04-

73 14 0
                                    

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶.

-bagian 4 : percakapan-

*

"Oh iya, Shi.. Itu kamu gapapa?"

Seorang gadis bertanya sembari menunjuk pipinya sendiri.

"Gapapa Ro, santai."

".. Oke deh..."

Semilir wangi yang familiar dari rumah sakit menerpa indra penciumannya. Bercampur dengan harum bunga sekaligus kue manis dari dalam kotak.

Rok putih bersihnya bergoyang mengikuti langkah kakinya, bersama dengan kardigan merah yang mulai merosot tiap tapak.

"Ruang rawat inap Melati tuh dimana yah?" Gumamnya.

Ia membaca satu persatu ruang yang dilewatinya, begitu pula dengan lelaki di sampingnya.

"Kayaknya di paling pojok deh, Ro."

"Iya kali ya."

Satu hari setelah kumpul rutin jurnalistik yang Roro dan anggota lain ikuti, kini si gadis dan salah satu temannya sedang berjalan menuju ruang rawat sang ketua club yang diduga sakit hingga perlu dirawat.

"Eh, katanya anak-anak lain juga mau nengok, ya?" Tanya gadis itu.

"Kurang tau sih. Tapi kalo iya harusnya bareng aja biar sreg."

Roro mengangguk-ngangguk setuju.

"Shi, serius. Kamu beneran gapapa??"

Bukan penasaran, apalagi khawatir.

Gadis ini hanya marasa tidak enak atas kelakuan teman sekelasnya kemarin siang, Suna. Pada akhir dari pertempuran antara lelaki itu dan si gondrong, Akaashi menjadi korban atas bogeman Baji yang ingin melawan Suna.

Kebetulan Akaashi sedang di tengah antara keduanya.

Padahal Suna sudah mulai tenang sejak Tamara memanggilnya, kendati hanya gumaman kecil dan diikuti pekikan tanpa usaha, pemberontakan dari lelaki itu mulai berhenti.

"Ro..?"

"Suna Radi!! Udah!"

Bahkan Akaashi masih mengingat perasaan bingung itu ketika Suna tiba-tiba mulai berhenti memukuli lawannya.

Baji yang mendapatkan kesempatan balik berencana untuk membalas Suna. Namun sayang, hasil dari bogeman Baji, si pentolan kelas 11 IPS 6 adalah... Akaashi.

BUAGH!!!

Roro meringis sendiri untuk mengingat betapa kencangnya suara yang didapatkan Akaashi dari bogeman si gondrong.

Pada akhirnya Akaashi memiliki tanda memar layaknya sosok Jantan yang pemberani.

LAKIK!!

Kata Bokuto sih gitu.

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang