Happy reading
.
.
.Sesuai dengan janjinya disekolah, Kenan sudah berada dikediaman Grisham untuk menjemput gadisnya. Namun, sepertinya rencana yang sudah ia susun sedari di sekolah akan sedikit terlambat. Karena kehadiran seseorang yang membuat rencananya sedikit tertunda. Orang itu adalah Nathan. Dengan tak berdosanya dia duduk dihadapan Kenan dengan tatapan tajam mencoba untuk mengintimidasi laki-laki itu.
"Ada apa?" Tanya Kenan jengah.
"Jaga adik gue."
"Hm, dia tunangan gue jelas gue bakal jaga dia." Ucap Kenan penuh keyakinan tapi rautnya seolah mengejek Nathan yang telah mengkhianati tunangannya.
Nathan mendengus, namun, juga tak mengelak ejekan Kenan.
"Gue mau ajak Fara ke pasar malem." Ucap Kenan memberitahu. Mau bagaimanapun Nathan adalah kakak Fara, dan ia wajib tau tempat mana yang akan Fara datangi.
"Hm, Fara udah cerita." Ucap Nathan.
"Pulang sebelum jam 10." Lanjutnya setelah melihat jam ditangannya.
Kenan mengangguk paham. Setidaknya masih banyak waktu yang bisa Kenan habiskan bersama Fara.
Setelah menunggu sekian menit, Fara turun dengan pakaian santainya. Dimata Kenan, Fara terlihat sangat cantik. Matanya tak berkedip saat Fara berjalan kearahnya.
"Ken, jadi kan?"
"Hm."
"Bang gue berangkat dulu."
"Tiati dek. Kalo dia aneh-aneh, Lo tendang masa depannya. Oke. Inget! Lo udah sabuk hitam karate." Pesan Nathan menatap Fara serius.
Fara menatap Nathan malas sekaligus bosan. Ia sudah mendengar kalimat itu berkali-kali sejak meminta izin pergi malam ini. "Iya abangku sayang." Ucap Fara dengan tersenyum paksa.
Fara berjalan keluar mansion dengan menarik lengan Kenan tanpa izin. Nathan mengikuti mereka dibelakangnya.
"Bye- bye bang." Fara melambaikan tangannya saat mobil yang dinaiki berjalan.
Nathan membalas lambaian tangan Fara dengan raut tak rela.
Bahagiamu adalah bahagiaku juga, dek.
***
Suara tawa bahagia, wajah ceria, dan raut lemah para cowok yang menemani para kekasihnya menjadi pemandangan yang selalu Fara lihat dipasar malam. Hari itu adalah hari paling menyenangkan baginya. Dengan tangan yang menggenggam erat plastik berisi berbagai makanan yang sempat dibelinya. Senyum bahagia selalu terpancar diwajah Fara.
Fara berhenti berjalan saat mengingat satu makanan incarannya yang belum dibeli. "Ken disini ada seblak nggak?" Tanya Fara.
Kenan berhenti dengan wajah bingung. "Seblak? Benda apa itu?." Tanyanya dalam hati.
"Em, aku nggak tau. Sayang, aku cari dulu ya." Ujar Kenan.
Fara menatap Kenan berbinar. "Serius!? Ya udah sono." Fara mendorong punggung Kenan agar segera pergi.
Kenan mengangguk lemah.
Saat punggung Kenan menghilang dari kerumunan. Fara berjalan mencari bangku yang bisa ia duduki. Setelah beberapa menit, Fara menemukan bangku yang terletak disamping toko boneka. Dengan semangat Fara berjalan ke bangku itu.
Pandangannya tak sengaja melihat sebuah boneka yang dipasang didepan sebuah toko. Mata Fara berbinar, ia mengenal boneka itu. Koya. Dengan langkah antusias Fara berjalan menuju boneka itu. Dan kebetulan bonekanya hanya ada satu disana.
(Yang nggak tau, Koya itu salah satu nama karakter di BT21.)
"Bang saya beli ini."
"Bang saya beli ini."
Sial.
Fara menatap tajam perempuan yang berada disampingnya. Perempuan itu juga menatap Fara tak kalah tajam.
"Ini punya gue." Ucap Fara sinis.
"Heh, gue dulu yang megang ya." Ucap perempuan itu tak terima.
"Emang gue peduli?! Enggaklah. Pokoknya itu boneka gue." Ucap Fara.
"Nggak....nggak gue dulu yang dateng. Boneka itu milik gue."
"Apa Lo?!" Lanjut perempuan itu saat melihat tatapan tak terima Fara.
"Gue Fara." Ujar Fara dengan tatapan menantang.
"Gue Elin." Ujar Elin dengan tatapan tak kalah menantang.
"Maaf Mb------"
"DIEM!" Potong Fara dan perempuan itu bersamaan.
Penjual boneka mengedipkan matanya berkali-kali. Pasrah. Sebenarnya ia ingin mengatakan jika stok boneka yang sedang mereka rebutan masih banyak didalam. Tapi.....terserah lah.
"Bang, gue beli ini."
"Enggak bang, yang beli gue."
"Gue bayar 2 kali lipat."
"Gue 3 kali lipat."
"4 kali lipat."
"10 kali lipat."
"15 kali lipat."
"20 kali lipat."
"100 kali lipat." Ucap Fara lantang.
Elin mengedipkan matanya berkali-kali. "Duit dari mana Lo?." Tanyanya
"Kepo Lo!" Ucap Fara sinis lalu menarik paksa boneka yang masih dipegang oleh perempuan bernama Elin.
"500 kali lipat."
"1000 kali lipat."
"10000 kali lipat."
Sedari tadi penjual boneka memandang perebutan boneka dengan tatapan kosong. Pikirannya terus memikirkan nominal yang akan didapatnya nanti. Tapi, berkali-kali penjual itu mengenyahkan pikirannya. Dia takut jika dua perempuan itu hanya bercanda dengan ucapannya.
Disisi lain, Kenan sudah berkeliling pasar malem untuk mencari benda yang dia sendiri tidak tau bentuknya. Berkali-kali Kenan berteriak frustasi karena tidak menemukan benda itu.
"Mas, tau tempat yang jual seblak?" Tanya Kenan kesekian kali. Ya, semoga saja ini yang terakhir.
"Oo, seblak teh nggak ada disini mas. Kalau mau beli, didekat lampu merah ada warungnya." Jawab Mas-mas yang ditanyai Kenan.
Raut Kenan lega. Namun, tak urung Kenan juga malas, karena lampu merah berada jauh dari pasar malam.
Kenan memanggil salah satu bodyguard. "Cari benda yang bernama seblak!!" Perintahnya.
Setelah Kenan mendapatkan seblaknya, ia langsung bergegas mencari Fara. Lagi-lagi Kenan merasa frustasi karena belum menemukan Fara, padahal ia sudah berkeliling untuk mencarinya.
Penantiannya akhirnya berakhir setelah ia mendengar suara Fara berdebat dengan orang lain. Kenan bergegas ke sana.
"Sayang aku udah dapat-------
Kenan terpaku sejenak. Raut wajahnya terkejut, namun, dengan cepat dinormalkan. "Sayang, aku udah dapat seblaknya." Ucap Kenan lalu menyerahkan bungkusan ke Fara.
Fara meraih bungkusan itu dengan antusias. "Lo tau seblak?" Tanya Fara penasaran. Cilung aja nggak tau, masa seblak tau sih? Pikirnya.
"Awalnya aku pikir seblak itu benda, tapi tadi bodyguard dapatnya makanan. Aku juga sempat takut salah beli loh." Ujar Kenan lirih.
Fara nampak menahan tawa mendengar kalimat yang dilontarkan Kenan.
"L-lo Kenan?" Tanya Elin ragu.
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Figuran
Ciencia Ficción[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandiri saat masuk Sma. Namun ia harus kehilangan nyawanya karena menyelamatkan Abang angkatnya yang nyar...