ENAM PULUH ENAM (END)

33.6K 1K 22
                                    

Asslamualaikum.....

Hai guys! Aku cuma mau ngasih saran nih.

Buat kalian yang suka sama cerita 'Transmigrasi Figuran' akan segera terbit, tapi belum PO. Jadi, buruan nabung untuk bisa memeluk versi cetaknya.

Mungkin sekian saja yang saya sampaikan Wassalam.....

Happy reading
.
.
.

Seperti hubungan yang acap kali tidak memiliki kepastian. Cuaca pun sama. Belum tentu pasti sesuai dengan prediksi BMKG.

Kadang saja, siang hari yang prediksi akan secerah senyuman Jungkook saat mendapat mainan baru. Dalam sekejap mendapat tamu tak terundang berupa awan mendung. Seperti saat ini.

Fara harus rela menepi karena hujan yang turun tanpa peringatan. Untung saja saat hujan tiba, mobilnya berada tak jauh dari halte bus. Sehingga Fara tak perlu susah payah mencari tempat berteduh.

Berkali-kali Fara mengumpat kala hujan yang sudah ditunggunya lebih dari 10 menit tak kunjung mereda.

"Sial! Kalau gini bisa terlambat gue!?" Rutuk Fara pelan.

Disela-sela kekesalan itu, ponsel Fara berdering. Tanpa ditebak, ia tahu Elinlah yang menelpon. Saat ini Fara memang mempunyai janji temu dengan sahabat yang sudah dikenal sejak masa MPLS dulu.

"Hal—"

"ELO DIMANA BANGKE??!"

Telinga Fara berdengung saat mendengar suara indah sahabatnya.

"Ngegas amat mbak."

"Udah deh, nggak usah ngelak! Lo masih dirumah kan? Lo lupa sama gue kan? Capek tahu nggak gue nunggu—"

"Sembarangan! Gue sudah berangkat kali, kejebak hujan nih lagi neduh."

"O-oh oke deh."

"Coba lo shareloc gue susul."

"Nah gitu dong jadi bestie."

"Iye-iye."

"Bye."

Fara tersenyum lega. Masalah mengenai kekesalan sahabatnya kini telah teratasi. Ah, rasanya Fara sudah tak sabar menemui sahabatnya setelah berpisah selama 7 tahun.

Fara sendiri masih ingat momen perpisahan dulu. Saat dirinya dinyatakan sembuh total pasca tertembak. Keluarganya langsung memboyongnya pergi ke luar negeri. Katanya Indonesia sudah tak aman lagi dijadikan tempat tinggal oleh mereka. Ekhem, maklum namanya juga orang penting.

Berhubung negara tempat tinggal barunya adalah negara para biasnya. Fara langsung setuju tanpa sedikitpun penolakan. Ada sedikit harapan dalam hati Fara, yakni berpapasan dengan salah satu biasnya. Ya, walaupun itu cukup mustahil.

Perpisahan berderai air mata tak terelakkan saat Elin mendengar kabar itu. Elin yang awalnya ingin memberi kejutan justru melupakan niatnya dan berakhir menangis sepanjang malam.

Omong-omong, selama 7 tahun ini. Fara telah menyelesaikan pendidikan kuliahnya 2 tahun lalu dan ia juga telah mendapat pekerjaan di perusahaan maju di negara itu.

Dan inilah akhir dari penantiannya. Setelah usaha yang cukup keras, Fara diizinkan kembali ke Indonesia. Tentu saja semua itu tidak gratis. Fara harus rela menerima perjodohan yang sudah lama direncanakan keluarganya.

Tak apa, masalah jodoh kita pikirkan nanti.

Kembali ke saat ini. Hujan yang Fara kira sesaat turun semakin deras. Hawa dingin semakin terasa tajam membuat Fara semakin mengeratkan pelukan tubuhnya.

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang