa, dan itu membuat Sakura mengernyitkan dahi lebarnya.

"Hah, tidak kusangka. Aku tahu kau itu tidak bodoh, tapi ternyata kau juga sama pintarnya seperti diriku. Sempurna, kau dengan sempurna telah berhasil membaca semuanya." Sakura tersenyum tipis.

"Jadi apa maumu?" Sakura berpikir cepat, itu berarti Sasuke tidak ingin semuanya terungkap. Jadi pasti...

"Jadilah rekan saya dan libatkan saya dalam rencana besar anda." Sasuke terbelalak. Apakah kali ini Sakura juga hanya menebaknya? Bagaimana dia tahu kalau dirinya tengah menjalankan  rencana besar? Apapun itu Sasuke harus tetap waspada dengan Sakura dan mau tidak mau dia harus melibatkannya.

"Sudah berapa banyak yang kau ketahui hm?" Sasuke memotong jarak mereka berdua. Sakura yang terkejut tampak berusaha menyembunyikan rasa kaget itu. "Banyak?" Jawab Sakura sambil menaikkan salah satu alisnya.

Sasuke mempertahankan posisinya dan terus menatap manik mata Sakura yang juga menatapnya tajam. Baru kali ini ada wanita yang begitu percaya diri menatapnya. Tidak ada rasa takut pada diri Sakura. "P.02.00" Setelah mengatakan itu Sasuke bergegas untuk mengobati luka Sakura.

Suara 'klek' terdengar, pintu terbuka. Grand Duke dan Itachi datang. Sakura mengamati keduanya, ayahnya yang pucat pasi dan raut datar Itachi. Sakura menyimpulkan Itachi berhasil untuk membungkam mulut Grand Duke. "Oh terimakasih. Ternyata pangeran cukup berbakat dalam mengobati luka." Itachi mengambil alih semuanya. Sasuke memutuskan mundur walaupun tersirat rasa tidak senang. "Apakah dia mengobatimu dengan benar?" Tanya Itachi.

"Tentu saja, kenapa anda bertanya seperti itu?" Sakura balik bertanya dan memasang ekspresi paling polos miliknya.

"Ah, kau tahu 'kan dia murid paling bawah di Royal Academy, dia juga tidak peduli dengan sekitar. Tapi dengan percaya diri ingin mengobati lukamu, aku jadi khawatir." Sakura melirik ke arah Sasuke. Tatapannya seolah berkata dan mengolok-olok tindakan bodohnya. Ia takut Itachi akan curiga.

"Benar, awalnya saya juga tidak yakin. Tapi sepertinya Pangeran terkejut dengan kejadian tadi. Mungkin saja hatinya tergerak dan reflek membawa saya untuk di obati." Itachi terdiam, ia menatap perban yang di pasang oleh adiknya. Lalu membuka dan memperbaikinya.

"Kau benar, melihat dia memasang perban dengan asal. Aku rasa kau benar." Sakura menghela napas lega, ternyata Sasuke tidak melupakan perannya sebagai orang paling bodoh di Konoha.

"Kalau begitu, aku pamit." Sakura tidak mengantarkan kedua pangeran itu ke depan. Itachi melarangnya. Bagus. Pikir Sakura, dia juga tidak mau repot-repot turun ke bawah.

'Sejauh ini masih berjalan lancar, aku harus tetap menyiapkan rencana B atau bahkan rencana C.'

Grand Duke gemetar, tubuhnya panas dingin. Teringat ucapan Itachi tadi dan ancaman yang dia berikan kepadanya.

"Jika tubuh calon ratu lecet, maka aku tidak akan segan membuka kasus yang sudah lama kau sembunyikan. Rahasia di balik kemegahan Mansion Haruno ini. Perdagangan organ tubuh manusia." Itachi berdiri membelakangi Grand Duke, dia mengatakan semuanya setelah memastikan Sakura dan Sasuke sudah jauh.

"Tapi anda juga terlibat di dalamnya Yang Mulia!" Seru Grand Duke tidak percaya.

"Hei, apa kau bodoh? Jika aku yang akan mengungkapnya apa mungkin rakyat juga berpikir aku terlibat? Mereka mana mengerti permainan politik. Mereka akan berpikir bahwa akulah sang penyelamatnya, dan penyelamat tidak mungkin terlibat 'kan?" Mulut Grand Duke tersumpal. Ia melupakan satu fakta. Itachi itu licik.

"Jadi jagalah anakmu itu, jangan sampai aku yang menjaga rahasiamu ini tidak sengaja menumpahkannya." Tangan Grand Duke mengepal.

"Aku harus mengumpulkan bangsawan lain. Dengan begitu, aku bisa memutar balikkan keadaan. Putra Mahkota akan berada di bawah kendaliku." Grand Duke pergi keluar, dengan alasan tugas luar kota. Sakura tersenyum. Waktunya kudeta.








- To be Continue -

The Duchess Haruno [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang