The End

660 76 3
                                    

"Hidup Raja Sasuke!"

"Hidup!"

"Hidup Ratu Hinata!"

"Hidup!"

Pernikahan termegah di antero Istana. Sasuke tersenyum puas saat rakyat telah tunduk di bawah kakinya. Pesta di mulai dengan begitu meriah, biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Di antara ribuan kerumunan itu, mata Sasuke mencari satu sosok yang sudah lama tidak dilihatnya. Tetapi nihil, dia tidak menemukan sosok itu.

Menyerah, Sasuke memalingkan pandangannya ke Hinata. "Tersenyum, bodoh. Ini yang kau inginkan bukan?" Sasuke terkekeh setelah mengatakan hal itu.

Hinata memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Hidup Raja Sasuke!"

"Hidup!"

"Hidup Ratu Hinata!"

"Hidup!"

BOOM! BOOM! BOOM!

Suara berdentum terdengar dari arah jam 2. Ledakan maha dasyat itu terlihat menghancurkan sepuluh rumah warga. Pernikahan yang tadinya penuh suka cita dan canda tawa seketika berubah ricuh.

"Anakku! Selamatkan anakku!" Seorang ibu meraung-raung melawan arus kerumunan mencari anaknya.

Sasori dan Shisui turun dari tempat persembunyian, menolong para warga yang terjebak dalam kerumunan.

"Mereka datang." Ujar Shisui.

"Segera nyalakan suarnya, mereka pasti sudah dekat dengan jebakan kita."

Suar dinyalakan.

Ratusan pasukan Haruno menyerbu Madara dan Itachi yang tengah sibuk memasang bom. "Si*lan! Lepaskan aku! Atau kalian akan mati." Seru Madara mengancam.

"Akhirnya kita bertemu di sini, ya. Madara." Sakura muncul dari gang kecil yang terletak di antara puing-puing rumah warga yang hancur. Senyuman terbaik ia berikan untuk Madara.

"Oh, kau rupanya. Seharusnya memang kubunuh saja kau saat itu. Aku punya firasat buruk saat kau lahir ke dunia ini." Sakura tertawa terbahak-bahak. Ia lalu tersenyum memiringkan kepalanya.

"Kau pecundang, membunuhku saat masih bayi saja tidak bisa. Apa yang kau banggakan heh?" Ejek Sakura.

"Aku bisa membunuhmu kapan saja, tapi aku mengasihanimu kau tahu!"

"Kalau lemah, lemah saja. Tidak usah mencari alasan."

Madara terdiam.

"Hihi enaknya aku apakan ya?" Sakura dengan jiwa psikopatnya kembali berbuat olah.

"Sup manusia, terdengar lezat. Bayiku sepertinya ingin mencicipinya. Apalagi daging manusia yang masih muda seperti dia." Sakura menunjuk Itachi, tengan tatapan kelaparan.

"Tidak, tidak, aku tidak boleh serakah. Lebih baik aku masukkan saja mereka ke kandang kucing-kucing kesayanganku saja. Boleh jadi, mereka lebih berguna."

"Bawa mereka." Sakura membawa mereka ke suatu tempat.

"Tuan, kita mau dimasukkan ke kandang kucing?" Itachi berbisik.

"Heh, wanita ini menjadi gila karena tidak jadi ratu. Kita bisa kabur dari kandang kucing itu." Sepertinya ada yang salah paham. Kucing yang di maksud Sakura itu, adalah kucing...

GROAAAAA!

Mencium bau orang asing, auman terdengar dari dalam kandang. Madara dan Itachi terkejut mendengarnya.

"Buka kainnya!"

Terlihat lima ekor harimau yang menyengir melihat ke arah mereka.

"Mari berkenalan dengan kucing-kucing imutku ini. Ini namanya Badu, di badannya terdapat luka bekas tembakan pemburu, aku bawa dia kemari untuk di obati. Kalau yang ini namaya Rogs, dia sering membunuh manusia yang berkeliaran di gunung. Jadi aku bawa dia ke sini. Rogs itu yang paling lucu di sini, dia jinak. Kalau yang sedang minum itu, namanya Jera, dia betina. Dia milik kakekku, rekornya dalam membunuh manusia sepuluh kali lipat dari Rogs. Usianya juga sudah tua. Oh ada satu yang selalu suka mengeong itu namanya Orish, dia suka sekali bermanja-manja denganku. Terakhir, Tursi. Dia memiliki banyak bekas luka di tubuhnya. Dia menjadi bukti kejamnya manusia. Ingatannya kuat, hingga sampai saat ini dia masih tidak menyukai manusia termasuk aku."

"Dan kali ini, aku akan menunjukkan kepada Tursi bagaimana caranya balas dendam kepada manusia dengan baik."

"Hihihi" Madara dan Itachi bergetar.

"Kau sudah gila ya!" Seru Itachi.

"Menurutmu?"

"Seret mereka!" Para prajurit membawa mereka naik ke atas. Para harimau menyaksikan mereka dari bawah, menunggu.

"Kata-kata terakhir?" Sakura menatap mereka.

"Kau tidak pernah menang, kau gagal menjadi ratu setelah penderitaan yang selama ini kau rasakan. Rasakan itu, jalang!" Sakura tidak menjawab Madara dengan perkataan melainkan dengan perbuatan. Sakura mendorong Madara jatuh ke kandang harimau.

Bau anyir menyerbak ke seluruh ruang sebagai tanda matinya seseorang.

Itachi menatap ngeri.

"Kata-kata terakhir?" Tanya Sakura sekali lagi.

Itachi susah payah menelan ludahnya kasar. Para harimau itu dengan cepat menghabiskan makanannya. Mulut mereka dipenuhi oleh darah. Mereka masih lapar.

"Kau sudah gila, Sakura!" Seru Itachi dengan suara yang parau.

Setelah mengatakan itu, Sakura lalu mendorong Itachi. Sekali lagi bau anyir menyerbak ke seluruh penjuru ruangan.

"Kata-kata yang tidak berguna."

"Menjadi ratu atau tidak, aku tetaplah Sakura."

***

Beberapa bulan kemudian...

Terdengar suara raungan dari salah satu rumah. "Putri Sakura anda pasti bisa, ayo dorong lagi!" Shizune berteriak.

"Sakit!!!" Seru Sakura kesakitan.

"Anda pasti bisa, ayo tarik napas! Dorong!" Sudah satu jam lebih Sakura meraung-raung kesakitan. Ia tengah melahirkan.

"Kasihan Sakura, bagaimana ini Shisui?" Sasori memasang wajah cemas melihat adiknya kesakitan seperti itu.

"Hei, tenanglah. Wajar dia kesakitan, ini anak pertamanya." Sasori tetap tidak tenang. Ia akan membunuh ayah bayi itu kalau sampai terjadi apa-apa dengan Sakura.

"Sebelum itu, kau sudah memastikan orang itu tidak bisa menemukannya bukan?" Tanya Shisui.

"Iya, b*jingan itu selalu mencari Sakura. Bukankah dia sudah menikah dengan Putri dari Klan Hyuga?" Sasori masih tidak habis pikir dengan Sasuke yang terus mencari keberadaan Sakura selama beberapa bulan terakhir.

"AKHHH!" Teriakan Sakura kali ini di balut dengan suara tangisan bayi.

Sakura berhasil melahirkan anaknya.

"Bayinya perempuan!" Karin, teman Sakura yang tinggal tidak jauh dari sini.

"Biarkan saya memandikan nona kecil, terimakasih Nona Karin." Shizune membawa bayinya keluar untuk di mandikan.

Sasori akhirnya dapat bernapas lega, saat melihat Sakura tertidur pulas pasca lelah melahirkan.

"Terimakasih Nona Karin, kami akan membalas anda nanti."

"Tidak perlu, tapi bawalah Sakura ke Mansion Haruno. Akhir-akhir ini ada seseorang yang mengawasi daerah ini diam-dian." Seseorang datang.

"Maaf, itu aku." Naruto datang.

Sasori sudah mengenal Naruto dari Sakura. Ia bercerita banyak tentang Naruto.

"Pada akhirnya saya gagal menjaga Putri Sakura..." Naruto tersenyum gentir.

"Terimakasih, Naruto. Berkatmu Sakura masih bertahan sampai sekarang. Tapi kita memang harus membawa Sakura kembali ke Mansion."

Penderitaan Sakura berakhir di sini, begitu juga dengan kisah ini. Terkadang sesuatu berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Namun mungkin saja itulah yang terbaik untuk kita. Sakura belajar banyak tentang hidup yang tidak selamanya menyenangkan. Kekuasaan tidak menjamin kebahagiaan. Cinta tidak datang begitu saja. Hidup penuh dengan kejutan.

- The End -

The Duchess Haruno [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang