Ep. 20 - Ginko

452 72 12
                                    

Sudah satu minggu ini Sakura berada di dermaga. Ia tinggal di rumah kakaknya yang megah. Sakura melihat bagaimana kakaknya sibuk mengurusi pelabuhan ini. Ia masih tidak menyangka memiliki seorang kakak laki-laki. Karena Sakura dulu sangat menginginkan sosok kakak yang akan membelanya saat dimarahi sang ayah. Sakura tidak bisa menyalahkan Sasori, karena Sakura tahu Sasori lebih menderita daripada dia. Hidup sebatang kara di dermaga ini tanpa orangtua, sampai menjadi orang paling tinggi yang memimpin dermaga.

"Kau suka minum teh kan, aku membeli teh saat perjalanan pulang kemari." Hei Sakura baru pertama kali merasakan perasaan aneh ini. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya yang kosong.

"Bagaimana kau tahu aku suka teh?" Tanya Sakura berusaha mengendalikan perasaannya.

"Sudah sejak lama aku mengawasimu dari jauh Sakura. Aku tahu semuanya tentangmu, termasuk... saat ayah..." Sasori mengepalkan tangannya, ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Sejujurnya ia merasa marah dengan dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi Sakura.

"Harum, aku suka tehnya." Sakura tahu itu, baru kali ini ia merasa dipedulikan oleh orang lain. Ia sangat bersyukur karena memiliki kesempatan bertemu dengan Sasori.

Mereka bercerita banyak hal tentang satu sama lain. Selama seminggu ini, hubungan mereka menjadi lebih dekat.

***

Tok... Tok... Tok...

Seekor burung merpati mengetuk kaca jendela dengan paruhnya.

"Merpati pos?" Sakura menghampiri burung merpati itu. Terdapat surat yang terikat di kakinya.

Sakura membuka surat itu.

Hyuga Hinata diberi anugerah tertinggi istana dalam.

Kaki Sakura seketika lemas membaca pesan itu. Hinata diangkat menjadi ratu.

"Sakura, mau makan ap-"

"SAKURA!!!" Sasori berlari mendekati sang adik yang jatuh terduduk di lantai.

"Ada apa Sakura?" Sasori melihat secarik kertas kusut tergeletak di lantai dengan cepat mengambilnya.

"Kau menangis karena ini? Lupakan b*jingan itu, Sakura. Dia tidak pantas untukmu. Kau tidak perlu menjadi ratu di istana, sebentar lagi peresmianmu menjadi satu-satunya Duchess di negeri ini. Jadi ka-"

"Aku mengandung, anaknya."

Sasori diam mematung, memastikan kalau dia tidak salah dengar. "Kau... apa?"

"Aku mengandung anak b*jingan itu."

Mendengar itu, Sasori murka.

"PEMUDA BEJ*D ITU HARUS BERTANGGUNG JAWAB! ATAU AKU AKAN MEMBUNUHNYA SEKARANG JUGA!" Seru Sasori dengan penuh dendam.

Shisui bergegas memasuki ruangan saat mendengar amukan Sasori. Ia bingung melihat Sasori yang marah dan Sakura yang terduduk di lantai.

"Ada apa ini?" Shisui memegang bahu Sasori dan bertanya.

"Uchiha Sasuke, dia sudah melampaui batas. Saat ini, adikku tengah mengandung anaknya tapi ia justru menikahi wanita lain!" Nafas Sasori kian memburu.

"Sakura apakah itu benar?" Tanya Shisui memastikan. Tetapi Sakura diam tidak menyangkalnya.

"AKU AKAN MENGHABISINYA!" Sasori hendak pergi.

"Tunggu!" Seru Sakura.

Sasori menghentikan langkah kakaknya itu.

"Tidak perlu." Ujar Sakura lirih.

"Dia tidak perlu bertanggung jawab atas kehamilanku ini. Anakku tidak butuh ayah sepertinya." Sakura bangkit, dia mengelus perutnya.

"Pulanglah bersamaku, Kak. Sekarang."

Dua pasukan dikerahkan, mereka datang menjemput ketiganya menuju Mansion Haruno. Tidak banyak yang dibicarakan di kereta kuda, mereka semua larut dalam pikirannya masing-masing.

Tsunade menunggu mereka di depan Mansion. Ia membaca surat yang dikirimkan Sakura kepadanya. Dia baru ingat, dengan anak yang bernama Sasori. Cucunya yang ia buang puluhan tahun yang lalu. Tsunade pun bingung bagaimana dia akan menghadapi Sasori nanti.

"Salam, Tsunade-sama." Shisui turun lebih dahulu.

Kemudian Sasori dan Sakura. Tsunade memalingkan wajahnya saat melihat Sasori.

"Sepertinya ada banyak yang harus Nenek jelaskan padaku." Sergah Sakura yang menatap tajam Tsunade.

"Masuklah, ayah dan ibumu ada di dalam." Sakura dan Sasori saling bertatapan.

"Ah sepertinya saya pergi dulu, sudah seminggu tidak pulang ke rumah pasti ada banyak pekerjaan tertunda. Saya pamit." Shisui berjalan masuk ke kereta kuda.

Kizashi berdiri begitu melihat Sasori yang sangat mirip dengan mendiang ayahnya. Ia langsung teringat dengan kekasih lamanya dahulu. "Apakah kau adalah putraku?" Tanya Kizashi yang masih setengah tidak percaya.

"Benar." Jawab Sasori.

"Dimana ibumu?" Sorot mata Kizashi tampak berharap.

"Dia bunuh diri setelah melahirkanku." Bagaikan disambar petir di siang bolong, Kizashi terkejut bukan main.

"B..Bunuh diri?" Cicitnya pelan.


Tsunade memijat pelipisnya pelan, ia merasa sangat bersalah. Karena saat itu dialah yang memisahkan Kizashi dengan Ibu Sasori. Ini karena para tetua klan tidak setuju dengan hubungan keduanya.

"Hyuga Hinata diangkat menjadi ratu, apakah ayah akan menghajarku?" Tanya Sakura santai.

Ia sudah terbiasa dihajar oleh ayahnya, ayahnya begitu ingin dia menjadi ratu. Jadi masuk akal sekali kan kalau dia akan dihajar kali ini?

"Tidak Sakura, kau sedang mengandung!" Seru Sasori keberatan.

"Mengandung?" Kizashi mengernyitkan dahinya.

"Anak siapa?" Mebuki bangkit dari duduknya.

Tsunade menghampiri Sakura dan melihat perutnya, Tsunade membaca ribuan buku yang biasa tabib baca. Ia bisa mendeteksi tanda kehamilan dini pada seseorang dari perutnya.

"Dia hamil."

Mebuki menghampiri putrinya, "Sakura anak siapa ini?"

"Sasuke." Jawab Sakura enteng.

"Dia harus bertanggung jawab!!" Ayah Sakura, Kizashi menunjukkan sisinya alaminya sebagai seorang ayah.

"Tidak, dengarkan permintaanku. Ini permintaan terbesarku..."

"Aku akan melahirkan anak ini jauh dari Istana maupun Mansion Haruno. Saat aku pergi, Kak Sasori yang akan memimpin Klan ini. Ayah dan Ibu, tinggallah bersama Nenek di kediaman Haruno. Mansion ini terlalu berbahaya untuk kalian. Mari kita akhiri semua penderitaan ini. Aku tidak ingin anakku merasakan kepedihan yang sama sepertiku. Ini seperti balasan atas semua perilaku ayah di masa lalu. Ayah meninggalkan seorang wanita yang tengah mengandung anaknya, dan sekarang putrinya sendiri yang mengalami kejadian seperti itu. Aku mohon, akhiri semuanya di sini. Rahasiakan kehamilanku." Semuanya terdiam.

Sepertinya mereka tidak bisa menolak permintaan Sakura.

Sasori menyiapkan sebuah rumah untuk Sakura tinggal di sebuah desa kecil dekat pasar. Sasori juga mengirim ratusan penjaga yang menjaga rumah itu dari jarak aman. Sehingga tidak membuat Sakura terganggu.

Mebuki dan Kizashi pindah bersama Tsunade di Kediaman Haruno.

Sasori menjadi pemimpin sementara Klan Haruno.

Shizune ikut Sakura tinggal di desa kecil itu.

Semua berjalan sesuai dengan keinginan Sakura.

Sebuah siklus akan berhenti ketika satu fase berani mengambil sebuah keputusan berbeda. Tidak selamanya sebuah siklus yang berulang itu baik, semuanya sesuai dengan situasi.

The Duchess Haruno [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang