Happy reading
.
.
."L-lo Kenan?." Tanya Elin ragu.
"Lo kenal Kenan, Lin?." Tanya Fara sok dekat.
"Dia mirip----"
"Honey, sekarang udah malem, aku antar pulang ya." Potong Kenan cepat.
"Eh iya anjirr, cepet Ken, jangan sampai Bang Jo marah." Fara dengan cepat mengambil boneka yang masih dipegang Elin. Karena Elin lengah, dengan mudah Fara bisa mengambilnya.
"Jangan lupa bayarin ini ya Ken, 10 M." Ucap Fara santai sambil menunjukkan bonekanya.
Dengan cepat Kenan menulis nominal yang disebutkan Fara dalam cek. Penjual boneka menerima cek tersebut dengan tangan bergetar. Setelahnya, dengan bergegas ia menarik tangan Fara ke parkiran.
'Mimpi apa saya dapat uang segini?' Batin si penjual boneka.
Mengabaikan penjual boneka yang sedang sujud syukur, Elin langsung mengejar Fara dan Kenan yang sudah keluar area pasar malam.
"FARA....."
"FARA...."
Brruuuuuuummmm
"FA....... SIAL!"
Elin menggerutu kesal saat mobil yang ditumpangi Fara dan Kenan berjalan dengan kecepatan diatas normal.
Menghela nafas berkali-kali Elin memutuskan mampir sebentar diwarung makan untuk mengisi ulang energinya. Bagaimanapun makan tetap menjadi nomer satu. Berdebat dengan Fara sungguh menguras tenaga dan emosinya saat ini. Tanpa Elin sadari hatinya sedikit menghangat saat mengingat perebutan boneka.
Gue kangen elo.......
******
Dug.....dug......dug.......
"Hahaha sumpah Far, gue ngakak banget." Afri tertawa dengan tangan kanan yang memukul punggung Chelsea dan tangan kiri memegangi perutnya yang semakin lama semakin kram.
"Ngakak ya ngakak tapi nggak usah mukul punggung juga kali." Ketus Chelsea menatap Afri sinis.
"Iya.....iya....." Afri menatap Chelsea dengan wajah tanpa dosa tapi dengan hati yang terus meringis takut. Sial! Dia baru ingat jika Chelsea adalah Queen Bullying.
"Udah ih. Makanannya cepet abisin." Fara berucap dengan wajah cemas.
"Loh, kenapa sih Far? Istirahatnya juga masih lama, santuy aja kali." Ucap Afri santai.
Dasar sohib nggak peka!
"Fri Lo nggak takut apa? Secara Lo kan tadi nertawain si Kenan, Lo nggak lupa kan siapa dia?." Ucap Fara.
Mata Afri langsung membola, ia menatap Fara dengan cemas. "Gimana ini Far, gue baru ingat njirrr," ucap Afri dengan mimik takut.
Fara mengangguk cepat, "makanya ayo balik ke kelas cepet," Ujar Fara.
Dengan langkah kaki yang tergesa-gesa, bahkan ia sudah menabrak banyak orang yang berjalan ke kantin, saking banyaknya orang yang masuk, Fara harus berdesak-desakan hanya untuk melewati pintu kantin. Beruntung, Fara memiliki tubuh yang mungil, sehingga ia tidak terlalu sulit untuk melakukannya.
"Fara......"
"Apa sih Fri..." Fara berucap tanpa melihat asal suara, tangannya dengan cepat menyentak tangan yang tiba-tiba menyentuh pundaknya.
Kok beda ya......
"Fara..."
"Diem njirr, ngga usah colek-colek bisa?" Fara semakin kesal pada orang itu yang ia kira Sahabatnya.
"Fara...mulutnya....."
"Nggak usah lebay deh, Lo aja lebih parah dari gue," Ujar Fara disela-sela nyempilnya.
Setelah perjuangannya yang cukup keras, akhirnya Fara berhasil keluar dari kantin. Dengan cepat ia segera berlari menuju kelasnya dengan tangan yang memegang tangan sahabatnya. Tapi---
"Fri.....tangan Lo kok beda?" Celetuk Fara dengan mata yang masih menatap ke depan. Tangannya yang memegang tangan oarang mulai merasa sesuatu yang beda.
"Kayak lebih berotot gitu ya? Padahal gue kira tangan Lo nggak kayak gini," Ujar Fara seraya mengelus tangan berotot milik orang yang di duganya Afri.
Setelah beberapa detik menunggu, Fara menjadi kesal karena tidak menerima jawaban dari si empu. Mata Fara mengerjap kala ia mengingat sesuatu.
'Kok kek familiar ya tangannya?' batin Fara.
Karena sibuk dalam pikirannya, Fara tak sadar jika dirinya sedang berlari di tangga. Matanya yang mulai tak fokus membuatnya nyaris jatuh terpeleset jika tak ada tangan yang memeluk pinggangnya.
Degg
Pikiran Fara menjadi kosong saat ia merasa merasakan tangan hangat dipinggangnya. Saat mendongak, matanya terpaku pada seseorang dihadapannya yang hanya berjarak 10 cm. Sangat dekat.
Wajah rupawan orang itu terlihat jelas Dimata Fara. Semakin lama menatap, jantung Fara semakin berdetak kencang.
'duh, kok jadi mleyot gini sih?!' batin Fara.
"Kenapa hm?"
"G-gue m-mau ke toilet...hahaha iya toilet," ujar Fara dengan wajah gugup.
Karena tau Fara berbohong, orang itu semakin mengeratkan pelukannya. Wajah mereka semakin dekat karena itu.
"Berbohong, hm?"
'Astaga kenapa harus 'hm' lagi???' batin Fara.
Tak tau kah, jika Fara paling lemah dengan kata 'hm' apalagi jika orang yang mengucapkan kata itu memiliki wajah spek dewa Yunani.
"K-kagak ih," elak Fara.
"Jauhan dikit bisa?" Cicit Fara saat merasakan hembusan nafas orang itu diwajahnya, untung kagak bau.
"Kenapa?" Tanya orang itu tanpa merubah posisinya.
Fara terpaku ditempat dengan pikiran kosong.
'Astaga nih orang ngomong apa sih?? Nggak bisa ditambahin apa katanya?! Kalo nggak bisalah dikasih clue!? Tapi ini? Tambahan kata aja nggak ada apalagi clue. Eh, btw sejak kapan nih orang jadi cold???' batin Fara.
"Lo siapa?" Tanya Fara. Jangan sampai orang dihadapannya kerasukan. Pokoknya jangan sampai!!!?
"Kamu bahkan melupakanku," ucap orang itu dengan wajah sendu.
"Kamu tau? Dari dulu aku sangat.......sangat mencintaimu, tapi kamu malah pergi jauh, dan saat kembali sifatmu berubah. Tapi anehnya aku suka dengan perubahan itu," ujar orang itu yang kini mulai panjang lebar.
"Maksud Lo apa sih......
..... Kenan?" Tanya Fara menatap wajah rupawan dihadapannya dengan bingung.
Kenan diam, dia menatap wajah cantik Fara penuh arti. Dengan perlahan ia mulai mendekatkan wajahnya.
Fara tegang sejenak, setelahnya ia rileks kembali.
'ini pasti mau dicium, tapi paling nggak jadi kayak yang sudah-sudah, lagian kenapa sih dunia fiksi selalu kasih harapan terus pas akhir malah di---
Cup
Fara terdiam ditempatnya dengan wajah yang mulai memerah. Jantung berdetak lebih kencang saat merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya.
'I-INI...... AKHIRNYA GUE BISA DICIUM SAMA COGAN!!!!' Batin Fara histeris.
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Figuran
Science Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandiri saat masuk Sma. Namun ia harus kehilangan nyawanya karena menyelamatkan Abang angkatnya yang nyar...