Sakura (1)
Sakura berada di sebuah rumah yang sangat sederhana. Dia sudah selesai dengan misinya, semalam. Kali ini dia tengah berbaur dengan masyarakat, Sakura tidak memakai gaun mewahnya hari ini. Ia pergi meninggalkan rumah itu dan membawa keranjang dari rotan. Sepertinya dia akan pergi ke pasar. Sakura bertindak seperti orang biasa yang pergi ke pasar, menoleh ke kanan dan ke kiri melihat-lihat barang yang tengah ditawarkan. Tapi hanya ada satu tempat yang ia tuju dari awal, toko roti. Sakura masuk ke dalam.
"Nona Cantik, mau beli roti apa?" Yang berjualan adalah wanita tua dengan baju yang kotor oleh adonan tepung, ia menyambut Sakura begitu dia memasuki toko.
"Bibi, berikan aku 5 roti tawar dan juga selai buah." Bibi itu dengan cekatan menyiapkan pesanan Sakura. Dia mengambil 5 buah roti yang memiliki ukuran yang panjang dan satu botol penuh dengan selai buah.
"Ini silakan, harganya cuma 3 koin perak." Sakura merogoh kantongnya dan memberi wanita tua itu satu koin emas yang harganya setara dengan 50 koin perak. Wanita itu terkejut dan hendak memberikan kembalian pada Sakura.
"Bibi ambil saja kembaliannya, anggap saja itu sebagai bayaran karena bibi sudah memujiku cantik tadi." Sakura melambaikan tangannya dan pergi dari toko. Sakura sudah mendapatkan roti yang ia inginkan, tapi di tengah jalan dia belok ke kanan menuju toko yang menjual perhiasan cantik.
"Paman, boleh aku lihat gelang yang ada di sana?" Sakura menunjuk gelang dengan motif ular tergantung di atas kepala sang penjual. Penjual itu sudah sangai pandai, ia langsung mengambil gelang yang Sakura maksud dan terus mengoceh melebih-lebihkan gelang itu. Padahal Sakura tahu, gelang ini tidak ada apa-apanya dengan emas yang di timbun oleh Keluarga Haruno. Tetapi entah kenapa Sakura justru lebih suka dengan gelang ini daripada tumpukan perhiasan yang ada di rumahnya.
"Saya ambil yang ini." Penjual itu langsung membungkusnya dengan wajah yang sumigrah. Dia merasa puas karena berhasil membujuk Sakura.
Sakura kembali melanjutkan perjalanan pulangnya, tetapi belum sampai tiga langkah matanya sudah tertuju ke sebuah toko yang menjual manisan. Ia mampir ke toko tersebut dan melihat beberapa menu yang disajikan. "Ah, kalau manisan yang ini harganya berapa ya?" Sakura bertanya seraya menunjuk manisan yang ada di pojok kanan. Tapi sepertinya penjual itu tidaklah ramah.
"Kau ingin beli atau hanya bertanya saja, Nona? Sungguh aku tidak punya waktu untuk meladeni orang sepertimu yang hanya tanya harga dan langsung pergi tidak jadi beli." Sakura tersenyum dengan penuh arti. Tetapi dia hanya menjawab kalau dirinya bersungguh-sungguh akan beli setelah bertanya.
"Harganya 1 perak saja untuk satu manisan ini." Sakura memberi penjual itu uang pas dan mengambil manisannya lalu pergi. Kali ini Sakura benar-benar pulang dan tidak lagi mampir ke toko. Sepertinya karena tangannya sudah penuh dengan barang belanjaan. Ini adalah yang pertama kali Sakura tidak ditemani oleh Shizune. Jadi dia lupa kalau membeli barang banyak akan sangat merepotkan. Ia buru-buru pulang ke rumah. Saat ia hendak membuka pintu, Sakura justru lupa dimana ia meletakkan kunci. Ia menjatuhkan barang bawaannya dan mencari kunci rumahnya. Sakura mulai mencarinya di keranjang roti tapi nihil kuncinya tidak ada di sana. Ia pindah ke keranjang satunya, dan ketemu!
"Buang-buang waktu saja, kenapa aku bisa sampai lupa." Sakura membuka pintu rumahnya.
Rumah tua yang terbuat dari batu bata yang sudah mulai di tumbuhi oleh lumut itu adalah tempat dimana Sakura akan tinggal. Ruangan di dalamnya cukup luas, mulai dari ruang tamu dan 2 kamar tidur, kamar mandi dan dapur. Cukup untuk ditinggali Sakura seorang. Dia berjalan menuju dapur dan meletakkan semua barang belanjaan yang ia beli. Sakura mulai mengolah semua bahannya, ada beberapa bahan yang masih tersedia di rumah.
"Roti ini lebih enak dari roti yang ada di Mansion Haruno. Mahal atau murahnya tidak mempengaruhi rasa. Sebenarnya kenapa para bangsawan harus makan roti yang harganya mahal dan rakyat biasa harus makan yang murah?" Sakura bergumam saat mulai melahap menu makanannya. Dia mulai tidak terima dengan fakta yang tengah terjadi. Apakah mungkin saat Sasuke menjabat menjadi raja, semua akan berubah? Sakura menggeleng, ia belum bisa sepenuhnya percaya dengan Sasuke. Dia masih mempertimbangkan semua dengan hati-hati. Rotinya sudah habis, Sakura mencuci piring dan bersiap untuk pergi.
***
Sosok tinggi dengan jubah hitam tengah berdiri di menara yang biasa Sakura datangi. Ia melihat keramaian kota. Tidak lama satu sosok datang dan menarik perhatiannya. Mereka tampak sudah mengenal satu sama lain. Saat jubah terbuka ternyata itu adalah Sakura dan yang ada di hadapannya saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah Sasuke. Mereka sudah memiliki rencana untuk bertemu di sana. Dengan kemampuan elang milik Sasuke yang biasa mengantarkan surat ia meminta Sakuera untuk datang.
"Kau sudah datang?" Sakura tidak menjawab.
"Langsung saja, mulai darimana kita mengumpulkan bukti kejahatan Itachi?" Sakura menatap Sasuke dengan tegas.
"Tch, kau ini tidak berubah ya?" Sasuke terkekeh.
"Jangan membuang waktu, mereka juga pasti sudah bergerak." Sakura dengan nada yang serius memperingatkan Sasuke.
"Baiklah, baiklah. Dari informasi yang aku dapatkan, dia mulai mengumpulkan pengikutnya yang masih setia kepadanya. Satu orang yang sudah kupastikan akan di datangi oleh Itachi adalah Uchiha Shisui. Kau sudah mendengar kabar tentangnya bukan. Dia adalah kerabat jauh kami, Itachi dekat dengannya. Kita bisa mulai dari sana." Sakura mendengarkan semua dengan seksama dan mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu.
"Melihat dari kabarnya, Uchiha Shisui bisa menjadi ancaman untuk rencana kita. Kita harus mengirim seseorang untuk mengawasi gerak-geriknya." Ucap Sakura.
"Masalahnya, setelah Itachi turun dari tahta dia menghilang tanpa jejak." Ini kabar buruk. Jika mereka tidak tahu di mana Shisui berada, rencana mereka akan terancam gagal. Sakura mendengus. Secara tidak langsung mereka saat ini berada di situasi yang tidak menguntungkan. Rencana belum dimulai tapi mereka sudah bertemu dengan jalan buntu. Sasuke diam, dia memasang ekspresi datar seperti biasa. Tetapi yakinlah saat ini otaknya yang jenius itu tengah berpikir keras. Sakura melompat ke salah satu atap rumah menuju ke atap lainnya disusul oleh Sasuke. Seseorang mengamati mereka dari jauh dan terus mengikuti mereka. Entah siapa dia yang tengah menguntit Sakura dan Sasuke. Jika dia adalah musuh, maka saat ini nyawa mereka berdua akan terancam.
"Pergilah, aku akan mengurus yang satu ini."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess Haruno [ END ]
Historical Fiction[SASUSAKU IN THE PASADO] ⚠️ Disclaimer : "This story is pure fiction with a historical background." Tumbuh tanpa mengenal apa itu cinta, dia bahkan tidak mendapatkannya dari kedua orangtuanya. Hidup mewah dalam sangkar emas tanpa tahu apa itu dunia...