10-

78 13 2
                                    

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶.

-bagian 10 : ingatan-

*

— SMP Negeri 1, 10.09.

Siang itu terasa amat sangat cerah. Silaunya sinat sang mentari tak menjadi masalah untuk gadis yang sedang berlari 15 keliling, mengelilingi sekolah.

Yang penting 'dia' aman.

Begitu motivasinya.

Beberapa murid kerap memperhatikannya dan beberapa temannya mulai menyemangatinya. Ia tersenyum dan melambai kala mereka berteriak menyemangatinya dari lantai atas.

"Rorooooo!! Semangaaattt!!!"

"Tiati Rooo!"

Gadis itu tertawa kecil membayangkan betapa baiknya mereka.

Namun, kini sorot matanya tak sengaja bertemu pandang dengan lelaki jangkung yang berdiri dibawah pohon dekat lapangan.

Roro tersenyum miris kala ia melewatinya tanpa sepatah katapun, ia melanjutkan hukumannya.

"Tau deh, biarin," gumamnya sembari cemberut.

Pasalnya hal ini terjadi karena sang empu yang tadi menatapnya.

Ceritanya terjadi pada pagi hari yang lalu, saat semua siswa dan siswi sedang wara-wiri dan berbondong-bondong berangkat menuju sekolah.

Sama halnya dengan Roro yang baru saja turun dari Angkot dan hendak berjalan menuju gerbang sekolah, hingga netranya menemukan seorang lelaki yang justru sedang berjalan melewati gerbang begitu saja.

Tentu saja Roro yang sudah 'ketitipan' lelaki itu langsung beralih dan mengikutinya. Lagi pula siapa yang pergi meninggalkan sekolah pada jam yang mengatakan bahwa 10 menit lagi gerbang akan ditutup.

"Ngapain lagi sih, huh dasar," sungutnya kala lelaki itu terus berjalan menuju pemukiman warga yang berada di belakang sekolah.

Penampilan dari siswa jangkung itu sangat berbanding terbalik dengan reputasi sekolahnya yang dikenal sebagai SMP negeri terbaik di kotanya.

Rambutnya sudah gondrong namun enggan dicukur, tas hitamnya dicoreti oleh tipe-x dengan gambar-gambar aneh serta begitu pula dengan segaram putih biru yang dipakai olehnya.

Dikeluarkan tanpa menggunakan sabuk dan dasi.

Roro mendengus kala lelaki itu tak kian berhenti.

Sejak dulu, Roro sudah tau bagaimana tabiat dan akhlaknya, oleh karena itu ia diberikan pesan oleh ibunda dari lelaki tersebut untuk senantiasa memperhatikannya.

Semata-mata agar kelakuannya ga makin parah.

Roro yang selalu menepati janji tentu saja giat untuk menunaikan permintaan itu, bahkan sampai pernah pada posisi Roro yang menangani si lelaki saat dia kecelakaan di dekat sekolah.

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang