SEMBILAN

81.3K 6.7K 34
                                    

Happy reading
.
.
.

"Huhh...huhh...huhh. NATHAN, FARA NGGAK ADA DI  SEKOLAH!!!?" Pekik Chelsea saat sudah didekat Nathan dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Lo bohong kan? Jelas-jelas tadi dia disekolah." ucap Nathan tak percaya.

"Bener kak, tadi gue udah nyari sama kak Chelsea keliling sekolah tapi nggak ketemu Faranya." Jelas Afri dengan raut cemas.

Mendengar penjelasan Afri membuat Nathan cemas. Ia takut terjadi sesuatu dengan Fara, ditambah adiknya pergi dengan amarah yang masih memanas.

"Bolos kali." celetuk Gilang santai.

"Nggak, dia belum kenal daerah sini." ucap Nathan menyangkal celetukan Gilang.

"Bukannya 2 tahun lalu dia juga tinggal disini?" ujar Chandra dengan menatap Nathan penuh tanya.

"Sekarang Fara amnesia njirr." ucap Afri geram karena kebodohan kakak kelasnya.

Chandra dan Gilang langsung terdiam mendengar ucapan Afri. Mereka menjadi merasa bersalah karena telah berperasangka buruk pada Fara.

Suasana di sana menjadi hening.

"Kak, pulang sekolah bisa anterin Nau ke toko buku nggak?" Tanya Naura ditengah keheningan.

Semua orang langsung melihat kearah Naura yang menampilkan wajah sok polosnya.

"Nggak tau diri ya Lo, adiknya Nathan lagi ilang, bukannya bantuin malah....." Ucap Afri sinis tapi langsung dipotong oleh Naura.

"Tapi kan Fara bukan anak kecil lagi, buat apa dikhawatirin?" Ujar Naura tak peduli dengan raut polosnya.

"Gue nggak bisa Nau, adik gue prioritas utama." ucap Nathan membuat Naura menatapnya berkaca-kaca.

"Tapi Kak....."

"Wih, apa nih rame-rame?" celetuk Fara yang baru sampai di sana dengan wajah tanpa dosanya.

"FARA!!"

"Kalian kenapa?" tanya Fara heran. Bukannya mendapat jawaban justru yang Fara dapatkan adalah pelukan dari abangnya.

"Kamu kemana aja dek?" Tanya Nathan disela-sela pelukannya.

"Dari pohon." Jawab Fara santai. Dengan sesekali mengelus rambut abangnya tanpa rasa bersalah.

"Sialan Lo Far, gue capek-capek nyariin, Lo malah nyantai di pohon?!" ucap Afri kesal.

"Sorry prend, lagian gue juga nggak cuma nyantai tapi sekalian makan cilok." ujar Fara lagi dengan gamblangnya yang justru menambah Afri kesal.

"Kalau mau kemana-mana ijin dulu sama Abang dek, Abang nggak mau kehilangan kamu." ucap Nathan.

"Bang bisa lepas nggak, sesak gue nih." ucap Fara. Bukan tanpa alasan, hanya saja Fara takut terlalu terlena dengan kasih sayang seorang Abang yang dimana akan membuatnya sedih jika nanti dirinya dilupakan.

Dengan terpaksa, Nathan melepas pelukannya dari sang adik.

Ekhem

Semua atensi langsung menatap Naura yang dengan sengaja berdehem.

"Lo kenapa?" Tanya Fara.

"Biasa Far, caper tuh." celetuk Afri

"Maksud kamu apa ya?" Tanya Naura dengan wajah polosnya.

"Em, Gue pergi dulu, bye." ucap Chelsea pamit.

"Kak Chelsea." Panggil Fara membuat Chelsea menghentikan langkahnya.

"Iya, ada apa Far?" Tanya Chelsea sambil menatap Fara.

"Nggak jadi." Ujar Fara sambil tertawa canggung.

Chelsea mengangguk mendengar jawaban Fara, lalu melanjutkan perjalanan ke kelasnya.

Setelah Chelsea menghilang dari pandangan mata, mereka akhirnya pergi ke kelas masing-masing. Begitupun Fara dan Afri yang pergi bersama.

"Far, tadi mau ada war loh." ucap Afri sambil berjalan.

"War? Kok gue nggak denger?" tanya Fara sambil mengangguk paham, sepertinya alur novel dipercepat setelah kedatangannya. Terbukti sekarang, war yang seharusnya terjadi bulan depan malah terjadi sekarang.

"Jelas lah, elo kan kalo udah ketemu makanan cuek sama sekitar." Ujar Afri.

"Tapi anehnya nggak jadi Far, padahal mereka udah bawa pasukan banyak, cogan semua lagi." Ujar Afri lagi sambil mengingat wajah para pasukan Kenan.

"Ketuanya Kenan kan?" Tanya Fara berusaha memastikan asumsinya.

"Hm, kok Lo tau?" Tanya Afri heran.

Fara sedikit takut mendengar pertanyaan Afri. "Gue baca di internet." Jawab Fara setenang mungkin.

"Pantes sih di internet ada, dia kan terkenal orangnya." jawab Afri tanpa curiga.

***

"Bang Jo mana sih?" ucap Fara kesal. Sudah 1 jam menunggu, tapi belum kelihatan juga batang hidung abangnya.

Drrrrttt

Bang Jo
Maaf Far, Abang nggak bisa jemput.
Kamu tunggu Chandra, dia yang akan antar kamu kerumah

Fara langsung kesal saat membaca SMS dari abangnya. Tau gini mending dia numpang ke Afri.

Nggak bisa Nau, adik gue prioritas utama.

Halah bullshit, umpat Fara saat mengingat ucapan abangnya yang tanpa sengaja ia dengar.

"Hiks hiks gini amat nasib gue, udah ditinggal, nggak tau jalan lagi!!? Lagian mana sih Bachand nggak nyampe-nyampe?!!" ujar Fara sedih sekaligus kesal.

Karena terlalu lelah menunggu, akhirnya Fara memutuskan jalan kaki pulang ke rumah. Nyampe ya syukur kalau engga ya---

"Eh Neng cantik, sendirian Neng?" Tanya seorang preman sambil mengedipkan matanya sebelah.

Fara diam dengan mata yang terus menatap sekitar waspada. Banyak spekulasi-spekulasi yang muncul di otaknya. Mungkinkah dia akan diculik? Pikir Fara.

"Kok diem sih Neng? mau Abang temenin?" Ujar preman disebelahnya.

Btw, ada 3 preman yang nyegat jalan Fara.

"Maaf Om, lebih baik kalian pergi atau...." Ucap Fara menggantung ucapannya.

"Mending Neng ikut kita aja, main sama abang asik loh." ucap preman disebelahnya dengan tanpa izin memegang tangan Fara.

Fara langsung menghempaskan tangan preman yang berani menyentuhnya dengan kasar.

"Jangan galak-galak atuh neng." ujar salah satu preman dengan terkekeh.

"Pergi kalian!" ujar Fara menatap para preman sedikit takut. Meskipun ia bisa bela diri, tapi ia sedang dalam kondisi yang tidak baik, perut keroncong, tenggorokan yang haus. Andai kondisinya fit, sejak tadi pasti Fara sudah membogem wajah preman tersebut.

"PERGI!!!!" Teriak Fara dengan wajah memerah menahan amarah.

Bugh

Fara memukul wajah salah satu preman yang berjalan mendekat kearahnya membuat para rekannya menatap Fara marah.

"SIALAN LO!!" teriak preman tersebut lalu mulai menghajar Fara

Fara dengan cepat menghindar dari serangan dan mulai memukul titik sensitif preman sehingga tidak membuang waktu.

Dalam waktu 20 menit Fara akhirnya bisa mengalahkan ketiga preman tersebut.

Namun, saat akan berjalan pergi, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan akhirnya pingsan di sana.

Bersambung.

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang