🕯️[23] Perubahan sikap🕯️

183 48 15
                                    

Beberapa hari ini gue kurang semangat nulis, insecure sama tulisan sendiri, kok cerita gue gak rame yang baca, kok gak ada yang komen. Promosi udah tapi kok gak pernah rame. Maklum la ya namanya juga lika liku nulis.

Jadi mohon maaf kalau gue sering gak up. Gue pengen cepat-cepat kelarin nih cerita karena mau bikin cerita baru, hehehe memang kagak pernah kapok deh gua.

 Gue pengen cepat-cepat kelarin nih cerita karena mau bikin cerita baru, hehehe memang kagak pernah kapok deh gua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti biasanya. Setiap paginya aku harus menjadi pelayan dikastil ini, apa yang akan meliora katakan kalau dia melihat tubuhnya yang dikenal orang-orang sebagai putri dan sekarang menjadi seorang pelayan pribadi tanpa di gaji.

Suara air mengalir dan terasa sejuk, menemaniku dipagi ini. Kalian tahu, Haiden datang kekamar ku dengan membawa segumpalan besar pakaiannya kotor, dia menyuruh ku mencuci semua bajunya sampai bersih, aneh sekali. Kadang-kadang perhatian, kadang-kadang menjengkelkan.

Aku membulatkan mata, tangan yang tadinya membilas baju sekarang membekap mulutku, teringat sesuatu di adegan drama Korea yang sering Arina tonton

"Omo! Apa dia menyukaiku?" gumamku menirukan dialog di film favorit Arina

Kata Arina, perubahan sikap dari yang menjengkelkan menjadi perhatian sering terjadi didunia novel.

Bukan sok murahan, tapi Haiden lumayan tampan. Semua wanita pasti akan suka dengannya tapi tidak dengan ku, kejadian yang kualami dulu membuat ku sedikit trauma.

"Ekhm" sebuah dehaman membuatku berbalik menghadap kebelakang

Alisku terangkat sebelah saat melihat pemilik dehaman tersebut "Jino?" dia ikut duduk di samping ku

"Kau mau meminta agar baju kotormu juga di cuci? Baiklah letakkan saja di situ, aku akan mencucinya" tanyaku to the poin, biasanya Jino dan Haiden sama-sama suka menindas

Dia menatapku sebentar, kemudian memalingkan pandangannya kepada cucian yang sedikit berbusa "Bukan itu" jelasnya

Tak mempersalahkan Jino yang berada di samping ku. Aku kembali melanjutkan pekerjaan "Lalu?" ujarku sekedar basa basi

Selang beberapa menit Jino tidak menjawab pertanyaan ku. "Haiden menyuruh ku untuk membantumu sebagai hukuman" ujarnya terus terang

Aku tertegun sebentar, hal yang bagus agar aku tidak sendirian mengerjakan semua ini "Oh itu bagus" tanggap ku

Dengan wajah cemberut Jino memperhatikanku yang sedang menggosok baju

"Ini" aku meletakkan beberapa pakaian didekat nya

Jino memegang pakaian itu menggunakan jari jempol dan jari telunjuk. Mungkin dia tidak ingin kotor oleh sabun "Harus ku apakan ini" tanya nya dengan manik mata yang berbinar, saat seperti ini Jino terlihat seperti seperti seorang anak kecil berumur lima tahun

Aku mengambil alih pakaian di tangannya, dan mencemplungkan pada aliran sungai "Kau harus membilas baju ini dengan cara menaruhnya pada air di sungai"

"Seperti ini" terangku sedang kan Jino hanya manggut-manggut sok paham.

In my DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang