chapter 37

582 54 2
                                    

paginya, renjun membangunkan jeno yang sudah sembuh. tidur semalaman sudah cukup untuk jeno, renjun merasa lega sekali melihat suaminya sudah sembuh.

"mas jeno mau kemana?" tanya renjun saat melihat jeno sedang bersiap-siap didepan cermin kamar.

"mau jalan-jalan pagi, mau ikut?" tanya jeno. renjun berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya.

"mau! udah lama ga jalan-jalan pagi sama mas jeno" ucap renjun lalu berdiri dengan bersemangat.

"chenle sama haechan belum bangun ya, sayang?" tanya jeno.

"chenle lagi mandi, haechan kayaknya masih tidur deh. belum liat dia keluar dari kamar" ucap renjun.

"kalo gitu, kita bilang ke chenle yuk biar ga bingung nyariin kita" ucap jeno lalu menggandeng renjun ke kamar chenle.

sampai di depan kamar chenle, renjun mengetuk pintu kamar chenle.

tok tok tok.

"bentarrrr, lele lagi pake baju" ucap chenle. terdengar dari luar, sepertinya chenle sedang terburu-buru sehingga membuat kamarnya menjadi gaduh.

cklek.

"eh pasusu baru, ada yang bisa saya bantu?" tanya chenle sedikit menggoda kedua orangtuanya.

"apaan pasusu baru" ucap renjun, pipi memerah.

jeno tertawa, "ayah sama papa mau jalan-jalan pagi. lele di rumah aja ya nemenin paman haechan" ucap jeno.

"wokayyy, nikmatin waktu berdua kalian~~~" ucap chenle sambil melambai-lambaikan tangannya.

"okeii, kami pergi dulu~~~" ucap renjun lalu menelusupkan lengannya pada lengan jeno. mereka berdua berjalan keluar rumah.

keduanya hanya berjalan saja, tidak ada yang membuka suara. lengan renjun masih terkait pada lengan jeno.

"laper ga?" tanya jeno tiba-tiba sambil menatap wajah renjun. wajah mereka begitu dekat, sehingga membuat renjun sedikit terkejut.

"l-laper. mas jeno mau beli apa?" tanya renjun sedikit gugup. aura mereka benar-benar seperti pasangan suami-suami baru.

"ada bubur ayam, mau? kita makan disana gausah dibungkus" tawar jeno.

renjun menganggukkan kepalanya, "boleh. udah lama ga makan bubur"

"ayo kita pesen" ucap jeno penuh semangat, ia sedikit menarik renjun ke gerobak penjual bubur ayam. mereka duduk dipinggir jalan.

"pak, bubur ayamnya dua ya, sama teh hangatnya dua" ucap jeno.

"mas, aku mau air putih hangat aja" ucap renjun mengoreksi.

"oh oke. pak, suami saya maunya air putih hangat" ucap jeno kepada bapak penjual bubur ayam.

"oke siap den! saya pikir kalian masih kuliah, ternyata sudah menikah" ucap bapak itu.

jeno dan renjun saling pandang dan tertawa, "usia pernikahan kami sudah hampir memasuki tiga belas tahun, pak" ucap jeno.

"wah, udah punya anak dong?" tanya bapak itu.

"sudah pak, sudah mau SMP. dan rencananya bakalan nambah—" belum selesai bicara, mulut jeno sudah ditutup oleh tangan renjun.

"hehehehe, mas jeno" peringat renjun dengan suara kecil namun penuh penekanan.

jeno tertawa canggung, "maaf yang.. ehehe"

"gapapa atuh, malah bagus kalo punya anak lagi. rumah jadi rame" ucap bapak itu.

sweetest thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang