09-

75 13 0
                                    

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶.

-bagian 9 : ketidaktahuan-

*

Mata tipis itu bengkak, sorot matanya merendah tak marah, sisi pelipis itu dikucuri oleh darah, dan kini bajunya dibercaki oleh cairan merah.

Si gadis terkejut bukan main, untuk pertama kalinya ia melihat sang kakak dipenuhi oleh urat kencang bertandakan murka.

Suna yang terkapar saat ini mendongkak, menatap gadis yang sedang mencerna keadaan sembari menggenggam gagang pintu yang terbuka.

"You came."

Roro melotot dan segera menghampiri lelaki babak belur tersebut.

"Aku gatau."

Bibir itu digigit kuat kala jemarinya menyentuh mata yang biru.

"Sakit ya?"

Suna terkekeh, "Ngga."

Lantas Roro mendelik dan bangkit dari tumpuan duduknya, beralih pada sang kakak yang sekarang masih menatap gerak geriknya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aa, sakit ga?"

"Hah?"

Roro menarik lengan Tooru yang dipakai untuk memukul Suna. Kakaknya tidak menyangka bahwa Adiknya kini tengah meniupi jemarinya yang cukup merah bekas pukulan tadi.

"Pasti sakit."

"Lebay lu..." Ujar Tooru canggung.

Roro mendongkak menatap netra yang persis warnanya, lantas ia mendengus dan melirik lelaki yang berada di belakangnya dengan ujung mata.

"Roro tau ini sakit. Kan kepala Suna keras banget, dikasih tau gini malah gitu."

Tanpa Roro sadari banyaknya orang disini mulai menunjukan suara sosoknya. Dimulai dari Iwa yang kini menutup wajahnya dengan sebelah tangan sembari terkekeh, maupun Kuroo dan Bokuto yang tertawa puas setuju atas apa yang dikatakan oleh Roro.

Tidak hanya mereka, terdapat Teru disamping kulkas, ia menyender sembari memberikan kaleng kola kepada Atsumu.

"Ini mah bekas lo ya!" protes Atsumu.

"Masih ada ga?" Osamu ikut menghampiri dan membuka kulkas sendiri.

Lalu dibelakangnya dapat dilihat seseorang yang tidak asing sedang membantu Suna untuk bangkit dari duduknya. Semi.

"Biarin kepala keras, yang penting otaknya encer," bela Suna pada dirinya sendiri.

"Lidah lo kali yang encer, licin malah."

Itu interupsi dari Semi yang sedang membopong Suna. Namun tak lama ditepis oleh Suna itu sendiri.

Roro menghela nafas.

𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖, 𝘚𝘶𝘯𝘢 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳𝘰𝘶.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang